Monday, February 11, 2019

Ini Lho Before Sunrise (1995)

Apa jadinya kalau sebuah film drama romantis hanya menampilkan 2 tokoh utamanya yang sudah niscaya sepasang laki-laki dan perempuan mengobrol sambil berjalan-jalan dan sesekali mampir minum atau makan di kafetaria atau restoran? Walaupun itu semua disajikan hanya dalam durasi sekitar 100 menit yang notabene tidak terlalu panjang, bayangan banyak orang pastinya akan tidak jauh dari "Ah, sebuah film membosankan dengan obrolan panjang" atau mungkin "Ah, film gombal yang isinya sepasang laki-laki dan perempuan saling mengobral kata-kata anggun nan romantis" Sebuah ekspektasi yang sangat masuk akal terjadi. Tapi ditangan sutradara Richard Linklater film macam tersebut ternyata berhasil menjadi sebuah film yang sangat menyentuh, romantis, manis, dan menyenangkan ditonton sehingga durasi yang tidak hingga 105 menit terasa amat sangat singkat bagi aku alasannya ialah saking berhasilnya film ini membawa aku dalam ceritanya.

Celine (Julie Delpy) seorang gadis asal Prancis sedang berada dalam sebuah kereta untuk kembali ke Prancis dimana ia berkuliah sesudah mengunjungi neneknya di Budapest. Didalam kereta itu secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang laki-laki asal Amerika berjulukan Jesse (Ethan Hawke) yang sedang melaksanakan perjalanan menuju ke Vienna untuk mengejar penerbangan pulang ke Amerika. Mereka kemudian mulai mengobrol dan ternyata mereka merasa cocok satu sama lain. Saat kereta itu berhenti di Vienna, Jesse mengajak Celine untuk turun bersama ia dan menghabiskan waktu selama sehari mengelilingi Vienna sebelum keesokan paginya Jesse akan terbang kembali ke Amerika. Dan momen berharga yang tak akan pernah mereka lupakan mulai terjadi. Satu malam yang akan terngiang selalu. Satu malam penuh romantis, penuh canda, dan penuh akan cinta. Sebuah malam yang mereka rasakan jangan hingga pernah berakhir alasannya ialah mungkin mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Satu malam dimana mereka sama-sama menemukan cinta yang mungkn bisa dibilang cinta sejati.

Bahkan dalam sinopsis diatas aku sudah mulai secara tidak pribadi menyinggung kekaguman aku akan begitu romantisnya film ini. Film ini benar-benar menyinggung banyak sekali aspek dalam cinta. Apakah Jesse dan Celine memang ditakdirkan bertemu namun tidak ditakdirkan bersama? Benarkah cinta sejati bisa timbul hanya dalam waktu semalam? Bagaimana pula sepasang kekasih bisa dikatakan cocok satu sama lain? Semua itu tersaji dalam film ini. Memahami film ini aku coba membayangkannya dari sudut pandang Jesse dan Celine. Apakah pertemuan mereka ialah anugerah atau sial? Anugerah mungkin. Bagaimana takdir mempertemukan mereka dengan seseorang yang begitu cocok, dan menghadirkan sebuah malam terindah sepanjang hidup mereka. Atau mungkin sial? Sial alasannya ialah walaupun mereka tahu itu ialah malam terindah dan bagaimanapun mereka mencoba berharap akan bisa kembali bertemu, tapi secara budi dan rasional akan sulit untuk bisa bertemu lagi. Bukankah sebuah kesialan mengetahui orang yang kita yakini sebagai cinta kita mungkin tidak akan kita temui lagi?

