Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Hansel & Gretel: Witch Hunters (2013)

Film yang berkisah perihal twist terhadap sebuah dongeng klasik memang masih menjadi tren. Kali ini giliran dongeng Hansel & Gretel ciptaan Brothers Grimm yang disesuaikan secara lepas. Yang menarik yaitu film ini disutradarai oleh Tommy Wirkola yang populer lewat film zombie-nazi miliknya, Dead Snow. Dalam Dead Snow saya mengenal Wirkola sebagai sutradara penuh visi gila, dimana ia mampu mencampurkan horror penuh darah dengan rangkaian komedi hitam yang lucu. Kaprikornus keinginan saya tentunya Hansel & Gretel: Witch Hunters juga akan menjadi sebuah film yang asing dan brainless. Dari judulnya sendiri kita sudah dapat membaca bahwa ceritanya akan mendapat twist. Bagaimana tidak? Hansel dan Gretel yang dalam dongeng aslinya dikisahkan yaitu dua anak kecil yang tersesat di hutan, mengikuti remahan roti sebelum hingga di rumah milik penyihir yang balasannya mengurung mereka disini keduanya justru dijadikan duo kakak-adik pemburu penyihir. Jalan kisah awal film ini masih mengikuti pakem dongeng aslinya dimana Hansel dan Gretel kecil tersesat di tengah hutan sehabis ditinggalkan oleh sang ayah. Kemudian mereka menemukan sebuah rumah yang terbuat dari permen dan ternyata itu yaitu rumah seorang penyihir jahat.

Kita semua tahu bahwa Hansel dan Gretel akan dikurung oleh penyihir tersebut sebelum balasannya mereka berdua berhasil membunuh sang penyihir untuk kemudian hidup senang selamanya. Dalam dongeng, disitu yaitu simpulan cerita, namun dalam film ini semuanya justru gres dimulai ketika itu. Selang 15 tahun kemudian, Hansel (Jeremy Renner) dan Gretel (Gemma Arterton) telah dikenal sebagai pemburu penyihir yang tersohor. Dengan bersenjatakan busur panah canggih hingga senapan hingga bazoka mereka berdua berkeliling untuk membunuh penyihir-penyihir jahat yang gemar menculik anak-anak. Sampai mereka datang di kota Augsburg sehabis Walikota meminta mereka untuk memburu penyihir yang telah menculik banyak bawah umur disana. Mereka harus berhadapan dengan sekumpulan penyihir yang dipimpin oleh Muriel (Famke Janssen) seorang penyihir jahat yang sangat kuat. Tanpa diduga Muriel gotong royong tengah mempersiapkan sebuah rencana belakang layar yang kejam. Masih ada beberapa twist pada lanjutan ceritanya, tapi intinya aneka macam perubahan dari kisah aslinya tersebut tidak dapat disebut sebagai twist yang cerdas, sebab itu semua hanya pembuka jalan bagi aneka macam adegan agresi penuh darah dan tak berotak yang jadi sajian utama film ini.

Pada dasarnya memang tidak ada twist cerdas dalam ceritanya, tapi harus diakui perubahan tersebut cukup memperlihatkan daya tarik. Tidak perlu bertanya-tanya latar belakang yang mengakibatkan Hansel dan Gretel sebagai witch hunters. Yang kita tahu hanyalah mereka berdua dsempat diculik oleh penyihir, kemudian kita interpretasikan saja mereka dendam pada penyihir kemudian tetapkan untuk memburu semua penyihir yang ada di dunia. Tapi sekali lagi kedalaman kisah memang tidak diperhatikan disini. Twist yang diberikan yaitu untuk membuka jalan biar dapat menampilkan sebuah kisah ber-setting masa lampau tapi dua jagoan utamanya menggunakan senjata-senjata modern semacam bazoka hingga gatling gun. Mungkin sekilas itu yaitu hal yang konyol, tapi percayalah penggunaan senjata-senjata tersebut berhasil menciptakan action sequence dalam film ini seru dan menciptakan sosok Hansel dan Gretel menjadi action hero yang cukup keren meskipun sama sekali tidak terasa adanya chemistry abang beradik diantara keduanya. Tapi sekali lagi yang penting keduanya dapat beraksi dengan keren, sebab itu yaitu tujuan utama film ini.
Bicara soal action sequence, jangan lupa bahwa ini yaitu film seorang Tommy Wirkola. Hal itu berarti kita dapat berharap akan ada darah yang tumpah serta aneka macam macam adegan sadis sekaligus asing disini. Wirkola memang berhasil menyajikan aneka macam macam adegan sadis mulai dari kepala yang pecah hingga badan yang terbelah. Tapi sayangnya tingkat kegilaan yang ada masih jauh dari yang saya harapkan. Jelas sekali Wirkola menyerah untuk kepentingan rating, sebuah hal yang masuk akal terjadi pada sutradara luar Amerika yang gres memulai debutnya di Hollywood. Mungkin untuk ukuran sebuah film blockbuster mainstream di Hollywood, Hansel & Gretel: Witch Hunters sudah cukup sadis, tapi tidak untuk ukuran Wirkola. Apalagi saya merasa aura bersenang-senang yang begitu kental dalam Dead Snow jauh menurun disini. Adegan sadisnya jauh lebih serius dan unsur komedi hitamnya jauh menurun pula. Tidak ada adegan kocak menyerupai usus yang terikat di sebuah pohon menyerupai di Dead Snow. Semua kekerasannya dapat menciptakan tersenyum dan menghindarkan dari rasa kantuk, tapi terlalu kaku dan kenakalan menyerupai yang saya harapkan.

Bahkan perjuangan untuk membungkus film ini dengan komedi dari dialognya juga kurang berhasil. Jeremy Renner tidak terlalu baik untuk menghantarkan baris obrolan yang dimaksudkan sebagai line komedi. Aktingnya tidak jelek tapi kurang berhasil menciptakan abjad Hansel jadi lebih menarik. Sedangkan Gemma Arterton sebagai Gretel? Bagi para penonton laki-laki niscaya akan menyukai penampilan Gemma Arterton disini. Bahkan bagi mereka penonton laki-laki yang menganggap kualitas filmnya busuk setidaknya akan selalu terhibur setiap kali Artertron tampil di layar. Famke Janssen sebagai sosok penyihir jahat Muriel juga gotong royong tidak jelek namun masih saja terasa kurang greget sebagai seorang penyihir jahat yang kejam. Pada balasannya saya merasa Hansel & Gretel: Witch Hunters gagal memenuhi ekspektasi saya terhadap kegilaan Tommy Wirkola sebab disini beliau masih terlalu sopan dan seolah melupakan untuk bersenang-senang dalam mengumbar kegilaan dalam kesadisan yang ada. Mungkin salah satu banyolan paling mengena yaitu sosok troll jelek rupa yang diberi nama Edward.

Artikel Terkait

Ini Lho Hansel & Gretel: Witch Hunters (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email