Film ini berbasis kehidupan dari T.E. Lawrence, seorang tentara Inggris yang memiliki peranan sangat besar dalam "Arab Revolt", yaitu peperangan pasukan Arab menghadapi Turki yang berlangsung antara 1916-1918. Tokoh T.E. Lawrence sendiri diperankan oleh Peter O'Toole yang merupakan bintang film peraih nominasi Oscar terbanyak sebagai "Best Actor" tanpa sekalipun menang yaitu 8 kali termasuk dalam film ini dimana beliau kalah oleh Gregory Peck (To Kill a Mockingbird). Selain "Best Actor", film ini juga menerima 9 nominasi lain dimana 6 diantaranya berhasil dimenangkan termasuk "Best Picture" dan "Best Director" untuk sutradara David Lean.
Film dibuka dengan adegan ajal T.E. Lawrence (Peter O'Toole) yang meninggal dalam kecelakaan motor pada 1935. Dia dimakamkan di St Paul's Cathedral dimana itu dilakukan untuk menghargai segala macam jasa yang telah beliau berikan. Film kemudian kembali ke masa dimana Lawrence sedang bertugas dalam Perang Dunia I. Dia kemudian ditugaskan untuk menuju Arab guna memantau pasukan Arab yang dipimpin Prince Faisal (Alec Guinness) dalam pergerakan mereka melawan Turki. Disana Lawrence juga bertemu dengan Sherif Ali (Omar Sharif) yang awalnya berselisih paham dengan Lawrence dan tidak menyukainya.
Tapi diluar dugaan Lawrence bisa menerima kepercayaan Prince Faisal dan mulai menciptakan rencana dalam peperangan dan memimpin pasukan Arab bersama Sherif Ali. Lawrence yang awalnya diremehkan lambat laun mulai diakui bahkan oleh Ali sendiri sehabis memperlihatkan agresi heroiknya. Bahkan Lawrence mulai diakui sebagai salah satu rakyat Arab. Tapi masih banyak rintangan yang menanti tidak hanya dari pihak musuh tapi dari pihak Arab sendiri yang masih belum bisa bersatu dalam bendera Arab tapi masih berpihak pada suku masing-masing.
Durasi film yang mencapai 206 menit atau hampir 3 setengah jam ternyata tidak melelahkan sehabis saya simpulan menonton film ini. Cara David Lean dalam menyajikan film yang dikenal sebagai salah satu film epic terbaik sepanjang masa ini memang menarik. segala konflik mulai dari konflik politik, konflik batin dalam diri Lawrence sampai tentunya serunya peperangan semua dihadirkan bergantian dengan porsi yang seimbang dan sama menariknya. Walaupun tidak sekuat film perang modern macam "Platoon" ta dalernyata film yang menghadirkan peperangan jaman dulu ini masih bisa memperlihatkan kesan "neraka dunia" dalam peperangan dan itu terlihat positif dalam diri T.E. Lawrence yang sangat sering mengalami tekanan dalam perang itu yang lebih banyak didominasi muncul bila bekerjasama dengan hilangnya nyawa seseorang. Sayangnya film ini masih kurang dalam menyajikan hal itu sehingga masih belum bisa menciptakan saya tersentuh dengan segala kehilangan atau tekanan yang dialami oleh Lawrence. Untuk film berdurasi lebih dari 3 jam terang itu kekurangan yang besar,
Hal lain yang menciptakan "Lawrence of Arabia" tidak membosankan dengan durasinya yang super usang itu ialah faktor art direction, sound, dan cinematography yang nyaris tepat dimana 3 hal tersebut juga diganjar Oscar. Tata kostum dan lokasi yang begitu detil dan memanjakan amta digabung dengan pengambilan gambar khususnya di setting outdoor yang lebih banyak didominasi menampilkan gurun pasir ditampilkan dengan "keindahan" tersendiri dan menambah kesan penderitaan perang yang terjadi. Iringan musik yang khas timur tengah juga sangat tepat penggunaannya. Lalu, menyerupai yang saya bilang tadi bahwa pengembangan kejiwaan T.E. Lawrence ialah hal yang sangat menarik. Hal itu tidak akan terjadi tanpa akting luar biasa dari Peter O'Toole. Ekspresinya memancarkan penderitaan, kebimbangan, pujian dan aneka macam perasaan lain dengan begitu sempurna.
RATING:
Ini Lho Lawrence Of Arabia (1962)
4/
5
Oleh
news flash