Film ini bisa menghadirkan bagaimana sesungguhnya sosok pasangan yang benar-benar cocok. Dimana mereka tidak harus menyampaikan cinta, atau mengobral kata romantis nan gombal. Cukup bisa cocok satu sama lain. Mengalir dalam obrolan dan mampu mendapat waktu yang efektif dikala bersama. Tapi disisi lain kita juga akan bertanya benarkan Jesse dan Celine ialah cinta sejati? Secara mereka gres sehari berkenalan dan belum mengetahui sisi jelek yang mungkin akan menyebabkan ketidakcocokan. Tapi bagaimana bisa pula orang yang gres sehari bertemu bisa mempunyai chemistry dan kecocokan sedemikian berpengaruh kalau itu bukan cinta sejati?
Hal diatas bisa timbul salah satu faktornya alasannya ialah akting menawan dari Ethan Hawke dan Julie Delpy. Mereka membangun chemistry yang begitu kuat. Sangat jarang sebuah film drama romantis mempunyai chemsitry sekuat ini. Dimana lebih banyak didominasi adegannya ialah mengobrol dan berdialog dan mereka terasa lancar dan mengalir satu sama lain. Seringkali terjadi adegan one shoot yang menampilkan obrolan mereka berdua yang terasa begitu mengalir. Nyaris aku percaya tidak ada script dalam film ini. Yang aku rasakan Ethan Hawke dan Julie Delpy ialah sepasang kekasih atau setidaknya orang yang sudah begitu dekat, kemudian sang sutradara menyuruh mereka duduk dan berjalan-jalan sembari mengobrol semau mereka. Itu yang aku rasakan akhir begitu natural dan kuatnya chemistry yang terbangun.

Dan itu makin diperkuat dengan obrolan cerdas yang terjadi terus menerus. Mereka menyinggung tema obrolan yang bahu-membahu begitu ringan dan jamak terjadi di kehidupan sehari-hari tapi dikemas dengan begitu berilmu dan berbobot. Bagaimana pengalaman ihwal kehidupan mereka masing-masing. Bagaiman mereka menyikapi hidup dan apa saja momen yang terjadi dalam hidup mereka. Dan tentunya obrolan ihwal cinta juga hadir. Tapi bukan kata-kata gombal melainkan sudut pandang cinta yang mereka punyai merekea hadirkan dengan begitu sederhana dan lugas tapi dengan bahasa dan penyampaian yang unik. Dialog film ini punya sisi romatisme sendiri yang begitu kuat.

Kita sungguh akan dibentuk mencicipi pula bagaimana indahnya perjalanan mereka selama semalam. Kita juga akan dibentuk berat untuk membiarkan film ini berakhir sebagaimana Jesse dan Celine merasa berat mengakhiri pertemuan mereka yang begitu indah tersebut. Coba bayangkan bila orang yang kita sayangi mungkin tidak akan berjuma lagi dengan kita. Tentu banyak yang terngiang. Entah itu kenangan indah, bagaimana kabarnya? Apakah ia masih mengingat kita? Atau ia sudah mempunyai pacar lagi dan melupakan kita? Apa kita harus tetap menyimpan memori tentangnya dan berharap suatu hari takdir kembali mempertemukan? Atau coba berpikir rasional dan melupakannya? Tapi bagaimana jadinya kalau kita sudah melupakannya dan bersama orang lain dan suatu hari kita bertemu lagi dengannya dimana ia masih sendiri dan mengingat kita sekaligus masih mengasihi kita? Sebuah duduk perkara yang dirasakan Jesse dan Celine ikut aku rasakan walaupun tidak diungkapkan secara gamblang dalam film ini.

Saya yakin penonton yang mencicipi sama dengan aku dan mengasihi film ini akan merasa rindu dengan kisah dua tokoh tersebut. Dan menyerupai yang sudah aku tahu keduanya memang akan bertemu lagi di sekuel film ini yang berjudul "Before Sunset". Entah apa yang dirasakan orang yang mengasihi film ini dan menontonnya disaat film ini pertama rilis tahun 95 kemudian kemudia menanti kehadiran sekuelnya ditahun 2004. Saya rasa mereka akan mencicipi sebuah kerinduan dan tidak sabar menanti rasa kangen mereka akan sebuah kelanjutan film drama paling romantis dan pertemuan kembali dua manusia yang dipertemukan dan dipisahkan oleh takdir itu. Sudah tidak sabar aku menonton sekuelnya dimana dikala aku menulis review ini sedang dalam proses download.


Artikel Terkait

Ini Lho Before Sunrise (1995)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email