Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Sightseers (2012)

 
Film Kill List yang disutradarai oleh Ben Wheatley pada tahun 2011 cukup menuai sukses dan banyak mendapat respon yang positif. Dengan banyaknya adegan sadis serta twist ending yang gila, film tersebut dianggap berhasil menyuguhkan sebuah tontonan horror yang bagus, namun aku tidak terlalu sependapat. Benar kalau terdapat beberapa adegan yang menampilkan kesadisan dengan cukup gamblang, dan benar ending-nya punya kejutan sekaligus tingkat kegilaan yang mungkin nyaris setara dengan A Serbian Film, tapi secara keseluruhan aku merasa Kill List membosankan dan berjalan terlalu lambat. Setahun kemudian Ben Wheatley kembali menciptakan sebuah film thriller berjudul Sightseers. Bedanya, dalam film yang juga diproduseri oleh Edgar Wright ini, terdapat bumbu komedi hitam. Sightseers bercerita perihal sepasang kekasih, Chris (Steve Oram) dan Tina (Alice Lowe) yang melaksanakan perjalanan berdua. Chris mengajak Tina dalam perjalanan tersebut untuk memperlihatkan pada kekasihnya itu bagaimana dunia yang disukai oleh Chris. Perjalanan yang pada awalnya tidak disetujui oleh ibunda Tina tersebut awalnya berjalan menyenangkan. Keduanya begitu menikmati perjalanan penuh cinta tersebut. Sampai kemudian sebuah kejadian mengerikan menciptakan perjalanan tersebut perlahan menjadi penuh darah dan diisi oleh rangkaian pembunuhan keji.

Sebenarnya, road movie yang berkisah perihal sebuah perjalanan yang menjadi kacau bukan hal gres sebab road movie memang selalu menampilkan konflik semacam itu. Begitu juga film perihal sepasang kekasih yang melaksanakan atau menemui hal gila bahu-membahu juga bukan merupakan hal baru. Namun kalau ditelusuri lebih dalam, apa yang terkandung pada Sightseers jauh lebih dalam, gila dan tragis daripada itu. Sedari awal, Chris dan Tina sudah sama-sama sanggup dibilang sudah bermasalah. Chris seiring dengan berjalannya film diceritakan punya kehidupan yang tidak terlalu mulus termasuk cita-citanya menjadi penulis, sedangkan Tina masih mencicipi kehilangan mendalam sehabis kucing kesayangannya tewas setahun lalu. Tidak hanya itu, ibunya yang sakit-sakitan juga sering menciptakan Tina merasa terganggu dengan sikapnya yang memang sering menciptakan Tina jengkel. Kemudian kedua orang ini saling jatuh cinta dan menemukan orang yang mereka cari dalam diri pasangan masing-masing, dan pada balasannya mereka berlibur bersama. Mereka sama-sama menginginkan liburan yang senang bersama orang yang mereka cintai. Chris ingin menciptakan Tina terkesan padanya, sedangkan Tina sudah merasa muak dengan kehidupan yang ia jalani. Pada balasannya dikala liburan mereka "terganggu" keduanya sama-sama mendapat hal gila untuk mendapat yang mereka mau.
Tapi Sightseers digarap dengan penuh ironi. Bagaimana tidak, ada beberapa faktor yang menciptakan film ini dari luar sesungguhnya tidak terlihat ibarat sebuah thriller yang penuh kesadisan. Pertama yaitu aspek visual yang mengesankan. Pemandangan alam dan pedesaan Inggris yang ditampilkan begitu mempesona, seolah mengakibatkan film ini bagaikan road movie indah penuh hal-hal spiritual dan pencarian jawaban atas pertanyaan dalam kehidupan ibarat yang selalu kita jumpai. Ya, Sightseers memang sebuah kisah pencarian makna hidup, namun ditempuh lewat jalan yang gila. Lewat keindahan pemandangan tersebut, kita diajak ikut menikmati bagaimana romantisme yang dialami oleh Chris dan Tina. Romantisme tersebut terasa begitu indah hingga kita berkali-kali dihentakkan oleh momen-momen sadis penuh darah yang disajikan dengan cukup gamblang, sebelum lagi-lagi kita dikembalikan pada gambar-gambar indah dalam romantisme Chris dan Tina. Saya dibentuk memahami hal-hal gila yang terjadi dalam film ini bukan sekedar kegilaan tapi punya dasar emosional yang kuat. Pada balasannya cinta terlihat sanggup menyatukan siapapun meski harus didasari oleh hal-hal gila sebelum pada balasannya sebuah ending yang sesungguhnya predictable tapi tetap menyentak dan terasa tragis itu muncul.

Satu hal lagi yang menjadi kekuatan film ini yaitu kandungan komedi hitamnya. Lewat selipan banyak sekali obrolan cerdas, aku berhasil dibentuk tertawa semenjak awal film karenanya. Tentu saja sebab ini yaitu komedi hitam maka tidak semua orang sanggup dibentuk tertawa karenanya, tapi sekali lagi kalau anda mencemarti dialog-dialog yang ada, maka anda akan menemukan banyak obrolan yang begitu cerdas dan berhasil memancing tawa. Pada balasannya berkat hal itu Sightseers berhasil menjadi tontonan yang begitu lengkap. Perasaan aku benar-benar sanggup dibentuk naik turun. Terkadang aku merasa filmnya begitu indah dengan visual memukau sekaligus romantisme menyentuh yang mengeksplorasi kedua aksara utamanya dengan begitu mendalam. Terkadang aku juga dibentuk tertawa oleh balutan komedi hitamnya. Tapi tentu saja ini yaitu film thriller-horror yang sanggup memperlihatkan ketegangan dan punya banyak sekali macam adegan sadis yang ditampilkan dengan cukup eksplisit. Sightseers sanggup menampilkan ketiga elemen yang sesungguhnya begitu berbeda tersebut dan menggabungkannya menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mengisi dengan baik.

Artikel Terkait

Ini Lho Sightseers (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email