Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Iron Man 3 (2013)

Marvel memulai fase kedua dari Cinematic Universe mereka lewat Iron Man 3. Mengalami pergantian sutradara dari John Favreau ke Shane Black, film ketiga ini bercerita perihal kehidupan Tony Stark pasca serangan Chitauri yang terjadi di The Avengers. Jika film pertama bercerita perihal bagaimana Stark memulai kehidupannya sebagai Iron Man dan film kedua berkisah perihal masa kejayaannya sebagai superhero, maka film ketiga ini mengeksplorasi lebih dalam diri Stark baik sebagai dirinya maupun sebagai Iron Man. Yang menarik ialah di film ketiga ini balasannya sosok The Mandarin yang selama ini dianggap sebagai musuh Iron Man yang paling populer balasannya muncul dan dimainkan oleh Ben Kingsley sesudah di film pertama nama organisasi teroris yang ia pimpin, The Ten Rings sempat disinggung. Pasca serangan Chitauri, Tony Stark (Robert Downey Jr.) mengalami gangguan kecemasan yang membuatnya tidak pernah tenang. Dia menghabiskan seluruh waktunya bekerja di laboratorium dan hal itu membuat hubungannya dengan sang kekasih, Pepper Potts (Gwyneth Paltrow) cukup terganggu dimana Tony tidak sempat meluangkan waktu bersamanya.

Pada ketika yang bersamaan kondisi dunia sedang memanas akhir teror dari sekelompok teroris yang dipimpin oleh The Mandarin (Ben Kingsley). The Mandarin merupakan dalang dibalik aneka macam macam pengeboman yang terjadi di aneka macam kepingan dunia dan menewaskan banyak orang. Namun akhir kurangnya bukti dan petunjuk di lokasi kejadian, keberadaan Mandarin menjadi sulit untuk diketahui. Disisi lain seorang ilmuwan berjulukan Aldrich Killian (Guy Pearce) tengah berbagi sebuah serum berjulukan Extremis yang sanggup dipakai untuk meregenerasi kerusakan pada badan manusia. Namun tidak hanya itu, Extremis ternyata juga sanggup memperlihatkan kekuatan berlipat bagi para penggunanya. Killian sendiri ditengarai punya kekerabatan dengan segala teror yang dilakukan oleh Mandarin. Namun Tony Stark tidak hanya harus melawan para musuh tersebut tapi juga harus berjuang menghadapi dirinya sendiri guna melindungi orang tercinta yang ia miliki. 

Sebuah dongeng yang nampaknya berpotensi membuat sebuah film superhero yang cukup kelam dimana sang superhero harus berjuang melawan hal-hal personal selain tentunya villain utama yang ada. Setidaknya kesan itu yang saya dapatkan dari aneka macam bahan promosinya baik itu trailer, poster ataupun sinopsis resmi yang ada. Namun diluar dugaan Shane Black bisa mengemas dasar dongeng yang kelam tersebut menjadi penuh humor segar. Meskipun dalam dua film Iron Man pertama Tony Stark meman dikenal sebagai sosok slengean yang gemar melontarkan banyolan, namun gres pada film ketiga ini abjad tersebut dieksplorasi habis-habisan. Kemampuan Robert Downey Jr. dalam melontarkan one line kocak benar-benar dimanfaatkan dengan baik disini. Hal itu membuat Iron Man 3 mempunyai DNA yang serupa dengan The Avengers yang memang bisa menggabungkan unsur agresi yang keren dengan momen komedi yang begitu efektif memancing tawa. Black tahu benar apa yang harus dilakukan pasca kesuksesan The Avengers dan sadr betul bahwa disini ia mempunyai modal yang benar-benar cukup untuk meneruskan kesuksesan tersebut. Modal itu ialah Robert Downey Jr. serta karakterisasi Tony Stark.
Namun apa yang dilakukan Black tidak serta merta mengakibatkan Iron Man 3 sebagai sebuah film aksi-komedi biasa, alasannya ialah kedalaman dongeng mengenai sisi gelap Tony yang muncul akhir kecemasan yang ia alami juga bisa dieksplorasi dengan baik. Kita sudah sering melihat sosok Tony yang playboy, flamboyan dan punya rasa percaya diri sangat tinggi. Dalam film ini kita akan diperlihatkan sosok lain dari Tony Stark yang gampang panik dan seringkali tidak yakin terhadap kemampuannya. Bahkan sosok Tony Stark yang flamboyan itu tidak terlalu sering nampak disini. Yang banyak terlihat justru Tony yang terluka dan harus berjuang meskipun tanpa dukungan baju besi miliknya. Ya, disamping momen dimana ibarat biasa Tony Stark beraksi dalam balutan armor, disini kita akan melihat ia bertarung hanya dengan aneka macam senjata sederhana yang ia buat sendiri. Sosoknya sebagai seorang yang cerdas begitu terlihat dan menjawab pertanyaan mengenai apakah kostum yang membuat seseorang jago ataukah orang dalam kostum tersebut. Black menepati janjinya untuk membuat film ini bagaikan thriller ala Tom Clancy dimana Stark beraksi layaknya seorang jasus yang taktis. Bagaimana Black sanggup mengemas konten yang gelap itu menjadi sebuah tontonan ringan penuh humor lucu tanpa harus kehilangan kedalaman dongeng terperinci patut dipuji.

