Sunday, January 6, 2019

Ini Lho Citizenfour (2014)

Satu hal paling mengejutkan dari dokumenter garapan Laura Poitras ini yakni fakta bahwa segala hal mengenai "The government is watching you all the time" memang benar adanya. Bahkan sebelum kemunculan Edward Snowden ke publik, sudah banyak berita bermunculan bahwa pemerintah Amerika melalui National Security Agency (NSA) lewat acara kita di internet. Akun facebook, e-mail, pencarian di Google dan YouTube, semuanya terpantau lengkap. Alasan kenapa banyak orang termasuk saya tidak terlalu percaya alasannya yakni daripada kenyataan semua itu lebih terdengar ibarat plot dalam film espionage atau political thriller. Apa kita benar-benar hidup layaknya Jim Carrey dalam The Truman Show? Kecurigaan itu yang mengarahkan Laura Poitras untuk menciptakan dokumenter wacana domestic surveillance sejak 2012. Tapi jawaban mengejutkan gres ia terima dikala Januari 2013 Laura mendapatkan e-mail enkripsi dari seorang ajaib berjulukan "Citizen Four" yang mengatakan diri untuk membuka segala belakang layar wacana tindakan ilegal NSA.

Filmnya bergerak cepat, tapi pada paruh awal terasa lambat. Kesan "cerewet" alasannya yakni banyaknya perdebatan yang dominan hadir di persidangan tidak mengatakan apapun kecuali elakan pihak NSA akan banyak sekali tuduhan. Suatu hal yang sudah sanggup diduga. Tapi itu hanyalah extended opening, hingga sosok "Citizen Four" menampakkan wajah aslinya: Edward Snowden (saat itu 29 tahun) seorang analis dan system administrator yang pernah bekerja bagi banyak forum inteligen ibarat CIA dan tentunya NSA. Saat itulah filmnya mulai benar-benar bergerak. Mayoritas hanya menunjukkan percakapan antara Edward Snowden dengan jurnalis pemeriksaan Glenn Greenwald serta wartawan dari "The Guardian" Ewen MacAskill dalam sebuah kamar hotel di Hong Kong selama kurang lebih delapan hari. Namun disitulah semua kejutan serta ketegangan terjadi. Segala rasa yang tidak terduga bakal muncul dari sebuah dokumenter, bukannya film thriller Jason Bourne.
Citizenfour akan menamparmu kemudian menyadaranmu bahwa faktanya sesuatu yang unbelievable sesungguhnya memang terjadi. Hanya saja para penguasa melaksanakan brainwashing lewat media termasuk film itu sendiri. Mengejutkan, sekaligus mengerikan dikala mengetahui semua konspirasi teori yang sekilas tidak lebih dari kisah fiksi ternyata berupa kenyataan. Tapi disaat sebuah film ibarat ini yang punya premis menghadirkan belakang layar besar pada tingkatan tertinggi sukses mengejutkan penontonnya, itu sudah sanggup diperkirakan. Memang amat mengejutkan, tapi bukankah itu ekspektasi dasar yang kita miliki sebelum menonton? Apa yang menciptakan film ini berada di atas ekspektasi yakni keberhasilannya membangun ketegangan pada intensitas tinggi. 

Ketegangan, kecemasan, dan kesan paranoid terasa begitu berpengaruh disini. Filmnya sanggup saja bernuansa courtroom drama, tapi Laura Poitras menentukan kesederhanaan bertutur. Lebih banyak berfokus pada dialog di kamar hotel, Citizenfour terasa begitu intim mengiringi pengungkapan satu per satu fakta dari verbal Edward Snowden. Kita semua niscaya pernah terlibat dialog dengan beberapa teman, dimana salah seorang diantara mereka mulai membicarakan sebuah belakang layar serius, yang dihentikan didengar oleh orang lain. Pastinya ada rasa tegang bercampur aduk dengan ingin tau dan rasa antusias untuk mendengar jauh lebih banyak. Ketegangan yang hadir alasannya yakni kekhawatiran jika saja ada orang lain yang tidak diinginkan mencuri dengar kisah tersebut. Perasaan itu bakal mengatakan rasa takut pada kita, kesan paranoid yang kental meski hanya mendengar bunyi benda terjatuh atau langkah kaki mendekat. Perasaan tidak nyaman penuh ketidak pastian itulah yang hadir dalam film ini. 
Setiap orang memasang raut wajah tegang, bicara dengan hati-hati, bahkan hingga menulis dialog di secarik kertas untuk meminimalisir resiko ketahuan. Pada balasannya hal-hal insidenta ibarat alarm kebakaran yang berbunyi tidak pada waktunya pun menjadikan kecurigaan. Citizenfour memang berfokus pada cerita, tapi juga melaksanakan observasi mendalam pada sosok Snowden. Dia begitu yakin bercerita dan memahami segala resiko yang akan ia tanggung. Tapi disaat semua kekhawatiran menjadi nyata, Laura Poitras sanggup menangkap kerapuhan dan ketakutan yang menyelimuti Snowden. Setelah itu filmnya berlanjut dengan banyak sekali dialog sembunyi-sembunyi lewat chat, bahkan ditutup dengan sebuah twist yang mengatakan tease akan sebuah konspirasi yang jauh lebih besar. Meninggalkan kesan cliffhanger yang seolah mengatakan tease untuk sekuel. Segala kesan yang umumnya muncul pada film-film thriller dramatik daripada dokumenter. 

Verdict: Citizenfour is a real modern-life horror story, disaat kemajuan teknologi serta internet begitu merajalela hingga hingga pada tingkatan yang sulit untuk dipercaya. Mengajak penontonnnya untuk sadar dan membuka mata dengan segala kenyataan yang ada bahwa segala teori konspirasi memang benar adanya. Memberi tahu bahwa (US) Government doesn't give any single fuck about you.

Artikel Terkait

Ini Lho Citizenfour (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email