Setelah menampilkan konflik mengenai konflik akhir perbedaan bahasa dan budaya dalam "Babel", sutradara Alejandro Gonzales Inarritu kembali menyuguhkan kepada kita sebuah film yang bercerita mengenaikonflik yang terjadi dalam hidup manusia. "Biutiful" yakni sebuah film yang menceritakan mengenai usaha insan dalam hidupnya. Sesulit apapun hidup itu nyatanya usaha memang tidak pernah berhenti dilakukan oleh manusia. Kurang lebih itulah yang menjadi garis besar film ini walaupun masih ada beberapa hal lain yang bisa diambil dari "Biutiful" menyerupai kondisi keluarga yang kurang harmonis, rasa sepi, ambiguitas moral, hingga janjkematian yang bukanlah selesai melainkan awal yang gres dengan kata lain menyinggung kehidupan sehabis kematian.
Uxbal (Javier Bardem) sendirian mengasuh kedua anaknya, Ana (Hanaa Bouchaib) dan Mateo (Guillermo Estrella) dengan segala kesederhanaan ekonomi yang beliau miliki. Sedangkan istrinya, Maramba (Maricel Alvarez) yang yakni pengidap bipolar disorder walaupun masih menyayangi suami dan anak-anaknya terlihat tidak siap menanggung beban sebagai istri dan ibu sebab beliau masih gemar bersenang-senang di kehidupan malam. Uxbal sendiri kesehariannya bekerja sebagai penyalur barang ilegal yang milik Hai (Cheng Taishen) yang merupakan pengusaha asal Cina untuk kemudian dijual kepada para imigran Afrika. Selain itu Uxbal juga menerima embel-embel penghasilan berkat "bakat" yang dimilikinya yaitu bisa berkomunikasi dengan arwah ingin tau dan membimbing mereka untuk menuju ke alam baka. Sampai suatu hari Uxbal dikejutkan dengan hasil investigasi dokter yang menyatakan beliau menderita kanker dan hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi.
"Biutiful" yakni sebuah suguhan yang cukup depresif. Sebenarnya jikalau Inarritu mau beliau bisa saja menciptakan film ini menjadi lebih mellow untuk mengajak penontonnya bersedih dan menangis menyesali nasib Uxbal dan karakter-karakter lain di film ini. Tapi pendekatan yang dilakukan Inarritu menciptakan film ini lebih berasa depresif dan suram daripada mellow. Saya sendiri lebih mencicipi sesak melihat segala kesuraman di film ini dibandingkan merasa duka walaupun tetap ada beberapa kepingan yang terasa menyedihkan. Tapi hebatnya "Biutiful" bisa membungkus segala kesuraman tersebut dengan indah. Rodrigo prieto sang cinematographer bisa membungkus "Biutiful" menjadi sajian yang indah ditengah "sepinya" film ini dalam berjalan dan bertutur.
Disaat pengumuman nominasi Oscar kemudian saya sempat terkejut dengan masuknya nama Javier Bardem. Saya sendiri ketika itu belum terlalu mengikuti Cannes Film Festival dimana Bardem berhasil meraih "Best Actor". Saya sempat sangsi apakah memang beliau pantas. Karena bagi saya ketika itu Ryan Gosling (Blue Valentine) dan Ryan Reynolds (Buried) seharusnya masuk nominasi. Tapi selepas menyaksikan aktingnya di film ini segala evaluasi saya berubah. Jika sebelumnya saya menentukan James Franco (127 Hours) sebagai kontender Colin Firth, kini saya meralatnya. Javier Bardem bahkan berakting dengan kelas yang tidak kalah dengan apa yang ditampilkan Firth di TKS. Hanya melalui tatapan matanya Bardem sudah bisa berbicara kepada penonton ditambah begitu banyak shot close up yang makin mengumbar tatapan mata huruf Uxbal. Tatapan mata seorang ayah yang meannggung beban hidup begitu berat. Dan semua itu beliau tunjukkan dengan begitu alami.
RATING:
Ini Lho Biutiful (2010)
4/
5
Oleh
news flash