Thursday, January 10, 2019

Ini Lho Cheap Thrills (2013)

Jika berbicara perihal ambiguitas moral, mungkin salah satu hal yang paling sering ditanyakan yaitu "sejauh manakah seseorang akan berbuat demi mendapat uang untuk menghidupi orang yang ia sayangi?" Tentu saja akan muncul sebuah dilema besar disana. Pertanyaan itulah yang pada karenanya menjadi dasar dari film yang disutradarai oleh E.L. Katz ini. Seperti judulnya, Cheap Thrills memang pada karenanya membuatkan premis tersebut menjadi sebuah sajian penuh hiburan serta ketegangan yang nampak murahan diluar tapi sebenarnya jauh dari kata murahan jikalau ditinjau lebih jauh lagi. Karakter utamanya yaitu Craig (Pat Healy), seorang laki-laki yang tengah menghadapi kesulitan finansial. Jangankan untuk menghidupi istri dan anaknya yang masih bayi, Craig pun tengah menghadapi ancaman diusir dari apartemennya alasannya yaitu terlambat membayar uang sewa. Seolah masih belum cukup, di hari yang sama Craig dipecat dari bengkel tempatnya bekerja. Craig yang depresi dan merasa tidak berkhasiat menghabiskan malamnya minum-minum di sebuah bar. Disanalah ia bertemu kembali dengan teman lamanya semasa sekola, Vince (Ethan Embry). Obrolan "reuni" keduanya pun dengan cepat merambat ke duduk perkara finansial yang dialami Craig. Vince sendiri tidak jauh lebih beruntung alasannya yaitu sebagai seorang penagih hutang, ia pun tidak mendapat uang yang besar.

