Thursday, January 17, 2019

Ini Lho War Of The Arrows (2011)

Beberapa tahun kemudian perfilman Korea selalu identik dengan film drama penguras air mata. Lalu akhir-akhir ini film-film komedi romantis mulai menjadi tren baru. Sementara itu penikmat horror juga akan bahagia dengan banyak dirilisnya film-film thriller atau horro yang menampilkan banjir darah dan nuansa sadisme yang cukup tinggi. Tapi film Korea yang menceritakan wacana dramatisasi sejarah atau cerita-cerita kerajaan dan peperangan masih sangat sedikit. Biasanya sineas Hong Kong yang sering melahirkan film-film dalam genre tersebut. Tapi sutradara Kim Han-min ternyata ialah seorang sineas yang berani melawan arus dengan menciptakan film yang ber-setting pada era 17 ini dan menceritakan wacana invasi yang dilakukan oleh Manchuria (kalau saya tidak salah ialah sebuah dinasti dari China)

Film dibuka dengan adegan Nam-yi dan Ja-in yang sedang mencoba kabur dari serangan prajurit Manchuria. Ditengah pelarian mereka sempat ditolong oleh sang ayah yang merupakan hebat memanah di desa tersebut. Sang ayah menyuruh mereka kabur ke sebuah desa yang mana ditempat itu pemimpinnya ialah sahabat ayah mereka. Sebelum pergi, Nam-yi dititipi untuk selalu menjaga adik perempuannya dan juga dititipi sebuah busur milik ayahnya. Tragisnya mereka harus melihat sang ayah tewas terpenggal didepan mata mereka meskipun pada risikonya mereka berdua berhasil lolos. 13 tahun kemduian sempurna dikala hari kesepakatan nikah antara Ja-in dan Seo-gun, desa tersebut juga diinvasi oleh prajurit Manchu. Ja-in dan Seo-gun dibawa pergi tapi dengan rombongan yang berbeda. Nam-yi yang dikala terjadi penyerangan tidak berada di desa risikonya dikala hingga disana mendapati semuanya sudah porak poranda dan sang adik sudah tidak ada. Akhirnya Nam-yi nekat berusaha menyelamatkan adiknya walaupun itu artinya ia harus melawan ratusan prajurit Manchu seorang diri dengan bersenjatakan panah dari ayahnya dulu.

Cerita yang ditawarkan War of the Arrows cukup standar. Kisah heroik yang muncul dalam sebuah pertempuran mengenai satu orang yang bisa menghancurkan satu pasukan memang sudah biasa diangkat dalam sebuah film. Bagaimana jalan ceritanya, siapa saja tokoh yang akan bertahan hidup hingga titik puncak atau selesai film semuanya sangat gampang ditebak. Tapi Nam-yi bukanlah seorang Rambo yang dengan nekat eksklusif masuk ke sarang musuh kemudian dengan senapannya sendirian bisa membabat habis musuh walaupun tanpa seni administrasi khusus. Nam-yi tetap memakai seni administrasi khusus untuk bisa memenangkan pertempuran. Dia juga tetap membutuhkan santunan beberapa orang pada risikonya dan tidak asal hajar saja. Kita akan menemukan bahwa kejar-kejaran dan pertempuran dengan panah selama sekitar 90an menit itu menjadi sebuah rentetan adegan yang seru dari awal hingga akhir.
Akhir kisahnya memang predictable, tapi dalam film menyerupai ini hal itu bisa dimaklumi dan dimaafkan andaikan jalan menuju selesai tersebut tidak datar, dan War of the Arrows jauh dari kata datar. Adegan aksinya seru dan itu stabil dari awal hingga akhir. Berbagai agresi keren yang ditunjukkan oleh Park Hae-il sebagai Nam-yi si jago panah sangat menyenangkan ditonton. Apalagi Park hae-il sendiri terlihat amat meyakinkan dalam mengatakan kemampuannya dalam menarik busur panah. Bagaimana ia bertahap mulai menghancurkan pasukan lawan. Ya, bertahap secara bertahap, itulah yang menciptakan keseruan film ini terus stabil. Lalu bagaimana ia dan kawan-kawannya harus kabur dari kejaran prajurit Manchu melewati banyak sekali medan alam yang cukup berat termasuk harus berada didekat daerah tinggal harimau buas menambah keseruan film ini. Sedangkan untuk detil lain menyerupai kostum dan setting memang menyerupai film wacana sejarah lainnya niscaya digarap dengan serius dan terlihat total.

Kalau ada yang disayangkan dari film ini itu ialah kurangnya emosi mendalam yang bisa menciptakan penontonnya ikut terbawa. Beberapa momen yang harusnya mengharukan terasa datar-datar saja. Saat ending film yang ditujukan mengharukan juga tidak berhasil. Tapi meskipun begitu berkat rangkaian adegan agresi yang seru, War of the Arrows tetaplah menjadi film yang elok dimata saya. Apalagi film ini ditelurkan oleh sineas Korea yang notabene jarang menciptakan film semacam ini. Bukan sebuah epic dengan skala besar tapi tetap tidak kehilangan momentum heroik yang coba ditampilkan.


Artikel Terkait

Ini Lho War Of The Arrows (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email