Monday, February 11, 2019

Ini Lho Casablanca (1942)


Sebelum memulai review fim ini saya akan menyampaikan sebuah akreditasi yang cukup memalukan bahwasanya bagi orang yang mengaku "gila film". Bahwa "Casablanca" yakni film hitam putih pertama yang saya tonton. Film ini juga yakni filme tertua yang saya tonton. Dengan kata lain saya masih belum menonton film klasik macam Gone With the Wind (1939) atau Citizen Kane (1941). Film ini sering dikategorikan sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa. Bahkan di daftar 100 film terbaik versi American Film Institute, film ini berada di posisi kedua dibawah "Citizen Kane" dan diatas "The Godfather". "The Godfather" yang merupakan sebuah film yang saya anggap sebagai yang terbaik yang pernah saya tonton berhaasil dikalahkan di daftar ini. Tentunya menciptakan ingin tau saya terhadap film yang memenangkan film terbaik di Oscar 1944 ini meninggi. Tapi saya juga ingat bahwa ini yakni film jaman kuno dimana efek yang ditampilkan tentunya masih sangat sederhana. Begitu juga aspek-aspek lain.

Pada masa Perang Dunia II dimana Jerman berkuasa termasuk di Prancis, banyak warganya yang mencoba pergi keluar dari sana. Dan tujuan yang paling banyak dituju yakni Lisbon. Tapi untuk mencapai Lisbon tidak sanggup dengan mudah. Rute yang dilalui harus memutar cukup jauh dan nantinya akan hingga di sebuah kota di Maroko, yaitu Casablanca. Dari sana untuk terbang menuju Lisbon harus memiliki surat jalan yang mahal harganya dan harus ditandatangani oleh Captain Louis Renault (Claude Rains) dari pihak kepolisian Prancis. Di Casablanca ada laki-laki yang cukup kuat dan bahkan disegani oleh Captain Renault, yaitu Richard Blaine (Humphrey Bogart) atau yang bersahabat disapa "Rick". Dia yakni pemilik cafe terbesar dan terlaris di Casablanca.


Rick sendiri yakni orang yang hambar dan tidak peduli pada hal apapun kecuali dirinya sendiri. Sampai suatu hari seorang laki-laki menitipkan surat transit miliknya pada Rick sejumlah 2 lembar. Ternyata laki-laki itu yakni salah satu anggota gerakan pembrontakan Prancis terhadap Nazi Jerman. Pada malam itu sang laki-laki gagal melarikan diri dari kejaran tentara Jerman. Di malam yang sama datanglah Victor Laszlo (Paul Henreid) yang merupakan salah satu pemimpin perlawanan Prancis berjulukan istrinya Ilsa Lund (Ingrid Bergman) dimana mereka gres saja memasuki Casablanca dan berusaha pergi ke Lisbon. Tapi alasannya yakni sang orang kepercayaan telah dibunuh ia tidak sanggup menerima surat transit tersebut tanpa tahu surat itu sudah berpindah tangan pada Rick. Diluar dugaan ternyata Rick dan Ilsa memiliki sebuah hubungan masa lalu. Sebuah hal yang menciptakan Rick enggan menunjukkan surat itu pada Laszlo semoga Ilsa tetap tinggal di Casablanca. Tapi jikalau Rick tetap melaksanakan itu, perlawanan terhadap Nazi terancam tersendat alasannya yakni Laszlo merupakan buronan Jerman yang apabila terlalu usang di Casablanca akan segera ditangkap. Apakah yang kesudahannya akan dilakukan Rick?

Film ini bukanlah film yang mengumbar segala hal berlebihan untuk kesan dramatisasi. Film ini bahwasanya tipikal sebuah drama yang sanggup dipanjangkan hingga durasi diatas 2 jam. Tapi film ini menunjukkan pembagian terstruktur mengenai yang lebih padat dan pribadi sehingga hanya memakan durasi sekitar 100 menit. Dan hal itu menciptakan film ini berasa cepat dan padat memberikan isinya. Ada beberapa konsep dongeng yang ditawarkan "Casablanca". Yang pertama yakni cinta. Kisah cinta yang dijabarkan disini yakni kisah cinta segitiga antara Rick, Ilsa, dan Laszlo. Tapi tentunya bukan kisah cinta kacangan dalam memperebutkan perempuan yang ditampilkan. Kita akan digiring pada sebuah pertanyaan besar ihwal apa bahwasanya hubungan Rick dan Ilsa diawalnya. Lalu makin berjalan film makin terkuak bagaimana hubungan mereka. Dan disini akting Bogart dan Bergman yang "bermain".

Sosok Rick yang ditampilkan Bogart begitu cuek, dingin, tapi memang terlihat jauh didalam hatinya ada sisi sentimentil dan romantisme. Rasa hambar itu belakangan akan kita ketahui sebagai dampak sebuah sakit hati yang beliau alami. Dan sebagaimana layaknya seorang laki-laki yang merasa patah hati ditinggal orang yang bahwasanya masih beliau cintai dan kenangan akan perempuan tersebut masih tersimpan, Rick juga sama. Saat Ilsa kembali muncul, perlahan sosok orisinil Rick yang bahwasanya sentimentil mulai terlihat bertahap hingga di simpulan film akan hingga pada sebuah keputusan dari Rick yang bertolak belakang dengan sosok hambar yang beliau tampilkan diawal film. Sosok Ilsa yang ditampilkan Bergman juga sanggup dibilang abu-abu. Disatu sisi beliau memang meninggalkan Rick, tapi semata-mata alasannya yakni alasan yang memang logis dan jelas. Membuatnya tidak akan menjadi sosok perempuan yang dibenci penonton, tapi bahkan mungkin menerima simpati. Walaupun simpati terbesar terang ada pada Rick. Sebuah abjad yang dihidupkan dengan luar biasa oleh Bogart.

Cerita kedua yakni ihwal perang dan kepahlawanan. Dimana sangat terasa bahwa tentara Jerman dengan Nazi begitu berkuasa dan dihormati dan disegani oleh pihak lain. Tapi dibelakang itu, pihak tersebut bahwasanya juga membenci Nazi yang menyerang negaranya. Itu sanggup kita tangkap dari sosok Captain Renault yang sepanjang film mungkin akan terasa sebagai seorang penjilat, tapi kita akan menangkap hati kecilnya membenci Nazi. Sedangkan kisah ketiga yakni persahabatan. Persahabatan unik dari Captain Renault dan Rick. Rick menunjukkan Captain Renault "Bonus" dengan selalu membuatnya menang tiap kali bermain roullette di cafe miliknya. Pertemanan palsu? Bisa jadi. Tapi di simpulan film kita akan lihat bawa ada hal lebih dibalik itu. Sebuah simpulan film yang tidaklah menampilkan twist "heboh" tapi cukup mengena dan mengejutkan. Apalagi obrolan terakhir yang diucapkan Rick yang begitu memorable.


RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Casablanca (1942)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email