Friday, February 1, 2019

Ini Lho Red Riding Hood (2011)

Diawal 2011 ini ada 2 film yang merupakan pembiasaan lepas dari dongeng ternama. Yang pertama yaitu "Beastly" yang premisnya mengambil dari "Beauty and the Beast" dan yang kedua yaitu "Red Riding Hood" ini yangdari judulnya sudah kelihatan kalau film ini mengadaptasi kisah dongeng gadis berkerudung merah. Dan film-film tersebut memiliki kesamaan, yaitu berusaha mendompleng kesuksesan "Twilight Saga" dengan memasang bintang muda untuk bermain didalamnya dan berusaha menciptakan ceritanya lebih kearah romansa ala Twilight. Beda dengan "Beastly" yang sangat saya ragukan kualitasnya, "Red Riding Hood" cukup menjanjikan. Adanya nama Amanda Seyfired sebagai bintang film si gadis berkerudung merah ibarat menjadi jaminan. Kemudian ada nama Leonardo di Caprio di bangku produser yang kabarnya beliau terlibat cukup jauh dalam casting pemain. Dan yang terakhir, untuk mendapat tipikal dan nafas "Twilight" cara terbaik tentunya yaitu menggaet sutradara yang menciptakan film itu. Ya, Catherine Hardwicke sutradara "Twilight" menjadi pembesut film ini. Jujur saya cukup menikmati film pertama besutan Catherine dibanding 2 sekuelnya.
Valerie (Amanda Seyfried) tinggal di sebuah desa berjulukan Daggerhorn dimana sudah selama 2 generasi desa ini mendapat teror dari werewolf. Teror tersebut berhenti hingga suatu hari werewolf kembali memakan korban yang ternyata itu yaitu Lucy, abang dari Valerie. Lucy ternyata melanggar perjanjian yang sudah diadakan penduduk desa dengan werewolf dimana beliau memasuki hutan daerah werewolf tinggal. Hal itu beliau lakukan sesudah mengetahui bahwa adiknya akan dinikahkan dengan Henry (Max Irons) laki-laki yang beliau cintai selama ini. Valerie sendiri tidak menyayangi Henry. Dia lebih menyayangi Peter (Shiloh Fernandez) yang merupakan temannya semenjak kecil.

Saat itu penduduk desa yang marah alasannya yaitu ajal Lucy berusaha memburu serigala. Mereka berhasil membunuh dan membawa pulang kepala serigala dimana perburuan itu meamakankorban yakni ayah Henry. Merasa sudah berhasil melenyapkan sang werewolf, warga desa mengadakan pesta untuk merayakannya. Tapi berdasarkan seorang pemburu serigala berjulukan Solomon (Gary Oldman) serigala yang mereka bunuh hanya serigala biasa sedangkan werewolf yang orisinil belum mati. Benar saja, ketika malam perayaan berlangsung werewolf yang orisinil muncul dan membantai warga desa. Saat itulah Valerie bertatapan dengan werewolf itu dan mengetahui fakta bahwa sesungguhnya werewolf itu yaitu salah satu dari orang terdekatnya.
Dari adegan opening saja sudah terlihat terang Cathrine mencoba menciptakan film ini semirip mungkin dengan "Twilight". Mulai dari adegan pengambilan pemandangan hingga narasi oleh tokoh Valerie semuanya mengingatkan saya akan "Twilight". Tidak hanya hingga situ, Catherine juga mengumbar adegan percintaan yang cheesy antara Valerie dan Peter walaupun tidak sebanyak adegan cheesy Bella dan Edward. Bukan itu saja perjuangan menciptakan film ini menjadi "Twilight. Tokoh Peter berdasarkan saya benar-benar coba dibentuk semirip mungkin dengan Edward Cullen hanya minus kulit pucat dan berkilau. Tapi terang sekali perjuangan tersebut bagi saya sangatlah mengganggu. Mana ada sih jaman tahun 1300an model rambut macam yang dimiliki Peter. Apa jaman itu sudah ada gel dan sebagainya? Bahkan untuk urusan busana yang digunakan walaupun coba dibentuk ke jaman medieval tetap saja mengingatkan saya pada baju yang digunakan Robert Pattinson ketika menjadi Edward.

Cukup membahas perjuangan film ini menjadi "Twilight". Bagaimana dengan alur cerita? Seperti yang sudah saya bilang, film "Twilight" besutan Catherine yaitu yang terbaik bagi saya dibanding 2 sekuelnya. Saya sanggup merasa terhibur dan kalau boleh jujur cukup terikat dengan kisah cinta Edward dan Bella ketika itu dan menciptakan saya ingin tau akan sekuelnya walaupun kesannya mendapat kekecewaan berat. "Red Riding Hood" tidak, sebanyak itu menunjukkan adegan romansa nan cheesy. Tapi untuk urusan adegan klise dan membosankan film ini justru jauh lebih banyak. Hubungan Valerie dan Peter jauh lebih membosankan dibanding Edward dan Bella. Tokoh Henry yang dibentuk untuk mengisahkan cinta segitiga seakan tidak menunjukkan perlawanan yang kesannya akan memberi efek dramatis lebay ala kisah cinta segitiga manusia-vampir-werewolf. Singkat kata romance di film ini sangat membosankan. Apa ini efek dari ketidaksukaan Amanda Seyfried kepada Shiloh Fernandez secara pribadi yang sempat menciptakan Seyfried berargumen dengan sang sutaradara sebelum memulai syuting film?

Janji menampilkan film ini sebagai versi gothic dan horror dari dongen aslinya juga tidak sepenuhnya dipenuhi. Memang terasa lebih dark tapi unsur horor benar-benar tidak terasa. Bisa saya katakan inilah salah satu efek dari menciptakan film semirip mungkin dengan "Twilight" yang "sukses" menghilangkan efek horor dari vampir. Merubah serigala menjadi werewolf tentunya menjadi indikasi kesekian film ini berusaha menjadi "Twilight". Layaknya "Twilight", "Red Riding Hood" juga "sukses" menghilangkan efek horor dari werewolf yang bahkan porsi kemunculannya sangat pelit dan tidak angker ataupun mengintimidasi. Kalaupun ada penolong dan sisi positif dari film ini yaitu misteri siapakah werewolf yang bekerjsama cukup menciptakan penasaran. Dan kesannya saya cukup dibentuk terkejut dengan fakta yang muncul di selesai film. Sayangnya sesudah kejutan itu, film ini diakhiri dengan begitu biasa,klise, dan membosankan. menurunkan tensi yang sudah sedikit terbangun.

OVERALL: Usaha menciptakan "Twilight" versi gadis kerudung merah berujung kegagalan. Sebuah film yang menyia-nyiakan segala potensi yang ada dan nyaris mengancurkan semuanya.

Artikel Terkait

Ini Lho Red Riding Hood (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email