Disutradarai oleh Hideo Nakata yang dulu menyuguhkan pada kita teror Sadako dalam Ring yang sekarang telah melegenda sebagai salah satu film horror terbaik dari Jepang. Selain 3 film Ring yang dibuatnya (1 film original, 1 sekuel dan 1 sekuel dari remake Hollywood), Hideo Nakata juga cukup dikenal lewat Dark Water yang juga seringkali disebut sebagai salah satu film horror Jepang terbaik. Saya sendiri sangat menunggu untuk ditakut-takuti oleh film ini mengingat Ring dengan Sadako dan hantu-hantunya berhasil menciptakan saya ketakutan. Tapi yang saya sanggup ternyata justru suguhan medioker yang jangankan dibandingkan dengan karya klasik Hideo Nakata tersebut, bahkan jikalau harus dibandingkan dengan film horror Jepang lainnya berdasarkan saya Dark Water masih kalah seram.
Yoshimi Matsubara (Hitomi Kuroki) sedang dalam proses perceraian dan berusaha mendapat hak ajar terhadap anaknya yang gres berusia 6 tahun, Ikuko (Rio Kanno). Mereka berdua pindah ke sebuah apartemen yang tidak terlalu besar. Awalnya kehidupan mereka tenang-tenang saja meski ada satu hal yang mengganggu yaitu air yang menetes dari atap apartemen mereka. Tapi tentunya tidak ada yang mencurigakan dari langit yang bocor ketika ekspresi dominan hujan bukan? Tapi usang kelamaan beberapa hal aneh mulai terjadi. Yoshimi sempat melihat sosok gadis kecil yang misterius. Selain itu Ikuko juga menemukan sebuah tas berwarna merah yang anehnya meski sudah dibuang selalu muncul kembali. Dan yang tidak kalah meresahkan yakni air yang menetes dari atap rumah makin usang makin banyak dan daerah yang bocor makin luas saja. Tanpa mereka ketahui tolong-menolong apartemen tersebut pernah menyimpan misteri dan tragedi.
Dimana nuansa creepy yang biasanya menghiasi film-film horror Jepang? Terlalu banyak berfokus diluar area berhantu untuk mengeksplorasi dramanya yakni faktor yang menciptakan film ini tidak mempunyai aura menyeramkan ibarat yang saya harapkan. Dark Water terlalu banyak memusatkan diri pada drama sehingga sedikit lupa untuk menakuti penontonnya. Fokus pada drama memang perlu sehingga penonton juga akan peduli pada karakternya, tapi untuk film ini berdasarkan saya agak terlalu kebanyakan. Disaat saya sudah merasa cukup sanggup menyatu dengan karakter-karakter yang ada, Dark Water masih juga melaksanakan pengembangan dan eksplorasi terhadap karakternya. Hal itu berakibat pada saya mencicipi kebosanan ketika pertengahan film. Terror sang hantu sendiri tidak terlalu berhasil. Melihat rembesan air diatap yang makin usang makin meluas tidak akan terasa terlalu menyeramkan jikalau dialami oleh kita sendiri apalagi di dalam film. Lain halnya misalkan bukan air tapi segumpal noda hitam yang makin usang makin meluas ibarat yang pernah saya baca di salah satu cerpen horror Jepang.
Tapi tolong-menolong pengemasan terhadap teror yang tidak terlalu mencekam itu sudah cukup baik dimana sesudah melewati pertengahan tetap ada adegan-adegan menegangkan termasuk ketika film mendekati simpulan yang tidak mengecewakan menegangkan. Tapi sekali lagi disaat tensi mulai meningkat saya dijejali lagi dengan drama yang sudah terasa terlampau banyak. Bahkan adegan flashback masa kemudian Yoshimi buat saya tidaklah penting untuk ditampilkan. Toh film ini diakhiri dengan ending yang memuaskan dan menyisakan rasa miris dan sedikit haru. Sebuah perasaan yang jadi keunggulan tersendiri jikalau muncul sesudah menonton sebuah film horror. Sungguh sangat disayangkan film ini tidak terasa maksimal dalam menakuti. Kurangi saja dramanya, perbanyak teror dalam rumah tapi tetap jangan biarkan sang hantu terlalu narsis dan rasanya film ini akan jadi lebih baik setidaknya untuk saya. Atmosfernya memang tidak mengecewakan tapi untuk ukuran J-Horror yang dibilang klasik ekspektasi saya tidak terpenuhi. Tapi menjelang simpulan film ini mulai menampakkan kengeriannya dan itu sudah agak terlambat.
Ini Lho Dark Water (2002)
4/
5
Oleh
news flash