Friday, January 11, 2019

Ini Lho Gloria (2013)

Pernahkah anda membayangkan akan menyerupai apa kehidupan anda di masa senja nanti? Disaat belum dewasa anda sudah berkeluarga dan hidup jauh dari anda, disaat teman-teman usang anda pun sudah banyak yang tidak berada di sekitar anda, bahkan yang paling "parah" jikalau anda sudah tidak bersama pasangan hidup anda lagi entah sebab ia meninggal atau akhir perceraian. Apakah yang akan anda lakukan pada masa itu? Pastinya kesepian bakal menjadi sajian kehidupan sehari-hari dan sangat ingin anda hindari, entah dengan cara apapun itu. Hal yang sama disajikan oleh Sebastian Lelio dalam filmnya ini. Film yang menjadi perwakilan Chile dalam ajang Oscar awal tahun ini akan membawa kita menengok kehidupan seorang perempuan berusia 58 tahun berjulukan Gloria (Paulina Garcia) yang harus menjalani hidupnya dengan kesendirian sesudah kedua anaknya yang cukup umur sekarang telah mempunyai kehidupan mereka masing-masing dan pergi meninggakan rumah. Gloria sendiri sudah hidup menjanda beberapa tahun sesudah perceraian yang ia alami. Namun tidak menyerupai banyak perempuan renta lain yang menentukan membisu di rumah menikmati kesendirian dan kesepian di hari tuanya, Gloria menentukan menghabiskan hari-harinya dengan aneka macam macam acara yang mungkin tidak menggambarkan usianya.

Pada siang hari ia menentukan untuk bekerja atau sesekali mengunjungi kedua anak-anaknya. Sedangkan di malam hari Gloria akan mengunjungi teman-temannya untuk sekedar mengobrol dan membuatkan dongeng atau tiba ke pesta-pesta sambil memamerkan kebolehannya menarik untuk menarik perhatian para lelaki tua. Gloria memang punya impian besar untuk sanggup menambal kesepian hidupnya lewat aneka macam macam acara tersebut. Tapi ia tidak pernah mendapat yang ia inginkan dan Gloria pun masih terus hidup dalam kesendirian dan kesepian yang sunyi. Yang menemaninya hanyalah seekor kucing yang begitu ia benci sebab sering masuk ke dalam rumahnya dan sang pemilik kucing yang tinggal tepat diatas apartemen Gloria dan selalu menimbulkan keributan ketika beliau mencicipi stress. Sampai akibatnya pada sebuah pesta Gloria bertemu dengan Rodolfo (Sergio Hernandez), seorang laki-laki yang beberapa tahun lebih renta darinya dan juga gres saja bercerai satu tahun yang lalu. Dengan cepat keduanya pun saling tertarik dan perlahan kesepian Gloria pun semakin menghilang dengan segala perhatian yang diberikan oleh Rodolfo. Tapi tetap saja semuanya tidak berjaan mulus khususnya sebab Rodolfo masih sering mendapat "gangguan" dari belum dewasa dan mantan istrinya yang tengah sakit.
Gloria akan membawa kita menikmati dua hal yang bertolak belakang, yakni kesendirian dan kebersamaan. Film ini menggambarkan bahwa siapapun itu, setiap insan niscaya membutuhkan kebersamaan, need of togetherness. Hal itu pun sanggup kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dimana media umum semakin menjamur dan begitu digandrungi oleh siapapun dari kelas apapun dan usia berapapun. Kita pun akan dibawa melihat Gloria yang mencari kebahagian di dalam kebersamaan. Dia percaya bahwa kebahagiaan yang ia cari sanggup diraih dengan mencari orang yang sanggup membuatkan hidup bersamanya dan pada akibatnya semua kesepian yang menyelimuti Gloria akan segera sirna. Kesendirian memang membawa kesedihan, tapi film ini tidak hanya memperlihatkan itu tapi juga sebaliknya dimana sebuah kebersamaan, sebuah kekerabatan pun tidak selamanya berakhir bahagia. Lewat film ini saya diberikan sebuah pertanyaan yang bahwasanya gampang dijawab tapi juga gampang dibantah jawabannya, yaitu "mana yang lebih baik, sendiri atau bersama?" Tentu saja saya akan menjawab "bersama", tapi gampang membantahnya dengan memperlihatkan apa yang terjadi pada Gloria dimana beliau justru mendapat kesedihan dan pukulan yang lebih besar ketika kebersamaan itu berakhir buruk.
Salah satu kekuatan dalam narasi film ini yakni bagaiana Gloria sanggup terkadang menciptakan saya ikut membayangkan rasa sepi yang menyakitkan milik sang huruf utamanya. Sebagai pola yakni adegan di bandara yang memang begitu mengharukan dan menciptakan saya ikut memposisikan diri saya sebagai Gloria. Sebuah hal yang menyedihkan tapi di masa yang akan tiba niscaya akan saya alami disaat anak saya sudah cukup umur dan menentukan jalan hidup yang akan ia tempuh jauh dari orang tuanya. Film ini memang seringkali terasa menyakitkan dengan pengemasannya yang penuh drama dan tetap punya rasa bencana meskipun dibungkus dengan beberapa sentuhan humor disana sini. Humornya terasa penuh ironi hingga akibatnya saya pun hanya sanggup tersenyum kecut melihatnya. Walaupun begitu, secara keseluruhan film ini sama sekali tidak terasa dinamsi dan minim letupan. Memang beberapa kali ada adegan yang cukup "shocking" tapi keseluruhan alurnya tidak hingga menaik turunkan emosi saya Tidak terlalu uplifting maupun touching tapi juga tidak terasa flat. Biasa saja, tidak spesial, kurang lebih begitulah grafik film ini secara keseluruhan. Sedikit naik-turun tapi tidaklah terlalu dinamis. Hal itulah yang menciptakan film ini akan terasa segmented dan bukan untuk semua orang.

Tentu saja akting luar biasa dari Paulina Garcia yang juga membawanya meraih Silver Bear atau penghargaan untuk aktris terbaik pada ajang Berlin International Film Festival juga menjadi salah satu daya tarik utama film ini. Paulina tepat dalam mengemban tugasnya sebagai sosok utama dalam film yang penuh ironi ini. Dari ekspresinya pun saya sanggup melihat perpaduan yang rumit dari kebahagiaan dan kesedihan. Mungkin jikalau boleh saya akan menyebut wajahnya disini sebagai wajah yang penuh dengan tatapan satir. Senyumnya pun seringkali memperlihatkan kegetiran yang terselubung meski itu senyum yang ia hadirkan dalam momen yang sama sekali tidak menyedihkan. Singkatnya, luar biasa. Bahkan penampilan Paulina pun jauh lebih anggun dari keseluruhan filmnya sendiri. Gloria yakni sebuah tontonan yang sesungguhnya cukup dalam mengeksplorasi subjek huruf maupun tema ihwal kesendirian dan kebersamaannya Tapi pengemasan dari Sebastian Lelio menciptakan film ini menjadi tidaklah gampang untuk dinikmati. Saya sendiri merasa begitu ingin mengasihi film ini tapi pada akibatnya gagal dan hanya merasa "terhibur" olehnya.

Artikel Terkait

Ini Lho Gloria (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email