Friday, February 1, 2019

Ini Lho Gnomeo & Juliet (2011)


Kisah bencana ciptaan William Shakespeare, "Romeo & Juliet" memang tidak pernah habis dan sudah berulang kali disesuaikan dalam banyak sekali media termasuk film layar lebar. Tapi gres kali ini kisah tersebut disesuaikan dalam bentuk animasi bertokoh utama Gnome alias patung-patung kecil/kurcaci yang biasa ditempatkan di halaman belakang rumah. Dalam pandangan aku film ini mencoba menarik penonton dengan menggabungkan kisah cinta "Romeo+Juliet" dengan ramuan petualangan mainan hidup ala "Toy Story". Tahun kemudian aku berhasil dibentuk terhanyut dengan kisah romansa animasi dalam "Rapunzel". Apakah film ini bisa memperlihatkan kesan yang sama?

Mr. Capulet (Richard Wilson) dan Mrs. Montague (Julie Walters) yakni tetangga yang tinggal berdampingan. Tetapi keduanya saling bermusuhan. Tiap ebrtemu mereka selalu mencela satu sama lain. Dan ternyata permusuhan itu ikut menjalar pada patung Gnome yang mereka miliki. Gnome merah milik Mr. Capulet dan Gnome biru milik Mrs. Montague saling bermusuhan semenjak lama. Setiap Gnome membenci lawan mereka tanpa terkecuali. Termasuk Gnomeo (James McAvoy) yang merupakan puera dari Lady Blueberry (Maggie Smith) pimpinan dari Gnome biru. Sedangkan di pihak Gnome bertopi merah, Juliet Capulet (Emily Blunt) berusaha menerangkan pada sang ayah yang merupakan pimpinan bahwa dirinya bukanlah perempuan yang rapuh. Melalui sebuah pertemuan tidak disengaja, Gnomeo dan Juliet bertemu dan jatuh cinta. Tapi mereka sadar kisah cinta mereka tidak akan berhasil alasannya yakni keluarga mereka saling bermusuhan ibarat nasib Romeo dan Juliet.


Film ini sangat berpotensi menghadirkan adegan romantis yang mengikat penontonnya. Tapi sanksi yang naggung menciptakan hal tersebut tidak terjadi. Ketidaksanggupan sutradara Kelly Asbury dalam memisahkan mana adegan yang harus dibentuk seru dan menegangkan dan mana yang harus dibentuk hening dan romantis yakni salah satu faktor kegagalan tersebut. Adegan pertemuan Gnomeo dan Juliet bersama-sama berpotensi romantis layaknya adegan Rapunzel dan Flynn bernyanyi bersama diatas bahtera memandang lampion bercahaya dalam "Rapunzel". Tapi perjuangan untuk menciptakan adegan tersebut menyenangkan dan seru ditonton bawah umur (laki-laki khususnya) justru membuatnya jadi hambar. Adegan kencan antara mereka malah lebih tidak menggigit lagi. Padahal lagu-lagu yang ditampilkan dalam film ini (Mayoritas garapan Elton John) sudah sangat menarik dan pas penggunaannya. Bahkan kisah cinta Featherstone sang flamengo pink yang ditampilkan sebagai selingan malah lebih menarik dan menyentuh bagi saya.

Untungnya diluar adegan romansa yang kurang berhasil, film ini masih menyimpan beberapa adegan agresi yang cukup seru dan komedi yang masih bisa memancing tawa walaupun kadang juga gagal mengenai sasaran. Salah satu adegan yang gagal dan buat aku tidak penting yakni ending. Oke, memakai adegan musikal untuk verbal kebnhagiaan sah-sah saja, tapi buat aku di film ini adegan itu dihadirkan agak berlebihan. Apalagi dengan menghadirkan kembali abjad yang diceritakan sudah mati secara sangat maksa. Kelebihan lain yang dimiliki film ini ada pada grafisnya yang menarik dan full colour. Warna-warna cerah yang dipakai memang menarik dipandang. Apalagi penggambaran patung Gnome yang ada sangatlah detil. Makara kita tidak melihat hanya sekedar tokoh kartun kurcaci tapi kedetailan yang ada menciptakan mereka benar-benar terlihat dan terasa sebagai patung kecil yang hidup. Grafis itu juga dibalut dengan efek 3D yang menambah manis grafis.

OVERALL: Diluar segala kekurangan khususnya pada kegagalan penceritaan romansa, setidaknya "Gnomeo & Juliet" masih memenuhi standar film animasi untuk masuk kategori menarik dan layak tonton.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Gnomeo & Juliet (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email