Thursday, January 17, 2019

Ini Lho 12 Angry Men (1957)

Apakah menarik menonton 12 orang berdebat selama lebih dari 90 menit dalam satu ruangan? Jawabannya yaitu sangat menarik! Dikisahkan dalam sebuah persidangan argumen terkahir telah dibacakan dan hakim meminta 12 orang juri untuk berdiskusi mengenai keputusan final apakah tersangka bersalah atau tidak. Kasusnya sendiri yaitu mengenai berakal balig cukup akal 18 tahun yang dituduh membunuh ayahnya sendiri dengan cara menusukkan pisau ke dada sang ayah. Apabila dinyatakan bersalah maka beliau akan dieksekusi mati. Untuk menentukannya maka kedua belas juri tersebut semuanya harus setuju dengan satu suara. Jika ada satu juri saja yang berbeda bunyi maka diskusi harus terus dilanjutkan hingga mencapai satu kesepakatan.

Kedua belas juri itu memasuki ruangan dengan suasana santai meskipun ruangan tersebut sangatlah panas. Mereka tampaknya sudah tidak kebingungan lagi memilih keputusan. Kemudian diskusi dibuka dengan dipimpin oleh juri #1 (Martin Balsam) yang meminta sebelas juri lainnya melaksanakan vote dengan cara mengangkat tangan apabila mereka oke berakal balig cukup akal itu bersalah. Dari segala bukti dan kesaksian yang ada memang tersangka sangat diberatkan dan nampaknya tidak perlu berpikir keras guna tetapkan bahwa beliau bersalah. Tapi apa yang terjadi yaitu hanya 11 juri yang mengangkat tangan. Juri #8 (Henry Fonda) berbeda pendapat. Tapi beliau sendiri tidak menyampaikan bahwa berakal balig cukup akal itu tidak bersalah, tapi menurutnya alangkah baiknya kalau diskusi yang menyangkut nyawa orang lain tidak hanya berjalan 5 menit saja. Juri #8 ingin membicarakannya lebih jauh lagi. Lagi pula beliau masih mempunyai keraguan atau reasonable doubt yang membuatnya tidak berani tetapkan tersangka bersalah. Sebuah pernyataan yang menciptakan 11 juri lainnya geram sebab menyampaikan hal itu akan buang-buang waktu sebab tersangka sudah terang bersalah. Tapi apa yang terjadi berikutnya yaitu sebuah diskusi luar biasa yang berjalan diluar dugaan.

Ini yaitu film perihal courtroom terbaik yang pernah aku tonton. Dengan media hitam-putih yang mungkin menciptakan penonton jaman kini anti, 12 Angry Men menyajikan sebuah perbedatan dan silat pengecap yang luar biasa seru untuk disaksikan. Saya sendiri seolah diajak untuk menjadi juri ketiga belas selama menonton film ini. Awalnya mendengar aneka macam kesaksian dan bukti yang ada aku terang setuju untuk menyampaikan bahwa tersangka bersalah. Tapi kemudian pernyataan-pernyataan dari juri #8 makin menciptakan aku mempunyai keraguan. Dan seiring berjalannya diskusi reasonable doubt makin menguat. Lalu terbersit pada pikiran aku terkadang keputusan ibarat ini tidak dilandasi oleh pemikiran mendalam dan dengan perasaan tapi lebih kepada mengikuti emosi. Mendengar seorang bocah menusuk ayahnya sendiri dan menyangkalnya dengan alasan yang terdengar mengada-ada aku terang oke kalau beliau dieksekusi setimpal. Apalagi beliau mempunyai catatan kriminal yang tidak sedikit. Tapi sekali lagi ternyata kalau lebih dipikirkan secara mendalam lagi tidak seharusnya sebuah keputusan yang penting diambil dengan cara pikir ibarat itu.
Debut dari sutradara Sidney Lumet ini bukanlah dongeng yang berorientasi di hasil tapi lebih kepada proses. Sejak menit-menit awal aku sudah amat yakin bahwa kedua belas juri ini nantinya akan setuju bahwa tersangka tidak bersalah. Bahkan kemudian ketika aku membuka halaman wikipedia film ini disitu terang dituliskan urutan juri dari yang pertama menyampaikan si bocah tidak bersalah hingga yang terakhir. Tapi sekali lagi ini yaitu mengenai proses, mengenai diskuisnya yang penuh dengan kejutan, twist dan pembangungan tensi yang sangat efektif. Tensi film ini bukanlah dari action dan semacamnya tapi dari obrolan antar tokoh dan benturan moral yang terjadi. Apakah tersangka sesungguhnya bersalah atau tidak bagi aku tidak penting sebab yang terpenting dari film ini yaitu bagaimana keputusan itu diambil dengan jalan yang tepat. Karena selagi masih ada keraguan yang beralasan dalam hati juri maka tidak sanggup mereka tetapkan bocah itu bersalah. Apalagi tetapkan sebab adanya hal-hal personal yang turut campur dalam pengambilan keputusan.

Film ini penuh dengan hal-hal yang memorable entah itu adegannya, karakternya bahkan hingga obrolan dan teori-teori yang disampaikan juga sangat banyak yang memorable. Kedua belas karakternya punya porsi yang cukup seimbang. Memang ada dua atau tiga tokoh yang punya porsi lebih tapi itu yaitu sebuah kewajaran bahwa harus ada tokoh yang lebih ditonjolkan. Tapi secara keseluruhan lihatlah kedua belas juri tersebut yang masing-masing berkesempatan mengungkapkan argumennya dan setidaknya punya satu atau dua scene milik mereka sendiri-sendiri. Mereka layaknya sebuah bom waktu yang dipasang berurutan dan akan meledak satu-persatu bahkan terkadang meledak secara bersamaan. Dialognya juga sangat melekat di ingatan khususnya yang berkaitan dengan teori-teori ataupun sanggahan mengenai fakta-fakta kasus tersebut. Sedangkan untuk adegan aku rasa tidak berlebihan kalau aku berkata hampir 5 menit sekali selalu ada adegan menarik yang akan selalu teringat dan menciptakan aku kagum akan film ini. Benar-benar film yang tidak berlebihan dikatakan sempurna. Tidak ada yang tersia-siakan dalam film ini. Siapa bilang butuh adegan action dan ledakan atau pembunuh brutal dan hantu untuk menciptakan ketegangan? Hanya dengan 12 orang yang berdebat saja ketegangan yang intens berhasil dibangun dalam film ini.

Artikel Terkait

Ini Lho 12 Angry Men (1957)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email