Saat itulah keduanya bertemu dengan pasangan suami istri kaya raya, Colin (David Koechner) dan Violet (Sara Paxton) yang berada disana untuk merayakan ulang tahun Violet. Untuk merayakan itu, Colin pun mengajak Criag dan Vince untuk minum-minum bersama. Tidak hanya itu, Colin pun mulai memperlihatkan sejumlah uang jikalau Craig dan Vince berhasil menuntaskan tantangan yang ia berikan. Pada awalnya tantangan yang diberikan memang sederhana bahkan terkesan konyol menyerupai siapa yang bisa pertama menghabiskan minuman, siapa yang bisa membuat seorang perempuan di kafe menamparnya, atau melemparkan dart tepat pada sasaran. Hanya itu saja pada awalnya hingga "pesta" berpindah dari kafe ke rumah Colin dan Violet. Disanalah taruhan yang diberikan oleh Colin semakin tinggi seiring dengan semakin absurd dan berbahayanya tantangan yang diajukan. Mungkin dari sinopsis tersebut anda sudah bisa menebak hal apa yang dijadikan daya tarik utama dalam film ini. Ya, apalagi kalau bukan tantangan demi tantangan yang makin usang makin ekstrim. Tantangan yang awalnya terlihat ringan dan menghibur bagi penonton usang kelamaan bakal terasa menegangkan bahkan disturbing. Seperti yang muncul dalam salah satu dialognya, ini memang menyerupai dengan Fear Factor, hanya saja dalam tingkatan yang jauh lebih absurd dan berbahaya.
Cheap Thrills. Mudah untuk membuat kesenangan dan ketegangan yang murahan dalam film. Cukup dengan mengatakan rangkaian adegan gore dalam film-film eksploitas maupun torture porn, penonton yang menyukai genre tersebut akan terhibur. Mendengar premis dan judulnya, Cheap Thrills memang sekilas terasa sama murahannya dengan film-film tersebut, tapi sebenarnya film ini jauh lebih cerdas dan sama sekali tidak murahan. Premis yang ditawarkan perihal ambiguitas mora dan uang bukanlah sekedar sampul maupun sebuah "formalitas" untuk membuat filmnya nampak mempunyai plot. Aspek tersebut memang tidaklah terlalu dalam tapi juga jauh dari kesan dangkal dan masih terasa esensial. Setidaknya hal terebut berkhasiat untuk menghilangkan plot hole mengenai kenapa para karakternya bersedia melaksanakan hal-hal gila. Kenapa? Pertama alasannya yaitu uang, dan yang kedua tanpa mereka sadari alasannya yaitu keserakahan. Dibalik segala alasan lisan dan diatas alam sadar mereka perihal kebutuhan uang untuk menyambung hidup dan membayar hutang, terlihat terang bahwa sebenarnya keserakahan turut ambil bab dalam kegilaan mereka dan itu tidak atau menolak disadari oleh mereka. Bahkan tidak hanya itu film ini juga memasukkan kisah perihal fetishism yang membuat motivasi Colin dan Violet dalam aneka macam kegilaan mereka jadi bisa dimengerti. Ya, dengan aspek-aspek diatas saya dibentuk memahami segala perbuatan yang dilakukan Craig-Vince maupun Colin-Violet.
Tensi film ini sendiri terus meningkat. Setelah dimulai dengan lambat dan kurang menarik dikala kisahnya berbasa-basi dengan kehidupan langsung Craig, perlahan semuanya semakin menarik dikala Craig dan Vince mulai berinteraksi dengan pasangan Colin-Violet. Seperti yang dirasakan oleh Craig dan Vince, tantangan-tantangan awal yang diberikan oleh Colin juga terasa menghibur dan lucu di mata saya. Cukup untuk membuat Cheap Thrills tidak menjadi tontonan yang membosankan. Barulah dikala "arena pesta" berpindah ke rumah, film ini semain naik intensitasnya seiring dengan kegilaan yang terus bertambah lewat kekerasan demi kekerasan yang hadir hingga berujung pada sebuah tamat tragis dengan sedikit bahasan perihal persahabatan. Saat hal yang menjijikkan mulai dibuang dan dimakan, dikala muntahan mulai tumpah, dikala bab badan mulai terpotong dan dikala darah mulai mengalir deras, disitulah hiburan yang hadir hingga pada puncaknya. Anda akan merasa jijik, dibentuk meringis bahkan mungkin mual tapi justru disitulah kesenangannya. Tapi tidak hanya sentuhan thriller-nya saja yang maksimal alasannya yaitu sentuhan komedinya pun sukses besar. Pastinya sudah bisa ditebak bahwa komedi yang hadir yaitu black comedy. Sebagai komedi hitam, mungkin Cheap Thrills merupakan salah satu yang paling bisa membuat saya tertawa lepas sepanjang tahun ini.

Para pemainnya pun berakting dengan baik disini. Pat Healy tepat menghadirkan Craig yang oleh rasa depresi dan hopeless yang ia rasakan perlahan bertransformasi dari seorang pecundang dan penakut menjadi laki-laki absurd yang berani melaksanakan hal absurd apapun. Saya melihat kegilaan dalam dirinya, kegilaan dari seseorang yang telah putus asa. David Koechner yang lebih banyak dikenal sebagai tokoh Champ Kind dalam dua film Anchorman sanggup memperlihatkan juga kegilaannya disini termasuk pada dikala harus melakoni adegan yang punya konten komedi hitam. Sara Paxton mungkin bukanlah seorang aktris dengan kemampuan akting luar biasa, tapi terang sensualitasnya dimaksimalkan secara luar biasa disini. Saya yang tidak menganggapnya manis selama ini pn menganggap sosok Violet yang ia perankan benar-benar menggoda. Sekilas Ethan Embry mungkin yang paling tidak menonjol sebagai sosok laki-laki brutal yang absurd uang, tapi tunggulah hingga huruf Vince mendapat dilema besar menjelang tamat film. Sosoknya pun bermetamorfosis huruf yang begitu simpatik di mata saya. Pada karenanya Cheap Thrills jelas tidak murahan. Di dalam sampulnya yang terasa murah dan tasteless itu terdapat dongeng dan gosip yang begitu kompleks dan penuh dilema. Hanya saja penyajiannya yang ringan "menyamarkan" semua itu menjadi thriller brutal dengan sentuhan komedi hitam yang luar biasa menyenangkan.

Artikel Terkait

Ini Lho Cheap Thrills (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email