Friday, January 11, 2019

Ini Lho Enemy (2013)

Prisoners (review) milik Dennis Villeneuve merupakan salah satu pengalaman menonton bioskop paling menyenangkan tahun lalu. Film tersebut yaitu sajian thriller yang begitu lengkap ketika berhasil menghadirkan intensitas ketegangan tinggi, misteri yang menarik, gambar-gambar indah, sisi emosional yang mendalam, hingga akting luar biasa para pemainnya. Saya sangat menyukai Prisoners dan tidak sabar untuk menonton karya berikutnya dari Villeneuve. Tapi siapa sangka karya berikutnya itu tiba begitu cepat. Hanya sekitar satu bulan lebih sesudah Prisoners dirilis, Villenueve kembali meluncurkan filmnya yang berjudul Enemy. Memulai debut penayangannya di Toronto International Film Festival tahun lalu, Enemy pun pribadi menjadi film "wajib tonton" bagi saya. Kembali dibintangi oleh Jake Gyllenhaal yang sukses memperlihatkan salah satu akting terbaik sepanjang karirnya lewat Prisoners, film ini mengangkat ceritanya dari novel garapan Jose Saramago yang berjudul The Double. Enemy sendiri pada awalnya akan memperkenalkan kita pada Adam Bell (Jake Gyllenhaal), seorang guru sejarah yang terlihat punya kehidupan biasa saja Dia tinggal di apartemen sederhana, mengisi kesehariannya dengan mengajar, serta menjalin hubungan dengan seorang perempuan berjulukan Mary (Melanie Laurent). Tidak ada yang terlalu Istimewa dari hidup Adam tapi semuanya baik-baik saja dan bahagia.


Semuanya berubah ketika Adam menonton sebuah film berjudul Where There's A Will There's A Way yang direkomendasikan oleh temannya. Alangkah terkejutnya Adam ketika ia melihat salah satu pemain film figuran daam film tersebut mempunyai wajah yang sangat menyerupai dengannya. Setelah melaksanakan penelusuran, Adam pun menemukan laki-laki yang berjulukan Anthony Claire tersebut. Apa yang terjadi berikutnya semakin rumit disaat Adam mulai menemukan lebih banyak persamaan antara dirinya dan Anthony dan disaat orang-orang terdekat mereka mulai ikut terseret dalam hal tersebut termasuk istri Anthony yang tengah hamil enam bulan, Helen (Sarah Gadon). Enemy memulai semuanya dengan lambat. Dibuka dengan adegan slow-motion, suasana yang seringkali terasa sunyi dan kelam, hingga narasinya yang juga terasa lambat. Kita tidak pribadi disuguhi misteri utamanya, melainkan diajak terlebih dahulu berkenalan dan melihat lebih jauh sosok Adam Bell. Saya memang sudah tahu dari awal bahwa film ini akan bertutur wacana sosok "kembar" yang dimiliki oleh abjad utamanya, tapi saya sama sekali tidak tahu bagaimana semua itu akan dimulai dan pada balasannya akan dibawa kemana misteri tersebut. Hingga pada balasannya ketika Villeneuve pertama kali memperlihatkan "kembaran" Adam lewat jalan yang tak terduga saya pun dibentuk terkesima dan secara tidak sadar mulai terikat dengan misterinya.
Lewat misterinya saya mulai dibentuk mengajukan banyak pertanyaan dalam pikiran saya menyerupai "bagaimana ini dapat terjadi?" hingga "akan dibawa kemana semua misteri ini?". Misterinya itu memang menjadi kekuatan terbesar dalam Enemy di samping bagaimana Villeneuve mengemas narasinya dengan sedikit melompat meski sekilas terlihat linier. Praktis saja menyampaikan bahwa Enemy adalah fim yang berjalan "lurus" tapi bekerjsama tidaklah sesederhana itu. Ambil pola di paruh awal film ketika Adam dan Mary sedang bekerjasama seks tiba-tiba kita melihat Mary pergi dengan kesal tanpa tahu apa yang terjadi. Lalu sesaat kemudian adegan berpindah ke siang hari seolah menggambarkan hari berikutnya tapi bekerjsama itu yaitu flashback kejadian di hari yang sama dan balasannya menjelaskan kenapa Mary balasannya pergi dengan kesal. Dari satu adegan tersebut Villeneuve sudah memperlihatkan petunjuk pada penonton bahwa akan ada puzzle yang harus disusun oleh mereka. Hal tersebut menjadi daya pikat dalam Enemy yang sanggp membuat saya tidak merasa bosan walaupun alurnya berjalan dengan begitu lambat tanpa adanya banyak letupan. Istilahnya, film ini yaitu "slow burning thriller" yang efektif dan tetap terasa menegangkan meski berjalan lambat.