Namun meski film ini ialah filmnya Tony Stark, abjad kunci lain macam Pepper Potts tidak dilupakan. Pepper mendapat porsi tugas yang peningkatannya cukup signifikan disini. Tidak hanya sebagai damsel in distress tapi ia juga merupakan sosok yang begitu penting bagi Tony bahkan bisa menyelamatkan sang Iron Man. Pepper Potts disini benar-benar diperlihatkan sebagai sosok yang begitu penting dalam hidup Tony Stark, tidak hanya orang yang ia cintai tapi juga bisa menolongnya dalam konteks apapun. Yang cukup kontroversial terperinci ialah The Mandarin. Kemunculannya diawal jujur bisa menghadirkan teror yang cukup membuat merinding. Saya dibentuk tidak sabar menantikan konfrontasi antara ia dengan Tony Stark. Sampai balasannya muncul sebuah twist besar yang akan membagi penontonnya menjadi dua kubu. Akan ada yang puas alasannya ialah menganggapnya sebagai kejutan yang cerdas dan tidak terduga, namun ada juga yang menganggapnya sebagai hal tolol yang menghancurkan abjad ikonis dalam dunia komik. Saya sendiri termasuk yang perasaannya campur aduk. Disatu sisi saya merasa itu ialah twist yang tidak terduga dan sah-sah saja dilakukan dalam sebuah adaptasi. Namun disisi lain merubah abjad yang begitu ikonis di dunia komik terperinci sebuah hal yang sulit diterima.

Namun diluar twist yang kontroversial tersebut, Iron Man 3 terperinci melanjutkan tren Marvel Studio yang film-filmnya tidak pernah mengecewakan. Iron Man 3 tidak hanya berhasil meramu dongeng yang dark dengan ringan, tapi juga bisa mengemas adegan aksinya dengan maksimal. Jika banyak pihak yang menganggap titik puncak di Iron Man 2 kurang greget, maka titik puncak di film ketiga ini terperinci digarap dengan baik. Menampilkan pertempuran epic yang melibatkan banyak armor Iron Man, terperinci ini sebuah momen yang dinantikan pecinta Iron Man. Belum lagi sebuah adegan agresi menegangkan disaat Iron Man menyelamatkan 13 orang yang terjatuh dari pesawat. Satu yang pasti, Robert Downey Jr. ialah bintang utama film ini yang sanggup menyuguhkan momen komedi ataupun kelam dengan sama baiknya. Kabar bahwa ia akan berhenti menjadi Tony Stark sesudah The Avengers 2 terperinci cukup mengkhawatirkan mengingat sulit mencari orang lain yang begitu pas memainkan abjad tersebut. Yang terperinci Iron Man 3 terasa bagaikan The Dark Knight Rises hanya saja punya tone yang lebih ceria.


Artikel Terkait

Ini Lho Iron Man 3 (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email