Tuesday, January 15, 2019

Ini Lho Lawless (2012)

Film isyarat sutradara John Hillcoat ini disesuaikan dari sebuah novel yang berasal dari sebuah kisah konkret berjudul The Wettest County in the World. Awalnya film ini berjudul sama dengan novelnya sebelum digantin menjadi Lawless. Makara apa sebetulnya arti dari The Wettest County in the Wolrd? Apakah sebutan untuk daerah yang sering hujan atau dilanda banjir? Ternyata bukan. Julukan the wettest country in the world yaitu sebutan bagi Franklin County, sebuah wilayah yang terletak di negara belahan Virginia. Franklin mendapat sebutan itu lantaran dikenal sebagai daerah penghasil minuman keras terbesar. Filmnya sendiri memang berkisah wacana kehidupan tiga bersaudara Bondurant yang melaksanakan bisnis jual beli minuman keras secara ilegal, dimana pada tahun 1931 hal tersebut yaitu sebuah pelanggaran hukum. Namun tentu saja ibarat judulnya, aturan yang berlaku di Franklin tidak sepenuhnya ditegakkan dengan benar, lantaran para penjual minuman keras disana masih sanggup dengan simpel "lolos" dari polisi. Ya, para penjual minuman keras ini bagaikan gangster di The Godfather yang sanggup dengan simpel melaksanakan tindak kriminal asalkan membayar uang pelicin bagi para penegak hukum. Ini yaitu kisah dimana sebuah aturan yang tertulis di undang-undang tidak lagi berlaku dan ditegakkan dengan benar.

Tiga bersaudara Bondurant yang menguasai bisnis jual beli minuman keras di Franklin terdiri dari: Forrest (Tom Hardy) yang merupakan yang tertua sekaligus pemimpin dari bisnis tersebut. Forrest memang terlihat sebagai yang paling pendiam, namun dibalik wibawa dan diamnya, ia yaitu sosok yang tidak kenal takut dan tidak pandang bulu pada siapapun. Kemudian yang kedua ada Howard (Jason Clarke) yang merupakan sosok Bondurant yang paling brutal, paling kuat dan paling ditakuti. Sosoknya sedikit mengingatkan saya pada Sonny Corleone yang simpel meledak emosinya. Kemudian si bungsu berjulukan Jack (Shia LaBeouf) yang penuh percaya diri, banya mulut dan selalu ingin pertanda kehebatan yang ia miliki khususnya di depan Forrest. FYI, Jack di kehidupan konkret yaitu kakek dari Matt Bondurant yang tidak lain yaitu penulis novel The Wettest County in the World. Bisnis yang mereka bertiga jalankan sukses luar biasa dan sanggup dengan leluasa memasok minuman tanpa gangguan dari polisi. Sampai suatu hari tiba Special Deputy Charley Rakes (Guy Pearce) yang kejam dan meminta para penjual minuman membayar kepadanya, bila tidak bisnis tersebut akan ditutup secara paksa. Tentu saja Forrest tidak bersedia tunduk kepada kebijaka tersebut dan tetap melaksanakan bisnisnya secara ilegal. Disisi lain, kisah cinta juga terjadi antara Forrest dengan Maggie (Jessica Chastain), mantan penari dari California yang bekerja sebagai waitress di daerah miliknya. Sedangkan Jack berusaha mendapat hati Bertha (Mia Wasikowska) yang merupakan puteri seorang pendeta.