Bicara soal intensitas, Enemy juga tidak mempunyai sebuah titik puncak yang menegangkan. Semuanya terasa datar meski bukan berarti membosankan. Konklusi yang terjadi pun pada awalnya terasa standar hingga kita disuguhi sebuah ending yang absurd, mengejutkan sekaligus mengerikan.(ending akan saya bahas belakangan) Saya juga tidak dapat untuk tidak membandingkan Enemy dengan Prisoners meski hanya sedikit. Salah satu kekuatan besar Prisoners yang tidak dimiliki Enemy adalah sisi emosional. Enemy mungkin sebuah thriller/misteri yang kompleks dan penuh puzzle, tapi aspek emosinya tidaklah terlalu kuat. Padahal ada banyak potensi untuk menggali konflik emosional tiap-tiap karakternya. Tapi lagi-lagi ada aspek-aspek lain yang mampu menambal kekurangan film ini, menyerupai sinematografi dan iringan musiknya. Sinematografi karya Nicolas Bolduc disini banyak didominasi oleh warna kuning yang meski tidak terlalu unik tetap memperlihatkan hiasan visual yang menarik. Keunikan visualnya masih ditambah dengan beberapa citra sureal wacana pemandangan yang dilihat Adam menyerupai tarantula raksasa di tengah kota, hingga sesosok makhluk ajaib perempuan yang tengah berjalan terbalik di langit-langit.  Sedangkan scoring Daniel Bensi dan Saunder Jurriaans sekilas terdengar sederhana dan tidak terlalu "penuh" tapi benar-benar mampu mewakili tiap-tiap adegan yang ada. 
Jack Gyllenhaal sukses bersinar disini dan menjelaskan kenapa Dennis Villeneuve menggunakan sang pemain film dalam dua film terakhirnya. Jack dengan baik memeranka dua abjad yang punya karakterisasi berbeda, dan dalam kondisi serta konflik yang berbeda satu sama lain. Kemudian saya akan membahas wacana ending-nya yang ambigu dan banyak memunculkan pertanyaan tersebut. Saya yang pada awalnya merasa konklusi film ini terlalu standar jadi berubah pikiran sesudah melihat adegan penutupnya yang "gila" itu. Tidak hanya memperlihatkan pertanyaan mengenai maksud dari adegan tersebut, tapi juga membuat saya harus berpikir ulang untuk merangkai wacana apa bekerjsama yang terjadi sepanjang film ini. Saya gres menonton film ini sekali jadi mungkin ada banyak hal yang masih saya lewatkan. Tapi disni saya akan menuliskan interpretasi saya wacana ending dan keseluruhan film ini. Kaprikornus tentu saja akan ada MAJOR SPOILER!

Pertama saya ingin menjelaskan bahwa ada 2 versi interpretasi yang akan saya tuliskan satu per satu. Yang pertama yaitu dengan meandang alurnya secara lebih realis, sedangkan yang kedua lebih kearah surealis.

