Sunday, January 13, 2019

Ini Lho Hitchcock (2012)

Nama Alfred Hitchcock sebagai master of suspense terang sudah begitu melegenda. Berbagai filmnya ibarat Vertigo, Rear Window hingga Psycho sering berada di dalam jajaran film-film terbaik sepanjang masa. Namun dibalik karya-karyanya, sang maestro juga punya dongeng menarik dalam kehidupan pribadinya. Sang sutradara dikenal memiliki obsesi terhadap perempuan berambut pirang, khususnya para aktris yang menjadi pemain utama dalam filmnya, dimana hal tersebut juga beberapa kali menciptakan aktris yang bekerja sama dengannya tidak betah. Di tahun 2012 lalu, ada dua film yang mengangkat kisah hidup Hitchcock, khususnya kehidupan pribadinya termasuk obsesi sang sutradara terhadap gadis berambut pirang. Satu film berjudul The Girl yang merupakan sebuah film televisi dan dibintangi oleh Toby Jones sebagai Hitchcock yang berkisah perihal intrik dibalik pembuatan film The Birds dan Marnie. Sedangkan Hitchcock yang akan saya review ini ialah versi layar lebar yang dibintangi oleh Anthony Hopkins sebagai Hitchcock dan Helen Mirren sebagai istri Hitchcock, Alma Reville. Film ini sendiri disesuaikan dari sebuah buku karya Stephen Rebello, Alfred Hitchcock and the Making of Psycho. Dari situ sudah terlihat bahwa film ini akan bercerita perihal kisah yang terjadi dibalik pembuatan film Psycho.

Alfred Hitchcock gres saja merilis film terbarunyayang berjudul North by Northwest yang berujung kesuksesan baik itu secara komersil maupun kualitas. Pihak studio berharap Hitchcock akan menciptakan film lagi yang ibarat dengan North by Northwest untuk mengejar laba finansial, namun sang sutradara berpikiran lain. Dia ingin menciptakan sebuah film gres yang berbeda dari film-film yang pernah ia buat sebelumnya. Setelah mencari isnpirasi, balasannya Hitchcock tertarik dengan sebuah novel berjudul Psycho yang diangkat dari kisah kasatmata perihal seorang psikopat berjulukan Ed Gein yang telah membantai banyak orang dan tinggal bersama jenazah ibunya yang ia perlakukan selayaknya insan yang masih hidup. Tertarik pada bahan ceritanya, Hitchcock menemukan proyek terbarunya. Namun keinginan sang sutradara untuk mengangkat kisah tersebut mendapat tanggapan miring dari banyak sekali pihak akhir konten ceritanya yang penuh dengan sadisme dan dianggap hanya akan menjadi sebuah film horor dengan kualitas dongeng yang rendah, tidak ibarat film-film dari Alfred Hitchcock. Berbagai konflik mulai terjadi dalam pembuatan film tersebut. Mulai dari pihak studio yang enggan membiayai pembuatan Psycho dan memaksa Hitchcock merogoh koceknya sendiri, perselisihan dengan forum sensor, hingga konflik langsung dengan sang istri, Alma Reville berkaitan dengan obsesi Hitchcock terhadap aktris berambut pirang yang bermain di filmnya.

Hitchcock pada balasannya ternyata bukanlah 100% film biopic yang berpegang pada realita, sebab ada cukup banyak dramatisasi yang diberikan mulai dari alur hingga penggarapan adegan. Disatu sisi hal tersebut memang menciptakan filmnya menjadi lebih dramatis, namun disisi lain akan mengecewakan para penonton yang berharap mendapat rangkuman kisah hidup Alfred Hitchcock secara apa adanya. Saya sendiri merasa terhibur dengan dramatisasinya dan tidak terlalu mempermasalahkan jikalau ada sebuah dramatisasi dalam film, namun seringkali sebuah dramatisasi dalam biopic terasa mengganggu sebab menciptakan penonton yang ingin mengetahui fakta secara kasatmata kesulitan memilah mana yang kasatmata mana yang penampahan. Namun untungnya jalan dongeng dalam Hitchcock berjalan dengan sangat menarik hingga menciptakan saya melupakan dramatisasi yang agak berlebihan tersebut. Melalui film ini saya mendapat banyak sekali macam fakta menarik dan unik, khususnya yang berkaitan dengan proses pembuatan Psycho. Saya jadi mengetahui bagaimana Hitchcock bisa menciptakan penonton tidak tahu perihal ending ceritanya walaupun naskah film itu diangkat dari sebuah novel, saya menjadi tahu bagaimana proses pembuatan adegan shower yang populer tersebut, dan ada juga proses marketing filmnya yang menarik.
Disamping ceritanya yang memuat banyak sekali macam fakta menarik, film ini juga dihiasi dengan momen-momen komedi yang efektif untuk memancing tawa entah itu hadir dari interaksi Hitchcock dengan sang istri ataupun dari hal-hal lainnya. Bahkan hingga adegan paling final film ini masih menyelipkan humor yang bisa menciptakan saya tertawa. Memang dengan fakta menarik, dramatisasi hingga selipan komedi, Hitchcock berhasil menjadi sebuah tontonan yang begitu menyenangkan, namun sayang ada banyak hal yang kurang digali lebih dalam. Bagian mengenai obsesi Hitchcock terhadap para aktrisnya yang saya kira akan menjadi salah satu hal yang digali secara dalam ternyata berlalu begitu saja. Hubungannya dengan Janet Leigh (Scarlett Johansson) ataupun dengan Vera Miles (Jessica Biel) terasa kurang mendalam. Padahal saya rasa hal tersebut ialah fakta yang tidak bisa dipisahkan dari pembuatan Psycho selain marketing dan hubungan sang sutradara dengan istrinya. Untungnya konflik yang terjadi antara Hitchcock dengan istrinya bisa tampil dengan menarik dengan kadar yang memuaskan. Tentu saja hal itu tidak lepas dari akting memukau dari Anthony Hopkins serta Helen Mirren. Hopkins bisa menampilkan sosok Hitchcock yang cukup bahwasanya tengah tersiksa namun juga bisa menggelitik dengan tingkahnya. 

Bicara soal konflik Hithcock dengan Alma Reville, ada sebuah adegan yang begitu saya sukai disaat keduanya tengah bertengkar. Bagaimana Hopkins dan Mirren saling bertukar kata dan emosi menciptakan adegan terasa begitu hidup dengan chemistry yang besar lengan berkuasa dari mereka berdua. Saya juga begitu menyukai adegan pemutaran perdana film Psycho dimana Hitchcock terlihat harap-harap cemas menanti respon penonton yang pada balasannya mencapai klimaksnya disaat adegan shower diputar. Kita tidak diperlihatkan adegan legendaris tersebut, melainkan verbal para penonton bergantian dengan reaksi Hitchcock mendengar teriakan penontonnya, lengkap dengan iringan scoring Psycho yang legendaris tersebut. Saya hingga meneteskan air mata melihat adegan yang digarap dengan brilian tersebut. Selain digarap dengan luar biasa, adegan itu juga menunjukkan bagaimana seorang kepuasan seorang sutradara ketika karyanya mampu memukau para penonton, sebuah kepuasan yang begitu tinggi dan merupakan salah satu harapan langsung saya mencicipi kepuasan tersebut.


Artikel Terkait

Ini Lho Hitchcock (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email