Thursday, January 17, 2019

Ini Lho Warrior (2011)

Menampilkan Tom Hardy yang tengah mendaki puncak popularitas, Warrior bekerjsama tidak pernah saya perhitungkan pada awalnya. Premisnya sederhana dan sudah sering digunakan pada film bertema turnamen pertarungan yang lain. Bahkan formula mencampurkan konflik yang terjadi dalam keluarga dengan film bertema olahraga juga gres saja digunakan oleh The Fighter yang sukses tahun kemudian meskipun saya sendiri tidak terlalu menyukai film itu meskipun harus diakui akting keempat pemain film utamanya sangat bagus. Berbeda dengan The Fighter, film kode sutradara Gavin O'Connor ini hanya mengetengahkan konflik antara tiga tokohnya dimana kesemuanya yakni laki-laki. Hal itu seolah ingin memperlihatkan walaupun film ini memasukkan unsur drama keluarga tapi tetap menjadi film yang jantan.

Tommy (Tom Hardy) dan Brendan (Joel Edgerton) yakni abang beradik yang telah usang berpisah dan tidak pernah berjumpa selama belasan tahun. Hal itu terjadi sehabis Tommy dan ibunya pergi meninggalkan sang ayah (Nick Nolte) yang pemabuk sedangkan Brendan menentukan menikahi gadis yang beliau cintai, Tess (Jennifer Morrison). Tahun demi tahun berlalu, kini Paddy bukan lagi seorang pemabuk dan menjadi seorang pengantu Katolik dan Tommy kembali tiba padanya. Meskipun masih belum bisa memaafkan sang ayah, Tommy meminta biar dirinya dilatih guna mempersiapkan diri menghadapi sebuah turnamen Mixed Martial Arts berjulukan "Sparta" yang menawarkan hadiah $5 juta bagi juaranya. Tommy sendiri ternyata menyimpan sebuah dongeng dari masa lalunya termasuk alasan kenapa beliau mengikuti turnamen tersebut. Disisi lain Brendan yang tengah dililit hutang terpaksa kembali bertarung diatas ring dan kesudahannya malah turut serta dalam "Sparta". Kini keduanya bertanding dalam sebuah turnamen bersama tapi dalam sisi yang berbeda dan tujuannya masing-masing.
Bagi saya Warrior itu berbeda dengan The Fighter bahkan dari segi pendekatannya sekalipun. Dari kisah dan konfliknya menyerupai yang sudah saya bilang tadi film ini terasa lebih pas dikatakan sebagai film untuk laki-laki meskipun mengandung beberapa drama dan konflik dalam keluarga. Saya bisa bilang begitu alasannya yakni pada pada dasarnya Warrior yakni mengenai 3 orang laki-laki yang berusaha mencapai tujuan mereka masing-masing lewat dunia pertarungan. Mereka juga memiliki beban masa kemudian yang mereka tanggung di bahu masing-masing.  Warrior yakni mengenai bagaimana seorang laki-laki hidup, bagaimana seorang laki-laki mengambil keputusan, bagaimana seorang laki-laki berusaha menebus dosa masa lalunya, dan bagaimana seorang laki-laki bisa bermetamorfosis lebih baik.
Departemen akting di Warrior sendiri cukup memuaskan. Tom Hardy yakni favorit saya dari tiga abjad utama film ini. Sosok yang beliau perankan terlihat dingin, misterius dan jika boleh dibilang menyeramkan. Apabila seorang Tommy ada di dunia faktual maka saya tidak akan berani menciptakan dilema dengannya. Dia yakni seorang mesin petarung yang brutal tapi tidak berdarah dingin. Jauh didalam dirinya beliau masih punya hati yang sangat terasa tertutupi oleh sesuatu beban yang beliau pikul. Joel Edgerton sendiri punya abjad yang berlawanan dari yang dimainkan Tom Hardy. Dia yakni seorang family man yang alasannya yakni paksaan ekonomi kembali keatas ring. Kedua abjad ini punya caranya masing-masing untuk bisa membangun ikatan emosional dengan penonton dimana saya sendiri lebih menyukai Tommy yang berdasarkan saya memang keren. Nick Nolte juga tidak mau kalah. Sebagai laki-laki bau tanah yang tersiksa akan kesalahan masa kemudian dan berusaha menebusnya di masa kini kemungkinan beliau yakni abjad yang paling berhasil menciptakan penontonnya bersimpati.

Warrior memang punya drama yang cukup berpengaruh dan menarik. Hanya saja film ini seharusnya bisa juga menampilkan action sequence yang memacu adrenalin. Tapi sayangnya hal itu tidak berjalan dengan maksimal. Saya lihat yang coba dibangun dari adegan pertarungan yang muncul yakni sosok Tommy itu brutal, kemudian Brendan yakni sosok yang tiap adegan pertarungannya coba digunakan untuk menciptakan penonton mendukungnya. Tapi untuk hal ini Warrior masih kalah dengan Real Steel. Saya tidak merasa seorang Brendan bisa memancing emosi saya untuk mendukungnya dan menciptakan saya berteriak kegirangan ketika beliau menang. Sedangkan adegan pertarungan untuk Tom Hardy memang singkat tapi tiap kali kemunculannya diatas ring saya selalu merasa tertarik alasannya yakni kebrutalannya tadi. Satu lagi abjad yang sia-sia yakni Koba yang diperankanoleh Kurt Angel. Koba tidak sebrutal yang digembar-gemborkan dan sama sekali tidak punya pengembangan abjad yang mencukupi untuk menciptakan saya merasa tegang menyaksikan Brendan bertarung  dengannya yang disebut-sebut tak terkalahkan.

Warrior tidak bisa dipungkiri punya plot yang cukup predictable khususnya mengenai hasil selesai turnamen yang bahkan beberapa bahan promosi film ini saja sudah memperlihatkan jika Brendan dan Tommy akan saling bertarung di partai puncak. Hasil selesai partai puncaknya juga agak maksa untuk bisa memenangkan salah seorang dari mereka. Tapi pada dasarnya film ini lebih menekankan pada dramanya yang saya akui anggun dan menarik sekaligus punya dasar yang berpengaruh dan didukung akting mumpuni dari tiap pemainnya. Hal tersebut yang pada kesudahannya menutupi kekurangan pada adegan action yang ada meskipun bekerjsama termasuk menyia-nyiakan sebuah potensi alasannya yakni Warrior yang punya drama yang sangat perjaka bisa punya adegan pertarungan yang lebih perjaka lagi.

RATING:

Artikel Terkait

Ini Lho Warrior (2011)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email