1. (Realis) Film ini yaitu kisah wacana Anthony yang berkepribadian ganda dan beliau membuat sosok Adam. Kenapa Anthony yaitu yang "asli". Cara paling gampang yaitu melihat poster filmnya. Kita tahu bahwa yang menggunakan jaket kulit yaitu Anthony, jadi sosok di poster yaitu Anthony, dan gambar kota serta tarantula terletak di kepalanya yang seolah menggambarkan bahwa semua ini hanya ada dalam pikirannya saja. Sebelumnya saya sempat mengulas wacana cara Villeneuve mengema narasinya yang tidak linier, dan ternyata itu bukan sekedar style tapi substansial dan memberi petunjuk memecahkan misteri yang ada. Dari cara bertutur itu dapat disimpulkan bahwa apa yan tersaji dalam Enemy tidak sepenuhnya berurutan. Dengan kata lain dapat saja ada flashback disitu yang tidak kita sadari. Kaprikornus sesungguhnya sosok Adam yaitu ciptaan Anthony, dan Mary yaitu selingkuhan Adam yang sempat disinggung oleh Helen. Anthony pun rutin berganti kepribadian dimana beliau menjadi Adam ketika bersama Mary. Semua tepat hingga secara tidak sengaja ia menemukan dirinya sendiri dalam film yang ia tonton. Adegan simpulan ketika Anthony dan Mary mengalami kecelakaan mungkin saja yaitu flashback yang pada balasannya kecelakaan itu memperlihatkan luka di dada Anthony. Sosok tarantula sendiri yaitu citra bagaimana Anthony menganggap Helen yang sedang hamil renta sebagai gangguan. Tarantula yang menguasai kota yaitu rasa takut Anthony dimana sosok Helen benar-benar menguasai dan mengganggu pikirannya (baca: kota). Karena itu ketika beliau mendapat kunci di simpulan film yang "membuka" isi pikiran Anthony, beliau pun kembali melihat Helen sebagai seekor tarantula raksasa. 

2. (Surealis) Keseluruhan kisahnya merupakan sebuah simbolisme mengenai sebuah kekacauan yang melibatkan kontradiksi antara impian/harapan ideal melawan realita dalam isi kepala karakternya. Pemaparannya tidak jauh berbeda dengan poin pertama, hanya saja jikalau pada poin pertama memperhatikan kebijaksanaan alasannya yaitu dan akhir insiden serta waktu dan tempat, maka di poin kedua ini semuanya menjadi tidak penting. Semuanya tetap menjadi citra isi pikiran Anthony hanya saja alurnya merupakan perlambang dari konflik berkecamuk di dalam pikirannya. Kehidupan Adam yaitu apa yang diimpikan Anthony dimana ia mendapat seorang perempuan muda yang anggun dalam diri Mary. Karena itulah filmnya dibuka dengan citra seorang penari striptease (wanita cantik) menginjak seekor tarantula yang disusul dengan munculnya Helen yang dalam kondisi hamil enam bulan. Tapi toh pada balasannya segala harapan itu runtuh juga ketika semuanya berbenturan dengan pernikahan, sama menyerupai ketika Mary meninggalkan Anthony lantaran menyadari adanya bekas cincin dan mengetahui bahwa ia bukan Adam. Hingga balasannya ketika Anthony/Adam mendapat kunci di pikirannya, ia kembali menyadari bahwa Helen merupakan sososk tarantula yang mendominasi hidupnya, sama menyerupai kisah wacana diktator yang dituturkan Adam di kelas. 

Saya tidak tahu interpretasi mana yang betul, dapat saja keduanya salah. Tapi yang terang Villenueve mampu memperlihatkan apa yang disebut sebagai misteri yang bagus, yaitu disaat penonton dapat diajak terus berpikir wacana jawaban sesungguhnya lantaran sang pembuat misteri tidak memperlihatkan jawaban niscaya dan masih meninggalkan beberapa pertanyaan. Tapi di sisi lain Villeneuve juga menebarkan banyak petunjuk untuk membantu memecahkan misteri yang ada, lantaran itulah Enemy menjadi sebuah sajian misteri yang bagus.

Artikel Terkait

Ini Lho Enemy (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email