Tuesday, January 8, 2019

Ini Lho Night Moves (2013)

Kenapa Alfred Hitchcock sering menentukan menempatkan sosok tidak bersalah dalam situasi yang salah? Menurut saya itu dilakukan agar penonton bisa lebih bersimpati pada karakternya. Pada pada dasarnya sang aksara akan berada dalam situasi yang membuatnya terpojok dan situasi tersebut tida pernah ia duga sebelunya. Tapi tentu saja tidak hanya itu yang dilakukan Hitchcock. Dia juga menciptakan agar aksara yang terjebak itu punya kepribadian yang menarik dan menjadi gampang disukai oleh penonton. Kenapa pula Hitchcock begitu doyan merubah tone film secara mendadak di paruh kedua? Hal itu dilakukan agar imbas kejut yang coba dihadirkan bisa lebih efektif dalam mencengkeram penonton (biasanya perubahan tone yang dilakukan ialah dari komedi romantis/drama-komedi menjadi thriller). Kedua hal itu sebenarnya disadari oleh sutradara Kelly Reichardt dan berusaha ia aplikasikan dalam film terbarunya ini. Tapi rupanya hasil simpulan yang didapat tidaklah maksimal alasannya ialah kedua aspek itu gagal dimaksimalkan dan ketidak cocokkan slow burning thriller macam Night Moves dengan metode tersebut.

Josh (Jesse Eisenberg) dan Dena (Dakota Fanning) ialah dua orang yang tengah dirundung kecemasan ihwal kerusakan lingkungan. Hal itulah yang pada akibatnya mendorong mereka untuk bergabung dengan seorang mantan marinir berjulukan Harmon (Peter Sarsgaard). Hammon sendiri dengan berbekal pengalamanya di kemiliteran berniat merakit bom yang akan dipakai untuk meledakkan sebuah bendungan. Rencana peledakkan itu didasari ajaran bahwa pembangungan bendungan itu telah merusak dimana salah satu dampaknya ialah banyaknya ikan salmon yang mati. Atas dasar ajaran itu jugalah Josh dan Dena ikut bergabung dengan Harmon. Mereka bertiga berencana meledakkan bendungan itu di malam hari dengan memakai sebuah perahu. Rencana itu akibatnya dieksekusi, bendungan pun berhasil meledak, semua nampak sesuai dengan rencana. Tapi keesokan harinya mereka bertiga menerima kabar mengejutkan yang sama sekali tidak mereka perkirakan sebelumnya. Sebuah kabar yang menciptakan masing-masing dari mereka mulai diselimuti kekhawatiran dan rasa takut luar biasa.
Pada pembukaan goresan pena ini saya telah menyebut dua aspek yang sering dipakai Alfred Hitchcock untuk membangun tensi dalam film-filmnya, jadi mari bahas satu per satu aspek tersebut dan apa kaitannya dengan film ini. Aspek pertama berkaitan dengan situasi terjepit dan tak terduga yang dialami karakternya. Butuh simpati dari penonton agar ketika karakternya ada dalam kondisi terjepit ketegangan berhasil dibangun. Masalahnya, semua aksara dalam Night Moves sama sekali gagal menggaet simpati saya. Harmon tidak menerima eksplorasi mendalam. Sedangkan Dena sedikit lebih dalam tapi tidak ada alasan yang menciptakan saya harus bersimpati padanya meski beliau yang terlihat paling tertekan. Sesungguhnya potensi itu ada pada Josh yang memang fokus utama film ini. Tapi Josh pun bukanlah sosok yang likeable. Bagaimana mungkin saya bisa bersimpati pada seseorang yang begitu gegabah menjalankan suatu planning bodoh, tidak peduli sebaik apapun niatnya. Melakukan perusakan sebagai bentuk protes terhadap rusaknya alam? Saya tahu banyak orang ibarat itu diluar sana tapi maaf saja bagi saya itu tindakan ndeso yang penuh ironi. Apalagi hanya menghancurkan satu bendungan kemudian berharap ada dampak nyata? Bagi saya itu terlalu naif.
Sosok Josh semakin tidak simpatik dilihat dari karakterisasinya. Untuk kesekian kalinya Jesse Eisenberg memainkan soso canggung dengan gaya bicara yang tergagap. Bukan berarti aktingnya buruk, alasannya ialah Eisenberg terperinci tepat memerankan aksara semacam itu. Permasalahannya ialah secara langsung saya mulai jengah dengan aksara macam itu. Sekali atau dua kali masih memukau, tapi sesudah berkali-kali aksara tipikal Eisenberg ini jadi menyebalkan. Sosoknya dalam film ini terperinci terasa tidak kompeten, canggung dan gegabah. Pada akibatnya ketika film ini mulai merubah arahnya dimana masing-masing tokoh mulai bergelut dalam rasa takut dan kecemasan saya tidak bisa dibentuk peduli pada mereka. Kemudian lanjut ke aspek kedua ialah perubahan tone yang mendadak di paruh kedua. Salah satu kunci yang selalu menciptakan Hitchcock berhasil melaksanakan perubahan itu dengan mulus yaitu adanya sebuah "sengatan" yang hadir secara tidak terduga. Sengatan itu bisa berupa plot twist atau rangkaian adegan menegangkan yang muncul tiba-tiba. Night Moves sayangnya tidak memiliki itu. Memang ada kejutan, tapi bila dicermati, hal itu sudah bisa kita duga bahkan dari sebelum ledakan terjadi. 

Tidak ada sesuatu yang mendadak muncul di tengah kesunyian film ini. Night Moves memang slow burning thriller yang berjalan amat perlahan, minim letupan dan lebih banyak digerakkan oleh karakternya. Tapi sebuah thriller lambat bukan berarti mengharamkan letupan sebagai penarik fokus penonton. Sebagai referensi lihat film rilisan tahun 2013 lain yang dihukum dengan cara serupa, Blue Ruin (review). Walaupun bertempo lambat, film itu tetap punya beberapa letupan dan rangkaian adegan super menegangkan yang mampu menciptakan saya terpaku menatap layar. Kelly Reichardt sama sekali tidak berhasil menghadirkan setidaknya satu saja rangkaian adegan dengan tensi tinggi meski berada diantara kesunyian. Hal itulah yang mengakibatkan drama-thriller dengan tempo lambat ini semakin terasa membosankan. Sayang sekali, alasannya ialah sebenarnya Reichardt sudah berhasil membangun atmosfer kelam yang amat mendukung terciptanya ketegangan demi ketegangan. Night Moves jelas merupakan film yang well-made, tapi sayang terasa kosong baik dari aspek drama yang menyoroti ihwal imbas domino sebuah perbuatan gegabah dan rasa kecemasan maupun thriller yang amat minim ketegangan.

Artikel Terkait

Ini Lho Night Moves (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email