Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho Obvious Child (2014)

Diangkat dari sebuah film pendek berjudul sama yang juga ditulis dan disutradarai oleh Gillian Robespierre, Obvious Child akan mengagkat dongeng wacana kehamilan diluar nikah dan aborsi. Tapi tentu saja dengan genre komedi-romantis yang diusung, film ini akan menyikapi tema sensitif tersebut dengan aneka macam candaan, apalagi abjad utamanya ialah seorang stand-up komedian. Karena ini juga ialah mumblecore, maka bersiaplah dengan kehadiran dialog-dialog panjang yang meluncur cepat dari verbal karakter-karakternya dan seringkali obrolan tersebut keluar seenak jidat tanpa peduli konteks pembicaraan. Karakter utama dalam film ini ialah Donna Stern (Jenny Slate), seorang perempuan yang di siang sampai sore hari bekerja di sebuah toko buku dan malam harinya menjadi seorang comic di sebuah bar. Salah satu ciri khas materi yang ia bawakan dan juga yang membuatya dicintai penonton ialah kehidupan sehari-hari. Donna tidak segan mengutarakan aneka macam problem pribadinya. Dia tidak ragu mengungkap aneka macam hal yang orang lain anggap sebagai suatu hal yang sifatnya diam-diam eksklusif untuk menjadi materi komedi, termasuk permasalahan yang ia hadapi bersama pacarnya, Ryan (Paul Briganti).

Tapi betapa terkejutnya Donna ketika Ryan memberitahu bahwa ia sudah berselingkuh dengan perempuan yang tidak lain ialah sobat Donna sendiri. Merasa terpukul dan belum dapat move-on, Donna pun menghabiskan setiap harinya dalam kesedihan dan kekacauan. Yang beliau lakukan hanya meninggalkan pesan-pesan tidak terang di voice mail Ryan, minum-minum, bahkan stalking di depan rumah mantan pacarnya itu. Kehidupannya kacau, bahkan ketika tampil diatas panggung Donna hanya meracau wacana semua kegalauannya itu sambil mabuk. Sampai suatu malam usai sebuah pertunjukkan yang kacau ia bertemu dengan Max (Jake Lacy). Max ialah tipikal laki-laki baik dan sopan, yang mana bukan merupakan tipe idaman Donna. Tapi demi melupakan semua kesedihannya, Donna pun bersedia menghabiskan malam dirumah Max dan bekerjasama seks dengannya. Tapi korelasi yang awalnya hanya direncanakan sebagai one night stand itu menjadikan problem ketika Donna justru mengandung anak dari Max.
Obvious Child ini ialah film yang amat segmented karena dikemas secara segmented dan berisi hal-hal yang segmented pula. Dikemas secara segmented karena memang film-film mumblecore bukan untuk konsumsi semua orang. Mendengar sebuah film mempunyai genre komedi-romantis yang ada di benak banyak orang pada umumnya tentulah film yang dikemas ringan, penuh kalimat-kalimat (sok) puitis, adegan-adegan pacaran yang romantis, dan masih banyak lagi momen penuh cinta yang selalu jadi keinginan banyak orang. Tapi sekali lagi film ini ialah mumblecore yang tentunya tidak mempunyai obrolan puitis dan gombal. Akan ada begitu banyak obrolan disini tapi semuanya berpegang pada realita dan karakter, bukan kepada bagaimana membuat momen seromantis mungkin. Bahkan tercatat hanya sekali kalimat "I Love You" diucapkan disini, dan itupun konteksnya bukan sebuah pengungkapan perasaan. Tapi bagi orang yang menyukai mumblecore seperti saya, film ini akan punya banyak obrolan "ajaib" yang akan memancing tawa khususnya berkat abjad Donna yang selalu bicara seenaknya sendiri. Kelucuannya tidak asal lucu tapi seringkali agak mengejutkan dan membuat saya berteriak "what the fuck..." alasannya "ketololan" mendadak yang sering hadir dalam dialognya.

Sedangkan hal-hal segmented yang saya maksud ialah stand-up komedi dan kehamilan pra-nikah/aborsi. Tidak semua orang menyukai stand-up komedi. Bahkan tidak semua penyuka stand-up komedi dapat tertawa pada semua jenis materi yang masuk kategori bagus. Kultur akan begitu kuat pada tingkat kelucuan dalam stand-up komedi, dan hal itulah yang membuat saya sering gagal menangkap kelucuan yang hadir ketika menonton comic dari luar negeri (khususnya Amerika dan Inggris) atau film Barat yang mengangkat jenis komedi yang satu ini. Dalam adegan stand-up komedinya pun film ini sering hit and miss bagi saya. Ada banyak banyolan yang justru membuat saya resah tapi ada juga yang dapat membuat saya tertawa, dan lebih banyak didominasi yang lucu bagi saya terjadi alasannya pembawaan abjad Donna dan kalimat-kalimat ngawur dan seenaknya yang ia lontarkan. Bicara soal kultur lagi, tema kehamilan diluar nikah dan pengguguran pastinya bakal sulit diterima penonton Asia termasuk Indonesia, apalagi ketika tema sensitif itu dikemas dalam komedi realis yang membuat karakternya terlihat biasa saja dalam keputusan melaksanakan aborsi. Bahkan di Amerika pun aneka macam forum memprotes film ini. 
Tapi disinilah kenapa saya suka film ini. Tidak ada perjuangan untuk membawa pesan yang muluk Gillian Robespierre begitu apa adanya dalam membungkus tema itu. Bahkan hal itu justru menambah kadar kelucuan sekaligus keromantisan dalam film ini. Hubungan yang masih seringkali awkwawrd antara Donna dan Max tersaji dengan baik. Mungkin kekakuan yang terjalin antara keduanya lagi-lagi membuat film ini terasa kurang romantis bagi para penonton pada umumnya, tapi bukankah pemandangan ibarat itu yang sering kita lihat atau bahkan terjadi pada kita dalam kehidupan sehari-hari? Kita tidak tahu apa yang harus dikatakan, hanya senyum penuh kecanggungan yang muncul, semuanya ditangkap dengan tepat oleh Robespierre tanpa harus terasa dibuat-buat. Selain itu, penampilan manis dari Jenny Slate sebagai Donna turut membuat filmnya makin menyenangkan untuk dinikmati. Saya dibentuk jatuh cinta dengan segala tingkah polahnya yang aneh itu. Kapan lagi anda menemukan seorang perempuan yang malah tertawa terbahak-bahak ketika laki-laki yang sedang mendekati beliau kentut tepat di depan mukanya? Selain karakternya yang lovable, Jenny Slate juga dengan tepat membawakan momen komedi dengan ekspresi serta timing yang sempurna. I love that stalking scene!

Obvious Child bagi saya ialah film wacana ironi, alasannya memang banyak hal  ironi yang terhampar dalam filmnya. Lihat ketika Donna putus dengan Ryan dan ia merasa itu sebagai kehancuran hidupnya yang ternyata justru awal dari sesuatu yang baru, bagaimana jadwa pengguguran justru jatuh di hari Valentine, bagaimana kehamilan yang tampak ibarat selesai dunia justru menjadi babak gres yang (tampaknya) akan lebih membahagiakan bagi Donna, dan masih banyak lagi. Bahkan fakta bahwa film ini mengangkat tema yang sensitif bahkan cenderung dianggap kelam sebagai sebuah komedi pun terasa penuh ironi. Manis, lucu, gila, begitulah kenapa Obvious Child berhasil membuat saya menyukainya.

Artikel Terkait

Ini Lho Obvious Child (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email