Jangan tertipu dengan judul ataupun bahan promosi yang diberikan film ini, alasannya yakni debut penyuteradaraan Mike Cahill ini tidaklah berfokus pada eksplorasi dan penelusuran mengenai "Bumi yang lain" tapi lebih condong kearah drama daripada science fiction. Memang film ini menampilkan kembaran Bumi, tapi sama ibarat Melancholia yang lebih terfokus pada psikologis karakternya dibandingkan mengenai simpulan dunia, Another Earth juga lebih berfokus pada penebusan dosa dan penerimaan diri serta aneka macam hal lain yang menyangkut dramanya dibandingkan fokus pada keberadaan kembaran Bumi yang apabil diterapkan untuk film Roland Emerich sanggup menghasilkan sebuah plot mengenai kesalah pahaman antara 2 dunia (baca: 2 Amerika) yang risikonya menyebabkan perang besar antara kedua planet.
Rhoda Williams (Brit Marling) yakni seorang siswi SMU yang cerdas. Hal itu beliau buktikan ketika berhasil diterima di MIT. Sepulang dari pesta untuk merayakan keberhasilannya tersebut, Rhoda yang menyetir sendirian dalam keadaan mabuk mendengarkan sebuah gosip di radio wacana kemunculan sebuah planet berwarna biru yang katanya sangat ibarat dengan Bumi. Rhoda yang ingin tau terus meperhatikan planet tersebut tanpa sadar bahwa mobilnya sedang melaju kencang sempurna kearah kendaraan beroda empat yang dinaiki seorang komposer, John Burroughs (William Mapother) bersama istri dan anaknya. Akhirnya ukiran tak sanggup dihindari dan merenggut nyawa istir dan anak John. John sendiri mengalami koma untuk beberapa waktu, sedangkan Rhoda harus mendekam dalam penjara selama 4 tahun. Kejadian itu risikonya menghancurkan hidup Rhoda dan John, sementara kembaran Bumi yang dijuluki "Earth Two" makin nampak jelas. Bagaimana keduanya sanggup menghadapi kehidupan masing-masing pasca peristiwa tersebut dan apa hubungannya dengan "Earth Two"?
Memang unsur sci-fi yang ditampilkan dalam film ini hanyalah sebagai kemasan saja sedangkan isinya yakni mengenai drama penebusan dosa, memperbaiki kehidupan, dan tentunya penerimaan diri atas hidup yang kita jalani. Meskipun begitu, balutan sci-fi dalam film ini tetap saja menarik bagi saya. Kalau dicermati bersama-sama banyak sekali lubang dalam teori-teori dan insiden mengenai science-fiction dalam film ini, tapi buat saya itu tidak masalah. Layaknya Midnight in Paris yang tidak fokus kepada time travel melainkan kepada aspek romantis yang manis, Another Earth juga tidak memfokuskan pada eksplorasi terhadap "Earth Two" tapi lebih bagaimana kemunculan planet itu mempengaruhi hidup Rhoda dan John, kemudian bagaimana planet itu juga cukup mempengaruhi bagaimana keduanya mencoba memperbaiki kehidupan masing-masing. Saya yakni termasuk penonton yang tidak keberatan juga akan porsi yang diberikan pada "Earth Two" dimana banyak yang mengkritisi tugas kembaran Bumi tersebut yang terlau minim dalam membangun dongeng film ini.
Tapi bersama-sama saya tidak oke dengan pendapat bahwa "Eart Two" kurang berperan, alasannya yakni jikalau dilihat lagi justru planet itulah penyebab awal semua konflik dalam film ini. Semuanya berasal dari first contact antara Rhoda dengan planet itu, dan diakhiri juga dengan sebuah keputusan yang diambil Rhoda berkaitan dengan perjalanan yang akan beliau lakukan menuju "Earth Two". Sementara itu di pertengahan, drama yang disajikan memang terasa terlalu lambat dan itulah kekurangan film ini bagi saya. Tapi dramanya sendiri menarik dan cukup sanggup menghasilkan beberapa perenungan bagi penontonnya. Penebusan dosa, perbaikan kehidupan, sampai pencarian akan kehidupan yang lebih baik yakni beberapa hal yang diangkat dalam film ini. Saya juga sanggup meliaht bahwa terkadang hal-hal ibarat kebahagiaan itu sanggup tiba dari hal yang paling tidak kita duga sekalipun.
Meski lebih fokus pada dramanya, Another Earth justru punya sebuah adegan sci-fi yang sanggup menciptakan saya merinding ngeri, yaitu ketika dilakukannya transmisi radio untuk pertama kalinya antara Bumi dan "kembarannya" dimana disitu makin terbukti bahwa kehidupan dalam kedua planet itu identik. Seolah saya gres secara eksklusif menyaksikan sebuah inovasi antariksa yang luar biasa. Selain itu dalam film ini juga banyak teori yang arif mengenai "Earth Two" dan sebagainya. Saya tidak bilang cerdas alasannya yakni harus diakui banyak lubang dalam sci-fi film ini, tapi saya lebih suka kata "cerdas" alasannya yakni bagaimana kaitan antara aspek teori yang satu dengan yang lain sangat menarik meski logikanya terasa kurang tepat.
Selain film yang bagus, Another Earth juga memunculkan sebuah benih gres dunia perfilman berjulukan Brit Marling. Tidak hanya berakting bagus dan berawajah cantik, beliau juga menulis naskah untuk film ini bersama dengan sang sutradara, Mike Cahill. Semoga saja namanya cepat melambung baik itu sebagai aktris ataupun penulis naskah. Hollywood butuh naskah yang berani ambil resiko ibarat yang beliau tulis untuk film ini. Mike Cahill sendiri juga cukup berperan sangat besar alasannya yakni selain menjadi sutradara dan penulis naskah bersama Brit Marling, beliau jugalah yang menjadi sinematografer film ini dan sukses menghadirkan gambar-gambar indah yang menghadirkan "Earth Two" mengorbit diluar Bumi kita ini. Sebuah kerja bagus dari kedua pendatang gres ini.
Ini Lho Another Earth (2011)
4/
5
Oleh
news flash