Biasanya film yang berasal dari luar Hollywood atau Eropa sekalipun akan sering mengupas tema kemiskinan atau kerasnya kehidupan disuatu daerah. Dan meskipun tema menyerupai itu sering diangkat, tiap film bisa menunjukkan perspektif berbeda wacana tema tersebut dan mempunyai sisi menariknya masing-masing. Ambil rujukan City of God yang mengangkat kemiskinan dan kerasnya hidup disuatu tempat kumuh di Brazil. Film itu berhasil menunjukkan hal yang menarik dengan kesederhanaannya yang menciptakan film itu terlihat real. Salah satu film terbaik sepanjang masa. Dan Tsotsi, sebuah film dari Afrka ini mengangkat tema yang nyaris serupa. Film yang disesuaikan dari novel berjudul sama ini mengangkat kisah kerasnya kehidupan bocah di Afrika. Film ini berhasil menang Oscar ditahun 2006 untuk kategori "Best Foreign Language Film". Film ini sendiri disutradarai Gavin Hood yang juga menciptakan film "X-Men Origins: Wolverine"
Tsotsi yang mempunyai nama orisinil David ialah seorang pimpinan geng yang terdiri dari ia dan 3 orang temannya. Mereka merampok untuk mencari uang. Disebuah perampokan dikereta, mereka juga membunuh seorang laki-laki yang mereka rampok. Hal tersebut menciptakan salah satu sobat Tsotsi mempertanyakan perbuatannya yang membunuh orang. Tsotsi yang memang kejam itu memukuli temannya sampai babak belur kemudian pergi meninggalkan gengnya. Ditengah jalan ia melihat seorang perempuan mengendarai kendaraan beroda empat dan berhenti didepan rumahnya.Tanpa pikir panjang Tsotsi mencur kendaraan beroda empat itu bahkan menembak sang wanita. Ternyata didalam kendaraan beroda empat itu terdapat bayi.
Tsotsi yang awalnya berniat meninggalkan bayi itu malah balasannya merawat sang bayi. Mengapa Tsotsi yang kejam justru menaruh kasihan terhadap bayi? Apa itu bekerjasama dengan masa kemudian yang ia alami sehingga menjadi kejam menyerupai sekarang?
Meskipun tokoh Tsotsi digambarkan kejam, aku sedikit menaruh simpati padanya. Sedikit? Ya hanya sedikit alasannya ialah Presley Chweneyagae pemain film Tsotsi terasa kurang maksimal memberi emosi pada aksara yang ia mainkan, sehingga hanya bisa sedikit menarik simpati saya. Dari segi plot dan alur dongeng film ini menarik, hanya aku awalnya berharap lebih dari ini. Tsotsi menunjukkan alur dongeng yang buat aku terlalu gampang dicerna, jauh bila dibanding City of God. Flashback terhadap aksara Tsotsi wacana masa lalunya juga berasa terlalu sedikit alias kurang. Kaprikornus aksara itu sendiri kurang terbangun. Tapi sekali lagi kesederhanaan yang ditampilkan film menyerupai ini memang membuatnya menarik dan terasa bersahabat dengan kehidupan kita.
RATING:
Ini Lho Tsotsi (2005)
4/
5
Oleh
news flash