Friday, February 1, 2019

Ini Lho Rumah Dara (2009)

Sangat terlambat memang saya gres menonton film yang aslinya sudah tayang jika tidak salah tamat 2009 ini. Karena saya melewatkan pemutarannya di layar lebar dan vcd apalagi dvd untuk film lokal memang usang keluar (link downloadnya) jadi saya kesudahannya begitu terlambat menyaksikan film ini. Film yang di Singapura mempunyai judul "Darah" ini memang banjir kebanggaan tidak hanya dari dalam, bahkan dari aneka macam kritikus dan penonton luar negeri film ini menerima kebanggaan dan beberapa penghargaan. Dalam beberapa review yang saya baca, kebanyakan kebanggaan ditujukan untuk duo sutradara Mo Brothers yang dalam karya debutnya ini bisa menampilkan sebuah film slasher yang menegangkan. Pujian juga banyak ditujukan untuk Shareefa Danish atas kiprahnya sebagai Dara.

Layaknya film slasher lain, kita akan diperkenalkan pada sekumpulan anak muda yang sedang melaksanakan perjalanan bersama. Ada Ladya (Julie Estelle) terlihat tidak erat dengan kakaknya, Adjie (Ario Bayu) yang mengajak istrinya yang tengah hamil, Astryd (Sigi Wimala). Mereka melaksanakan perjalanan dari Bandung menuju Jakarta. Ikut juga beberapa sahabat mereka, yaitu Jimmy (Daniel Mananta), Alam (Mike Lucock) dan Eko (Dendy Subangil). Ditengah perjalanan mereka bertemu dengan seorang gadis yang sendirian dibawah hujan. Wanita berjulukan Maya (Imelda Therinne) itu ternyata gres saja dirampok dan meminta tolong pada mereka untuk mengantarnya pulang kerumah.
Sesampainya dirumah, Maya memperkenalkan mereka pada ibunya, Dara (Shareefa Danish). Dara memang terlihat absurd dan misterius dengan tingkahnya yang cuek dan penampilannya yang terlihat terlalu muda untuk ukuran perempuan yang sudah punya anak dewasa. Disana juga ada anggota keluarga lain, yaitu Adam (Arifin Putra) dan Arman (Ruly Lubis). Dara mengajak mereka samua makan malam dirumahnya. Tapi mereka tidak menyadari bahwa makan malam itu mungkin akan menjadi makan malam terakhir mereka.
Saya oke dikala ada yang menyebut film ini sebagai "Jakarta Chainsaw Massacre" alasannya yaitu beberapa homage dari film 'Texas Chainsaw Massacre" yang dimasukkan oleh Mo Brothers. Bagaimana tokoh utama hingga dirumah yang berisi para psikopat, penggunaan gergaji mesin, tampilan akrakter Arman dan beberapa hal lain memang memperlihatkan bahwa film ini yaitu "penghargaan" Mo Brothers terhadap TCM yang merupakan nenek moyang dari segala film slasher. Cerita boleh biasa, tapi aspek lain dari film inilah yang luarbiasa.

Keberanian duo sutradara ini untuk mengumbar adegan gore yang berdarah-darah dan penuh dengan bagian badan insan yaitu hal yang sangat langka tidak hanya untuk horror Indonesia tapi juga horror Asia yang lebih sering menentukan pendekatan mistis dan mempermainkan rasa takut penontonnya lewat situasi yang dibentuk mencekam. Saya sendiri sangat puas dengan aneka macam macam kesadisan yang berani dmunculkan. Tapi hebatnya film ini tidak hanya bermodalkan sadis saja. Tensi ketegangan juga dibangun melalui aura yang ada. Entah kenapa "Rumah Dara" menawarkan saya kadar ketegangan yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang diberikan film slasher Hollywood sekalipun. Mungkin itu terjadi alasannya yaitu lokasi yang lebih dekat alias di negeri sendiri jadi saya merasa lebih seram. (SPOILER) Dan adegan maut Alam yang disaksikan oleh teman-temannya yaitu salah satu adegan yang paling menegangkan buat saya. Adegan makan malam yang diputarkan musik "Cinta Matiku" (kalau tidak salah judulnya itu) juga begitu creepy.

Satu lagi kelebihan utama film ini yaitu akting para pemainnya. Mulai dari para korban hingga kelaurga psikopat semuanya tampil birlian. Para korban dari Dara dan keluarganya ibarat Julie Estelle, hingga Ario Bayu bisa benar-benar memperlihatkan ketakutan yang luar biasa tapi disisi lain juga bisa menjadi badass disaat kritis yang menciptakan tensi film lebih menarik. Dari para keluarga psikopat saya menyukai Arifin Putra dan Shareefa Danish. Arifin Putra sebagai Adam bagaikan mesin pembunuh yang tidak bisa mati tapi tanpa terlihat berlebihan layaknya psikopat dari film slasher Holly. Lain halnya dengan Shareefa Danish. Memang aksen yang ia pakai sedikit aneh, tapi tidak menurunkan kualitas akting dan kadar keseramannya. Tatapan matanya sepanjang film sudah cukup meyakinkan saya bahwa ia bukanlah insan normal.


RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Rumah Dara (2009)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email