Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho Rigor Mortis (2013)

Saya yakin banyak dari anda yang pada ketika kecil dulu pernah bermain "vampir-vampiran" atau apapun sebutannnya. Saya ingat dulu ketika masih SD sering bermain permainan itu, dimana saya dan beberapa orang "berperan" sebagai insan yang dikejar oleh vampir. Yang menjadi vampir tentu saja sobat saya yang lain dimana beliau akan melompat-lompat dengan menjulurkan tangan ke depan. Untuk melarikan diri yang perlu dilakukan yaitu menahan nafas atau menempelkan kertas mantera yang terlebih dulu ditulisi abjad China asal-asalan dan ditulis dengan "darah" dari jempol yang telah kita gigit sendiri. Jujur itu salah satu permainan paling menyenangkan sekaligus menyeramkan dulu. Benar-benar menggambarkan film-film Jiangshi yang menginspirasi permainan tersebut. Film Jiangshi atau yang lebih sering disebut "Film Vampir China" itu pernah rutin menghiasi layar beling pada kala 90-an hingga awal 2000-an. Kalau tidak salah Jumat siang, jadi sambil menanti waktu Solat Jumat, film-film itulah yang jadi hiburan saya. Filmnya angker tapi juga penuh komedi yang lucu serta adegan agresi yang seru. Kini Juno Mak berusaha membangkitkan kembali Jiangshi yang telah redup dengan judul Rigor Mortis. "Rigor Mortis" sendiri merupakan sebutan untuk proses kekakuan secara sedikit demi sedikit pada mayat.


Dalam film ini, Chin Siu-ho memerankan dirinya sendiri, yaitu seorang mantan pemain film besar yang dulu identik dan meraih kesuksesan lewat film-film Jiangshi. Tapi kini kesuksesan tersebut telah berakhir dan Siu-ho hidup sebatang kara sehabis kehilangan anak dan istrinya. Siu-ho pun menentukan pindah ke sebuah apartemen yang kecil dan kumuh. Disanalah ia menentukan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Tapi sesaat sehabis ia melaksanakan itu, Siu-ho menerima banyak citra visual abnormal yang menyeramkan dan tidak usang kemudian datanglah Yau (Anthony Chan), seorang pemburu vampir yang tinggal di apartemen tersebut menghentikan agresi bunuh dirinya. Ternyata kamar yang ditempati oleh Siu-ho juga merupakan daerah bersemayamnya arwah ingin tau dari dua gadis kembar yang dulu mati bunuh diri secara mengenaskan disana. Alasan Yau menyelamatkan Siu-ho yaitu alasannya dua arwah ingin tau tersebut mencoba masuk ke dalam badan Siu-ho. Setelah insiden itulah Siu-ho mulai melaksanakan perenungan terhadap kehidupan masa lalunya yang telah membawanya ke momen depresi menyerupai sekarang. Yau sendiri yaitu seorang pemburu vampir yang kini bekerja sebagai koki di apartemen tersebut sehabis pekerjaan memburu vampir menjadi sepi alasannya secara misterius para vampir menghilang. Tapi tanpa mereka ketahui akan segera terjadi teror mengerikan sekaligus mematikan di apartemen tersebut sehabis sebuah ilmu hitam membangkitkan sesosok vampir.
Apa yang dihadirkan oleh Juno Mak dalam Rigor Mortis tidak hanya sebuah penghormatan terhadap franchise Jiangshi macam Mr. Vampire dan Encounters of the Spooky Kind tapi juga sebuah re-imagining, pengemasan gres yang lebih modern dan menyesuaikan jaman bagi film Jiangshi. Bagi anda yang sudah familiar dengan film-film macam ini niscaya eksklusif banyak menangkap aneka macam tribute yang dimasukan Juno Mak, mulai dari aneka macam cara menangkal vampir yang saya sebutkan di awal goresan pena (menahan nafas, menggigit jari untuk mengeluarkan darah yang dipakai menulis di kertas mantera), ciri khas vampir dan pemburu vampirnya, hingga beberapa foto lawas yang memperlihatkan para ikon Jiangshi termasuk sang "pendeta" Lam Ching-ying yang telah meninggal pada tahun 1997. Para pemain film utamanya pun yaitu mereka yang sudah malang melintang di franchise Jiangshi, termasuk Chin Siu-ho, Anthony Chan dan Richard Ng. Dengan segala aspek tersebut, Rigor Mortis sudah cukup memperlihatkan rasa nostalgia yang menyenangkan bagi saya. Walaupun begitu ada juga perubahan yang dilakukan Juno Mak guna memperlihatkan rasa tersendiri pada filmnya. Yang paling terasa yaitu dihilangkannya komedi yang sangat kental pada Jiangshi jaman dahulu. Tidak hanya menghilangkan komedinya, tone film ini pun terasa lebih gelap dan depresif dengan banyaknya intensi bunuh diri pada karakter hingga romansa tragis.
Kehadiran Takashi Shimizu (Ju-On) sebagai produser juga nampaknya kuat pada atmosfer kelam serta creepy pada film ini. Pemangkasan komedinya memang mengurangi kesenangan ala Jiangshi, tapi toh Juno Mak punya hal lain yang ditawarkan untuk menyuntikkan keasyikan pada film ini. Ada banyak momen gore penuh darah serta bab badan terpotong disini. Banyak tamat hidup sadis yang tidak saya bayangkan bakal muncul dlam film-film vampir muncul disini. Yang paling menyenangkan tentu saja ketika Rigor Mortis masih mempertahankan keseruan titik puncak pertarungan antara vampir dan manusia. Momen titik puncak ketika Chin Siu-ho bertarung habis-haibsan melawan vampir Richard Ng itu luar biasa seru dan tentunya keren. Keren berkat pengemasan aneka macam efek CGI stylish yang menghiasi sepanjang film. Sedikit terkesan berlebihan tapi saya tidak peduli alasannya Juno Mak mampu mengemasnya dengan baik dan sekali lagi: keren! Rigor Mortis pun masih memiliki keseraman yang cukup baik. Vampir Richard Ng punya make-up mengerikan dengan muka hancurnya. Sedangkan arwah gadis kembar yang sempat muncul di sebuah adegan yang terinspirasi dari The Shining-nya Staney Kubrick juga turut menambah bahaya mengerikan disini. Klimaks seru nan stylish itu pada jadinya berujung pada sebuah ending yang cukup membingungkan tapi sesungguhnya yaitu momen yang amat kelam dan tragis.

