Monday, February 11, 2019

Ini Lho The Wizard Of Oz (1939)


Seberapa banyak film yang bisa menjadi klasik dan ikonik dalam banyak aspek? Mulai dari cerita, visualisasi, karakter, bahkan hingga lagu yang ada didalamnya menjadi klasik dan sangat legend. Sangat sedikit dan "The Wizard of Oz" yakni satu dari sedikit film yang masuk kategori itu. Saya ingat betul dikala masih kecil menonton versi kartun dari film yang disesuaikan dari novel berjudul "The Wonderful Wizard of Oz" yang terbit tahun 1900. Saya yang waktu itu masih kecil dan belum bisa terlalu mendapatkan esensi sebuah dongeng saja tetap merasa kagum dengan konklusi yang dihadirkan film tersebut. Dan kini alhasil saya berkesempatan menonton film originalnya yang rilis tahun 1937 dan termasuk film berwarna pertama yang pernah dibuat.

Dari segi sinopsis dongeng saya rasa tidak perlu bercerita panjang lebar alasannya yakni hampir semua orang tentunya sudah mengetahui garis besar kisah legendaris ini. Kisahnya bercerita wacana seorang gadis berjulukan Dorothy Gale yang tinggal di Kansas di peternakan milik paman dan bibinya. Dorothy juga punya seekor anjing berjulukan Toto. Walaupun begitu Dorothy kurang betah disana alasannya yakni merasa tidak begitu dianggap oleh keluarganya. Sampai suatu hari sebuah angin tornado membawa Dorothy yang terkurung dalam rumah kedalam angin itu. Setelah tebangun dari pingsan Dorothy mendapati dirinya tidak lagi berada di Kansas melainkan di sebuah daerah yang bagaikan negeri dongeng.

Untuk bisa pulang kembali Dorothy harus menemui "The Great Wizard of Oz" atas saran dari Glinda sang penyihir dari Utara. Tapi perjalanan Dorothy tidak gampang alasannya yakni ada penyihir jahat dari Barat yang dendam padanya sesudah saudarinya, penyihir jahat dari Timur mati alasannya yakni tertimpa rumah Dorothy. Untungnya di perjalanan Dorothy bertemu dengan sobat baru. Scarecrow si orang-orangan sawah yang ingin memiliki otak. Tin Man yang ingin memiliki hati, dan Cowardly Lion seorang singa penakut yang ingin medapat keberanian. Bersama-sama mereka menuju ke daerah "The Great Wizard" untuk meminta apa yang mereka inginkan.

Sekali lagi yang paling berkesan dari film ini tentu saja konklusi dan pelajaran yang didapat sesudah film berakhir. Memang benar film ini tak akan lekang oleh waktu, dan salah satunya berkat nilai etika yang terkandung. Dimana setiap orang bahwasanya punya kelebihan masing-masng yang mana mereka tidak akan menyadari sebelum mereka mancoba yang terbaik, itu salah satunya. Bagian awal dan simpulan perjalanan di negeri Oz yakni adegan-adegan klasik nan memorable yang tidak akan terlupa dan bisa dikategorikan sebagai salah satu yang terbaik di industri perfilman.

Efek visual film ini juga saya suka. Bagaimana penggambaran scene di Kansas digambarkan dengan warna sepia untuk menggambarkan bagaimana kelamnya perasaan Dorothy disana. Lalu tiba-tiba berkembang menjadi berwarna warni cerah dikala beliau datang di negeri Oz. Secara tidak pribadi perasaan penonton akan ikut terbawa dengan visualisasi menyerupai itu. Dapat dibayangkan juga kekaguman para penonton di masa film ini pertama dirilis yang mana dikala itu masih jarang film berwarna. Satu lagi yang klasik dari film ini tentu saja theme song "Over the Rainbow" yang selalu yummy didengar dengan lirik luar biasa dan hingga kini masih sering di cover oleh penyanyi lain. Dan tidak hanya lagu tersebut, lagu lain yang mengiringi film ini tidak kalah menarik, dan buat saya punya lirik yang unik dan musik yang menyenangkan.

Kabarnya tahun 2013 prekuel dari film ini akan dibentuk dengan sutradara Sam Raimi dan bintang utama antara Robert Downey Jr. atau Johnny Depp.

OVERALL: "The Wizard of Oz" menjadi bukti bahwa sebuah dongeng yang didasari nilai etika yang dalam dipadu dengan penceritaan menarik tidak akan lekang oleh waktu.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho The Wizard Of Oz (1939)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email