Saturday, January 12, 2019

Ini Lho Miracle In Cell No. 7 (2013)

Diawal tahun ini sebuah film drama-komedi kecil berjudul Miracle in Cell No. 7 membuat kejutan ketika berhasil mengumpulkan lebih dari 12 juta penonton atau setara dengan uang ekitar $90 juta. Hasil tersebut menempatkan film ini di peringkat ketiga dalam jajaran film terlaris sepanjang masa di Korea Selatan. Resepnya gampang saja, tidak perlu menempatkan jajaran bintang papan atas tapi cukup sajikan sebuah kisah tearjerker sederhana yang dibalut komedi maka jadilah sebuah film yang tepat untuk mendapatkan atensi penonton. Ya, jauh sebelum populer dengan film-film brutal bertemakan balas dendam, perfilman Korea Selatan memang begitu identik dengan drama tearjerker yang akan membuat penontonnya banjir air mata atau setidaknya berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangis. Meski bukanlah kisah romansa peristiwa ibarat tearjerker pada umumnya, Miracle in Cell No. 7 tetap mempunyai banyak sekali formula wajib yang harus dimiliki oleh film penguras air mata.

Miracle berkisah mengenai seorang laki-laki penderita gangguan mental berjulukan Lee Yong-gu (Ryu Seung-ryong) yang harus hidup sebagai single parent mengurus puteri tunggalnya yang masih kecil, Ye-sung (Kal So-won). Suatu hari Yong-gu ditangkap oleh polisi atas tuduhan tindak penculikan, pelecehan seksual sekaligus pembunuhan terhadap anak-anak. Yong-gu sendiri merasa tidak melaksanakan perbuatan tersebut. Namun masalahnya, korban merupakan puteri dari komisaris polisi dan hal itupun membuat posisi Yong-gu semakin tersudutkan. Mendapat tekanan dan bahaya dari polisi Yong-gu terpaksa mengakui perbuatannya dan diancam dakwaan eksekusi mati. Kemudian Yong-gu pun dimasukkan kedalam penjara dimana ia ditempatkan di kamar nomor 7 bersama lima orang tahanan lainnya. Perlahan kekerabatan antara Yong-gu dan kelima rekan sekamarnya semakin akrab dan mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk membantu Yong-gu entah itu biar ia sanggup bertemu dengan Ye-sung, atau membantunya mempersiapkan diri menghadapi persidangan.

Bagaimana cara termudah untuk membuat film tearjerker? Jawabannya ialah tarik simpati penonton pada huruf utamanya sebesar mungkin dengan cara menempatkan mereka pada sebuah situasi yang sulit. Situasi sulit yang saya maksud ada beberapa, misalkan membuat huruf utamanya sakit parah atau menempatkan mereka dalam permasalahan yang begitu berat. Nah, dalam Miracle in Cell No. 7, Yong-gu dan Ye-sung sebagai dua huruf utama mempunyai hal-hal diatas. Yong-gu ialah penderita keterbatasan mental yang jikalau dieksploitasi dalam sebuah naskah film akan memperlihatkan dampak yang tidak jauh berbeda dengan huruf yang sakit keras. Kemudian mereka berdua juga tengah berada dalam permasalahan yang begitu berat. Dengan keberadaan dua aspek tersebut maka sempurnalah formula yang dimiliki film ini untuk membuat penontonnya bersimpati pada sang tokoh utama. Dengan formula tersebut tidak peduli ceritanya sesederhana apa dan tidak peduli juga penonton sudah tahu simpulan ceritanya sedari awal, film tersebut tetap sanggup memuaskan penonton asalkan sanggup menguras air mata mereka.
Premisnya mengingatkan saya pada drama Korea lain yaitu Mother. Kedua film ini sama-sama berkisah perihal seseorang dengan keterbatasan mental yang dituduh melaksanakan tindak pembunuhan. Bedanya, Mother punya atmosfer yang lebih kelam sedangkan Miracle in Cell No. 7 memperlihatkan banyak sentuhan komedi di dalamnya. Dengan tone yang termasuk ceria berkat selipan komedinya, maka masuk akal saja jikalau pada akibatnya film ini sanggup menarik begitu banyak penonton. Toh selipan komedi yang dimasukkan cukup berhasil memancing tawa saya dan disaat humornya miss sekalipun saya tidak terganggu dan masih tetap sanggup menikmatinya. Komedinya sendiri berasal dari kelakuan konyol para penghuni sel nomor 7 yang tidak hanya memperlihatkan kekerabatan hangat selayaknya keluarga antara satu sama lain tapi juga setia mengumbar kekonyolan yang membuat filmnya selalu terasa menghibur. 

Masalahnya, demi mendapatkan kisah yang ringan dan ceria film ini mengorbankan terlalu banyak nalar sehat dalam penulisan naskahnya. Saya yang terbiasa menonton banyak sekali prison movie yang menampilkan suasana penjara yang keras, cellmate yang kejam sampai sipir yang tidak kalah brutal menjadi sering terganggu dengan suasana penjara yang ditampilkan disini. Semuanya terlalu cerah, terlalu higienis dan karakternya terlalu baik. Hal tersebut membuat kisahnya terlalu fantasi dan jauh dari kata believable. Begitu banyak adegan yang terasa berlebihan dan belum lagi plot hole yang begitu banyak bertaburan sepanjang dua jam lebih filmnya berjalan. Hal tersebut sangat saya sayangkan alasannya ialah melihat film ini saya yakin bahwa tanpa harus memaksakan diri menjadi cerah, Miracle in Cell No. 7 tetap berpotensi menjadi tearjerker yang menarik. Untunglah kekerabatan antar karakternya entah itu Yong-gu dengan sang puteri ataupun Yong-gu dengan teman-teman satu selnya terasa begitu dinamis dan selalu berhasil membuat drama yang memikat serta komedi yang menghibur, sampai pada akibatnya saya pun sanggup sedikit memaafkan segala kemustahilan dan hal-hal yang dipaksakan meski tidak sepenuhnya sanggup mendapatkan semua itu.

Beberapa adegannya sendiri untungnya berhasil dihukum dengan begitu menarik sampai meski terasa berlebihan namun tetap menjadi rangkaian adegan yang berkesan. Adegan favorit saya justru hadir disaat tema-teman Yong-gu tengah melaksanakan reka ualng untuk menilik kebenaran dibalik kasus yang menjerat Yong-gu. Miracle in Cell No. 7 mungkin bukan tearjerker terbaik yang pernah ada. Biar bagaimanapun segala kemustahilan dalam penjara itu terlalu mengganggu saya dan berujung pada tidak berhasilnya film ini membuat air mata saya mengalir deras. Patut disayangkan juga kisah mengenai sang kepala penjara tidak terlalu dalam dieksplorasi, karen pada akibatnya karakternya terasa begitu nanggung. Tapi sudahlah, banyak sekali kekurangan yang jumlahnya tidak sedikit itu nampaknya tidak akan banayk dipedulikan penonton alasannya ialah film ini punya segalanya untuk menjadi sebuah sajian yang menghibur mulai dari huruf yang simpatik, drama tearjerker sampai komedi yang efektif. Sebuah kisah antara ayah dan anak serta persahabatan yang menyenangkan. 

Artikel Terkait

Ini Lho Miracle In Cell No. 7 (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email