Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho A Million Ways To Die In The West (2014)

Saya menikmati Ted (review) yang merupakan debut penyutradaraan Seth MacFarlane, tapi tidak hingga begitu mencintainya apalagi tidak sabar menantikan sekuelnya yang akan rilis tahun depan. Meski menjadi komedi berating R dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa, bagi saya Ted masih banyak miss dalam penghantaran komedinya. Singkat kata, bagi saya film itu terasa overrated, dan alasannya yaitu itulah saya tidak terlalu antusias menantikan film penyutradaraan kedua MacFarlane yang berjudul nyeleneh ini. Dengan banyak nama besar mulai dari Charlize Theron, Liam Neeson, Amanda Seyfried, Neil Patrick Harris, Giovanni Ribsi hingga MacFarlane sendiri, A Million Ways to Die in The West akan membawa dunia western masa kemudian yang gersang dan penuh kekerasan serta ajal kedalam sajian komedi aneh dan penuh hal jorok ala MacFarlane. Mungkin ensemble cast dan mengemas kerasnya western menjadi komedi yaitu daya tarik tersendiri bagi film ini, tapi menyerupai yang sudah saya bilang, ekspektasi terhadap film ini tidaklah terlalu besar mengingat Ted yang juga tidak terasa Istimewa di mata saya.

Ber-setting pada tahun 1882 di Arizona, film ini bercerita perihal Albert Stark (Seth MacFarlane), seorang peternak domba yang populer pengecut. Karena sifatnya itulah Albert harus kehiangan kekasih yang amat ia cintai, Louise (Amanda Seyfried). Louise sendiri kesudahannya malah berpacaran dengan seorang penjual obat penumbuh kumis yang sukses, Foy (Neil Patrick Harris). Ditengah segala keputusasaan dan kesedihan yang ia alami, Albert bertemu dengan seorang gadis misterius berjulukan Anna (Charlize Theron) yang ia selamatkan dalam sebuah perkelahian di bar. Albert dan Anna pun mulai menjadi teman akrab dimana Anna mulai membantu Albert dalam banyak hal mulai dari perjuangan untuk melupakan Louise hingga mengajari Albert bagaimana caranya memakai pistol. Tapi ada satu hal yang tidak Albert ketahui perihal Anna, yaitu bahwa ia merupakan istri dari Clinch Leatherwood (Liam Neeson) yang tidak lain yaitu pembunuh paling ditakuti sekaligus penembak tercepat di tempat western.


Jika dalam Ted Seth MacFarlane memakai banyak banyolan jorok dan sosok Ted yang sinting sebagai senjata utama dalam mengemas komedinya, maka A Million Ways to Die in The West adalah adonan antara banyolan jorok ala MacFarlane dengan momen-momen random khas film-film parodi. Hal ini masuk akal saja, alasannya yaitu film ini sejatinya terasa menyerupai perjuangan dari trio MacFarlane, Alec Sulkin dan Wellesley Wild selaku penulis naskah untuk memparodikan aneka macam aspek dalam dunia western khususnya aspek berbahaya yang ada disana. Dibandingkan dengan Ted, kegilaan film ini mungkin tidak seberapa, tapi film terbaru MacFarlane ini terang lebih random. Layaknya parodi-parodi lain yang ada, disini anda akan menemukan banyak momen kemunculan sesuatu atau seseorang secara mendadak hanya untuk penghantaran sebuah joke,  seperti contohnya adegan horseshit atau orang-orang China. Tapi MacFarlane tidak berlebihan dalam menampilkan semua itu sehingga film ini tidak jatuh menjadi film parodi idiot ala Jason Friedberg dan Aaron Seltzer. Memang terasa terbelakang dan banyak banyolan tidak lucu, tapi masih ada beberap  tawa yang hadir, alasannya yaitu tidak menyerupai Friedberg dan Seltzer, Seth MacFarlane masih memperhatikan timing dan tidak hanya mengandalkan komedi saja di tiap momennya, melainkan turut memasukkan aneka macam momen serius menyerupai tabrak tembak dan drama percintaan.
Rasanya kurang cocok membandingkan film ini dengan Ted, alasannya yaitu keduanya berasal dari "dimensi" yang berbeda. Jika Ted banyak menghadirkan banyolan jorok yang kadang terasa cerdas, maka A Million Ways to Die in The West lebih banyak berisi kebodohan demi kebodohan yang dilemparkan oleh MacFarlane, dan saya sanggup menikmati kebodohan tersebut. Mungkin yang patut disayangkan yaitu kurangnya MacFarlane memaksimalkan aspek western yang ada, alasannya yaitu meski punya setting gersang lengkap dengan para tokohnya yang berdandan ala jaman koboi, film ini punya atmosfer yang terlalu modern. Sebagai seseorang yang mengaku menggilai film-film western bahkan mengambil aneka macam rujukan dari banyak film klasik dari genre tersebut, MacFarlane sayangnya kurang berhasil menyuntikkan spirit dari film western itu sendiri. Pada kesudahannya kesan western di film ini hanya terpancar dari luarnya saja. Saya malah merasa film ini ber-setting di kurun sekarang, namun dengan lokasi dan pakaian yang berasal dari masa lalu.

Disini Seth MacFarlane coba memasukkan unsur romansa yang meski tidak luar biasa tetap menyenangkan untuk diikuti. Hubungan antara Albert dan Anna banyak mengandung interaksi yang menarik, khususnya berkat akting Charlize Theron yang berhasil mengakibatkan Anna sebagai abjad simpatik sekaligus lucu. Saya menyukai sisi komedi Charlize Theron yang sempat ia tampilkan dalam serial komedi internet, Fun or Die beberapa waktu yang lalu, dan disini ia menghantarkan komedi lewat cara yang tidak jauh beda. Theron dalam berkomedi selalu memperlihatkan tawa bagi saya alasannya yaitu kesan yang ia tunjukkan sebagai perempuan anggun dan anggun yang bertingkah laris aneh tanpa perlu tampak bodoh. Disisi lain akting Seth MacFarlane justru jadi sisi negatif dari aspek romansanya. Karakter Albert yang terlalu pecundang membuatnya jadi tidak simpatik, dan pada kesudahannya dikala ia memperlihatkan keberaniannya di akhir, hal itu tidak sanggup menolong. Sedangkan Liam Neeson tentu saja tidak perlu bersusah payah untuk tampil meyakinkan sebagai seorang pembunuh berdarah dingin. Pada kesudahannya A Million Ways to Die in The West tetap berhasil memperlihatkan aneka macam momen lucu, dan meski tidak "sepintar" Ted, film ini lebih berhasil memenuhi ekspektasi saya yang memang tidak terlalu tinggi.

Artikel Terkait

Ini Lho A Million Ways To Die In The West (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email