Lawless yaitu sebuah kisah dimana aturan benar-benar tidak berlaku dan para penegak aturan sendiri tidak bekerja ibarat seharusnya. Mereka korup, tidak taat hukum, dan bengis hingga tega menyiksa bahkan membunuh seseorang dengan gampangnya. Tentu saja film ini juga coba mengangkat wacana ambiguitas watak yang terjadi, namun saya kurang mencicipi hal itu. Penonton akan dengan simpel memilih siapa baik dan siapa jahat. Bondurant bersaudara meskipun pelanggar aturan namun akan dengan simpel dikategorikan sebagai pihak yang baik, sedangkan lawannya yaitu para polisi korup dan juga bengis seperi Rakes, bukannya polisi baik-baik yang harus menjalankan kiprah mereka untuk menangkap para pelanggar hukum. Dengan karakterisasi ibarat itu simpel saja bagi penonton menawarkan keputusan siapa jahat siapa baik atau siapa benar siapa salah. Tapi sebagai penggambaran kerasnya hidup aksara yang ada, maka Lawless sudah cukup berhasil menggambarkan itu. Berbagai momen brutal penuh darah mulai dari berkelahi pukul yang keras, berkelahi tembak, adegan menggorok leher dan masih banyak momen brutal lainnya seolah memperlihatkan bahwa tokoh-tokohnya sanggup terbunuh kapan saja dan tidak sanggup menjalani hidup mereka dengan bahagia.
Film ini memang terasa keras,brutal dan penuh sisi machoisme, tapi saya kurang mencicipi adanya kandungan emosi yang kuat didalamnya. Lawless sanggup saja menjadi sebuah film yang terasa lebih kelam bahkan tragis, mengingat kehidupan keras para tokohnya yang bahkan hanya untuk menjalin kehidupan percintaan saja tidak mudah. Tapi nyatanya Lawless tidak pernah terasa benar-benar mengena, walaupun adegan yang cukup shocking sempat beberapa kali muncul namun sekali lagi itu disebabkan oleh kebrutalan dan unsur kekerasan film ini. Saya terang bukan seseorang yang anti melihat kekerasan berlebihan dalam film. Bahkan bagi saya kekerasan dalam Lawless yaitu kekerasan yang perlu ditampilkan, namun sayangnya film ini kurang kuat untuk urusan kedalaman cerita. Tapi John Hillcoat bukannya tidak berusaha, lantaran beberapa kali terlihat ada adegan yang dibutuhkan sanggup menciptakan penontonnya terbawa, namun sayangnya kurang termaksimalkan sisi emosionalnya. Bahkan adegan titik puncak yang sempat terasa menjanjikan, menegangkan dan keren pada balasannya berakhir dengan sangat biasa dan kurang menggigit.

Saya suka akting para pemainnya, tapi saya kurang menyukai karakterisasi dan porsi aksara yang mereka mainkan. Tom Hardy sebagai Forrest mungkin bukan sosok yang ekspresif tapi terlihat terang menyimpan banyak hal mulai dari kesedihan, amarah hingga cinta. Tatapan mata dan cara bicaranya sudah cukup menciptakan orang lain ciut terlebih dahulu, dan begitu emosinya meledak ia bagaikan monster yang mengamuk. Sedangkan sosok Jack sebetulnya dimainkan cukup baik oleh LaBeouf, tapi sebagai aksara utama (film ini bertutur menurut narasi Jack) ia terang tidak simpel disukai. Sosoknya sok tahu, terlalu percaya diri dan selalu menjadikan duduk perkara bagi orang lain, bahkan hingga simpulan film pun sosoknya selalu menciptakan duduk perkara yang merugikan. Guy Pearce terang tepat sebagai Rakes yang begitu bengis. Sama ibarat Forrest, sosok Rakes sudah sanggup menciptakan lawan bicaranya takut. Namun sayang penempatan aksara macam Rakes disini menciptakan ambiguitas watak yang sanggup diangkat menjadi nihil. Kita sudah punya polisi korup disini, jadi kenapa menambahkan seorang polisi bengis? Namun disisi lain karakterisasi ini sesuai dengan tema sekaligus judul filmnya, lawless. Jessica Chastain dan Mia Wasikowska bermain baik, namun aksara keduanya sangat terbatas dan nyaris berakhir sebagai komplemen belaka bila tidak ada akting yang kuat. Yang paling disayangkan yaitu sosok Floyd Banner yang dimainkan Gary Oldman. Dia yaitu favorit saya disini, namun porsinya amat kecil. Bahkan bila tokohnya dihilangkan sekalipun tidak akan terlalu besar lengan berkuasa pada alur keseluruhan.

Lawless yaitu sebuah film yang keras, cukup menghibur namun kurang mendalam. Ini yaitu kisah wacana laki-laki kuat dalam kehidupan yang keras. Kisah wacana laki-laki tanpa rasa takut di daerah yang tanpa hukum. Sekilas kisahnya mengingatkan saya pada The Godfather, dimana ada kriminal yang bebas, polisi korup, persaudaraan antara kriminal, hingga tokoh utama yang berusaha menjadi yang terbaik di bidangnya yaitu banyak sekali kisah yang sanggup ditemui di dua film. Bedanya Lawless kurang mendalam dalam menceritakan kisah-kisahnya. Perbedaan fundamental satu lagi adalah, Michael Corleone pada awalnya tidak ingin menjadi gangster namun terpaksa menjadi dan tanpa banya mulut ia berusaha sebisa mungkin menjadi yang terbaik, sedangkan Jack Bondurant yaitu seorang aksara banya mulut dan sering mengacaukan situasi, terang bukan aksara yang simpel disukai.


Artikel Terkait

Ini Lho Lawless (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email