Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Texas Chainsaw (2013)

The Texas Chainsaw Massacre buatan Tobe Hooper yang dirilis pada tahun 1974 sanggup dibilang merupakan salah satu pondasi utama dalam genre film slasher. Mungkin bukan yang pertama, tapi film tersebut termasuk yang memantapkan formula perihal sekelompok remaja ndeso yang berlibur ke kawasan terpencil untuk kemudian satu demi satu melaksanakan hal ndeso yang menimbulkan mereka tewas dibantai oleh sesosok pembunuh berdarah dingin, biasanya makin sadis makin baik. Dalam film slasher, dongeng memang di nomor sekiankan. Hal yang paling penting dalam film menyerupai ini ialah bagaimana cara maut masing-masing karakternya dikemas dan segila (baca: sekeren) apakah sosok pembunuh yang ditampilkan. TTCM sendiri punya semua hal diatas. Sosok pembunuhnya terang gila. Siapa tidak kenal Leatherface dengan segala kegilaannya? Memakai topeng kulit manusia, kanibal, bahagia berdandan menyerupai perempuan, punya psychological age 8 tahun meski sudah dewasa, dan tentunya bersenjatakan gergaji mesin yang selalu berhasil meneror korban ataupun penonton tiap kali kemunculannya. Belum lagi keberadaan keluarga Sawyer yang sama gila dan juga kanibal makin menciptakan TTCM terasa begitu mengerikan. Sempat di-remake pada 2003, TTCM berlanjut dengan Texas Chainsaw 3D yang merupakan sekuel eksklusif dari film originalnya.

Dibuka dengan potongan-potongan dari adegan film aslinya, Texas Chainsaw kemudian memulai kisahnya dengan memperlihatkan apa yang terjadi sehabis Sally (protagonis film pertamanya) berhasil kabur dari kejaran Leatherface dan melaporkan insiden yang gres saja ia alami pada polisi. Tapi ternyata sebelum polisi berhasil melaksanakan penangkapan, para warga yang tidak terima akan perbuatan keluarga Sawyer memutuskan untuk mengkremasi mereka hidup-hidup termasuk Leatherface yang disini diketahui berjulukan Jedediah Sawyer. Kemudian kisahnya melompat ke 20 tahun kemudian, dimana narasi berfokus pada Heather Miller (Alexandra Daddario) yang dikala itu gres saja mengetahui fakta bahwa dirinya bukan anak kandung kedua orang tuanya. Heather mengetahui hal tersebut sehabis menerima surat warisan dari neneknya yang tinggal di Newt, Texas diamana disitu tertulis bahwa Heather merupakan keturunan terakhir dari keluarga Sawyer. Merasa ingin tahu asal permintaan yang sebenarnya, Heather bersama teman-temannya memutukan untuk pergi menuju Texas. Disana mereka menemukan bahwa warisan yang diterima oleh Heather ialah berupa mansion yang amat besar. Melihat mansion tersebut, hal wajib yang harus dilakukan oleh para remaja di film slasher tentunya mengadakan pesta di kawasan yang masih misterius tersebut. Tentunya kita juga tahu bahwa ternyata di salah satu sudut rumah tersebut,sosok Leatherface dengan gergaji mesin miliknya sudah menanti mangsa.