Rigor Mortis sendiri mulai dari awal, pertengahan hingga ending-nya itu merupakan citra nasib dari film Jiangshi saat ini. Dialog Yau yang menyampaikan bahwa "vampir secara misterius menghilang" menggambarkan bahwa kini film Jiangshi tidak hanya tak lagi dikagumi tapi memang menghilang. Tidak ada lagi film-film menghadirkan vampir Hong Kong melompat kini ini, kalau pun ada hanya akan berakhir sebagai sebuah film yang terlupakan dengan sedikit orang yang menonton. Hal itu jugalah yang menjadi alasan kenapa Chin Siu-ho memerankan dirinya sendiri, alasannya ini juga merupakan citra karirnya dan para ikon Jiangshi lain kecuali Sammo Hung yang tidak lagi menerima proposal film. Ending-nya terasa tragis dan deprsif alasannya segala insiden yang hadir sepanjang film sesungguhnya tidak lebih dari "visual" yang terbersit di memori dan ingatan Siu-ho disaat tubuhnya perlahan menjadi kaku dan jadinya meregang nyawa dalam kesendirian, kesepian, dan terlupakan. Yang ia harapkan yaitu seorang pemburu vampir tiba-tiba tiba menyelamatkan dirinya dan "mengabarkan" padanya, "Hei, ada vampir lagi yang muncul untuk kita lawan". Tidakkah diluar segala horror dan keseruannya Rigor Mortis adalah cerita yang tragis dan menyedihkan? Tribute yang pantas dari Juno Mak, meski minus komedi dan terdapat kekurangan pada caranya bertutur yang terkadang membingungkan.

Artikel Terkait

Ini Lho Rigor Mortis (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email