Friday, February 1, 2019

Ini Lho Sucker Punch (2011)

Sekitar 3 bulan yang kemudian saya sempat menulis perihal 10 film yang paling saya tunggu di tahun 2011. Dari 10 film itu 5 diantaranya sudah dirilis (Pirates of the Caribbean 4, Scre4m, The Hangover: Part II, Your Highness dan Sucker Punch). Tapi ibarat yang kita tahu kini film Box Office sulit masuk ke Indonesia, sehingga dari 5 film tersebut gres 2 yang saya tonton yaitu "Scream 4" dan "Sucker Punch" ini (Saya putuskan melewatkan Your Highness). Setelah "Scream 4" bisa memenuhi ekspektasi saya, tentunya cita-cita kepada film garapan sutradara Zack Snyder ini untuk bisa menawarkan hal yang sama cukup tinggi. Saya tidak peduli film ini mendapat kritikan jelek, toh saya masih bisa menikmati film macam "Season of the Witch" yang hanya mendapat skor 6% di Rotten Tomatoes.

Seorang gadis (Emily Browning) yang gres saja kehilangan sang ibu yang meninggal dunia terpaksa masuk ke Rumah Sakit Jiwa jawaban difitnah ayah tirinya. Disana sang ayah tiri meminta kepada salah seorang petugas berjulukan Blue Jones (Oscar Isaac) untuk melaksanakan lobotomi kepada gadis itu semoga beliau tidak ingat segala hal yang dilakukan si ayah tiri kepadanya dan keluarganya. Disaat proses lobotomi tersebut dilakukan, dongeng berpindah ke alam fantasi gadis tersebut dimana disana ia mendapat nama Babydoll. Tidak hanya nama, tapi setting kawasan juga berubah dari RSJ menjadi sebuah rumah bordil. Blue yang sebelumnya ialah pegawai disana bermetamorfosis penguasa rumah bordil tersebut. Pasien rumah sakit juga bermetamorfosis gadis yang tinggal dirumah tersebut.

Disana Babydoll bertemu dengan gadis lainnya ibarat Sweet Pea (Arby Cornish) dan adiknya, Rocket (Jena Malone), Blondie (Vanessa Hudgens) dan Amber (Jamie Chung). Mereka berlima kemudian makin bersahabat satu sama lain dan kesudahannya merencanakan diri untuk melarikan diri dari kawasan tersebut. Untuk menjalankan planning itu, mereka berusaha mengumpulkan 5 benda, yaitu Peta kawasan tersebut, Api, Pisau, Kunci dan satu hal lagi yang masih misterius dan belum diketahui. Dan uniknya, tiap kali mereka menjalankan planning untuk mengambil salah satu barang tersebut, muncul adegan di alam fantasi lain (fantasi tingkat 2) dimana Babydoll dan keempat rekannya bertarung melawan sepasukan monster-monster dan robot untuk mendapat sebuah benda yang merefleksikan benda yang coba mereka ambil di alam fantasi tingkat pertama.
Premis film ini terdengar sangat menarik, kreatif dan mengingatkan pada plot "Inception" yang menggambarkan tingkatan mimpi. Bedanya, di "Sucker Punch" yang ditampilkan ialah tingkatan alam fantasi/khayalan. Satu lagi perbedaan antara keduanya ialah apabila "Inception" bisa menampilkan plot dan storyline yang begitu rapi dan menarik, "Sucker Punch" terlihat galau untuk menampilkan sebuah kisah mengenai tingkatan-tingkatan alam fantasi yang berbeda. Saya paham Snyder bermaksud menampilkan kisah usaha gadis-gadis merebut kebebasan mereka di alam fantasi tingkat pertama dan mengajak penontonnya untuk bersimpati pada mereka. Kemudian di alam fantasi tingkat dua Snyder gres menawarkan ciri khasnya yaitu rentetan adegan action yang menampilkan keseruan, visualisasi mengagumkan dan tentunya slow motion andalan sang sutradara.

Tapi yang terjadi malahan kegagalan. Di tingkatan pertama saya sama sekali tidak mencicipi ikatan yang bisa menciptakan saya simpatik pada mereka. (SPOILER Adegan terbunuhnya Amber dan Blondie agak membekas bukan alasannya saya peduli pada mereka tapi lebih alasannya tidak tega melihat gadis manis dan seksi terbunuh.) Sedangkan adegan agresi yang muncul di tingkat kedua hanya menang di visualnya saja. Penggambaran dunia khayal dan makhluk-makhluk absurd disana memang harus diakui sangat luar biasa dan yummy dipandang. Tapi sayangnya lagi, plot yang ditampilkan disana membosankan. Hanya menampilkan 5 gadis yang diberi perintah oleh seorang laki-laki untuk mengalahkan lawan dan menganbil barang yang entah apa, kemudian terjadi tembak-tempakan, ledakan dan selesai. Andai tidak ada visualisasi menawan, adegan action film inibahkan bisa kalah menarik dibanding "The Expendables" yang super klise itu.

Bagaimana dengan akting para pemainnya? Saya bahkan kesulitan membedakan lisan yang mereka tampilkan dengan lisan datar Babydoll sesudah beliau menjalani lobotomi. Dengan kata lain mereka berakting begitu datar. Emily Browning ialah yang paling terasa datarnya alasannya selain yang paling sering muncul beliau juga sering kebagian scene close up yang parahnya scene itu hanya menampilkan wajah datarnya saja. Tapi memang saya akui mereka cukup menawarkan hiburan alasannya manis dan seksi. Tapi apalah artinya tanpa akting yang memadahi?

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Sucker Punch (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email