Bagi saya, dibandingkan Michael Myers atau Jason Voorhees sekalipun sosok Leatherface jauh lebih menyeramkan. Bagaimana tidak, disaat "rekan-rekannya" tersebut memburu mangsa dengan berjalan serta bersenjataan "hanya" pisau ataupun parang, Leatherface tidak segan berlari sambil memburu mangsanya dengan gergaji mesin. Dari segi senjata saja Leatherface sudah mengalahkan para pembunuh-pembunuh lainnya dalam film slasher. Belum lagi ditambah fakta bahwa ia dan keluarga Sawyer lainnya yang sama-sama sinting ialah kanibal. Bagi yang sudah menonton versi TobeHooper niscaya oke bahwa adegan makan malam keluarga Sawyer terasa begitu mengerikan sekaligus disturbing. Keberadaan Leatherface ditambah keluarga Sawyer lainnya ialah sebuah combo terror bagi saya. Dengan begitu banyak sekali macam jenis teror gila yang variatif sanggup dilakukan. Dalam Texas Chainsaw keputusan untuk menghabisi semua keluarga Sawyer selain Leatherface ialah keputusan yang bagi saya tida tepat. Mungkin hal itu dimaksudkan guna menciptakan sosok Leatherface lebih manusiawi dan punya motif yang lebih logis untuk membunuh korban-korbannya. Namun yang terjadi justru film ini kehilangan salah satu potensi penebar kengerian terbesarnya. Mungkin Leatherface ialah ikon, tapi keberadaannya sendiri tidak cukup menciptakan film ini terasa mengerikan.
Dengan dilakukannya hal tersebut simpel senjata film ini hanyalah Leatherface dengan segala kesadisan yang ia tebarkan lewat gergaji mesinnya. Sebenarnya banyak sekali momen gore dikala Leatherface membelah badan korbannya atau menghancurkan kepala mereka terasa cukup sadis dan memperlihatkan kesenangan tersendiri. Tapi lagi-lagi itu tidak cukup alasannya hanya dari situlah sumber kengerian film ini berasal. Tidak ada keluarga Sawyer yang sinting, dan tidak ada pula suasana "kotor" yang menghiasi sepanjang film dan menciptakan penonton makin mencicipi kesan disturbing menyerupai yang terasa begitu kental pada versi tahun 1974-nya. Yang main ngawur lagi ialah perjuangan mengubah sosok Leatherface dari seorang pembunuh gila berdarah cuek menjadi sosok antihero yang dibentuk untuk menciptakan penontonnya bersimpati. Sedari awal kita seolah dibawa untuk bersimpati pada keluarga Sawyer dan membenci warga Texas yang berusaha menghakimi keluarga Sawyer yang sudah membantai banyak orang dan memakan korban mereka tersebut. Hal tersebut terang merupakan keputusan yang aneh, ndeso dan bahkan merendahkan sosok Leatherface yang ikonis tersebut. Bukan begitu cara menciptakan penonton simpatik pada sesosok pembunuh dalam film slasher. Cukup buat mereka sesadis dan sekejam mungkin, berikan mereka senjata dan cara membunuh yang paling keren dan sadis maka penonton sudah akan mengasihi mereka.

Jikapun ingin menelusuri motif mendalam yang menimbulkan sang pembunuh menjadi menyerupai sekarang, pendekatan yang dilakukan oleh film ini terlalu malas dan terang tidak mendalam. Pada jadinya semua itu tidak terasa sisi positifnya. Texas Chainsaw sendiri bagi saya bukanlah film yang sangat jelek meski banyak melaksanakan hal yang memperlihatkan tidak respect-nya pembuat film ini terhadap versi milik Tobe Hooper. Banyak keputusan ndeso dan naskahnya sendiri terang banyak terdapat hal menggelikan. Saya sendiri masih cukup terhibur dengan banyak sekali adegan gore yang ada. Beberapa shocking moment juga cukup berhasil menciptakan saya terhentak, meskipun tidak semengerikan bayangan saya sehabis melihat beberapa teaser posternya. Hanya saja keputusan membunuh keluarga Sawyer dan menimbulkan Leatherface sebagai antihero ialah keputusan yang keliru, bahkan saya berpikir dua hal tersebut sanggup saja menghancurkan masa depan franchise ini, kecuali akan ada remake lagi atau meneruskan kisah dalam Texas Chainsaw dengan lebih asing (baca: bodoh) lagi. Setidaknya masih ada wajah Alexandra Daddario yang memperlihatkan hiburan bagi visual saya.


Artikel Terkait

Ini Lho Texas Chainsaw (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email