Wednesday, January 9, 2019

Ini Lho The Monkey King (2014)

Kisah Journey to the West yang menampilkan sosok Sun Wukong sang raja simpanse sebagai sosok sentralnya memang tidak pernah kehilangan daya tarik meski sudah berulang kali diangkat ke dalam medium apapun. Untuk film sendiri, salah satu yang paling gres yakni Journey to the West: Conquering the Demons (review) milik Stephen Chow yang bagi saya merupakan salah satu film paling menghibur tahun ini. Tapi ada satu lagi proyek yang mengangkat Sun Wukong sebagai abjad sentralnya, dan proyek ini sanggup dibilang yakni proyek besar yang sudah cukup usang dinantikan. Disutradarai oleh Cheang Pou-soi, The Monkey King adalah film besar dengan bujet mencapai $82 juta dan dibintangi oleh nama-nama tenar menyerupai Donnie Yen, Chow Yun-fat, Aaron Kwok, Joe Chen, Peter Ho hingga Gigi Leung. Film ini pun sukses besar dengan meraih pendapatan lebih dari $175 juta. Nama Donnie Yen sebagai Sun Wukong memang sudah menarik banyak perhatian penonton bahkan jauh sebelum filmnya dirilis. Kaprikornus apakah film yang lebih besar ini juga lebih baik dari milik Stephen Chow?

Sama menyerupai film Stephen Chow, The Monkey King juga tidak akan mengisahkan perjalanan Sun Wukong dan bikso Tong mengambil kitab suci ke Barat, melainkan menyoroti kejadian yang terjadi jauh sebelum itu, tepatnya semenjak sebelum sang raja simpanse lahir ke dunia. Pada ketika itu, peperangan besar antara yang kuasa yang dipimpin Jade Emperor (Chow Yun-fat) dengan para siluman yang dipimpin oleh Raja Siluman Kerbau (Aaron Kwok) sedang terjadi. Dalam peperangan besar itu, pihak siluman berhasil dikalahkan dan kerajaan langit pun disegel biar para siluman tidak lagi sanggup masuk. Namun disaat yang bersamaan, kristal dari kerajaan langit jatuh ke Bumi, dan di dalamnya terdapat seekor simpanse yang tak lain yakni Sun Wukong. Terlahir dari kristal surga, Wukong pun mempunyai kekuatan yang jauh diatas rata-rata siluman simpanse lainnya. Meski punya kepribadian yang pembangkang dan seenaknya sendiri, bahwasanya Wukong yakni sosok yang terlahir baik dan penuh kepedulian. Hal itulah yang disadari oleh para yang kuasa yang kesudahannya tetapkan melatih Wukong. Tapi disisi lain Raja Siluman Kerbau yang mengetahui keberadaan Wukong mulai menyusun rencana untuk memanfaatkan kekuatannya guna mengambil alih kerajaan langit.
Tentu saja melihat bujet sebesar itu dan kehadiran Donnie Yen yang saya harapkan yakni sebuah tontonan penuh adegan agresi yang menghibur serta dibumbui banyak imbas CGI yang baik. Usaha untuk melaksanakan itu sudah terlihat semenjak opening yang dibuka dengan pertempuran besar antara yang kuasa dan siluman. Tapi justru pada adegan pembuka itu jugalah saya pribadi dibentuk kecewa oleh film ini. Adegan peperangan di awal itu sudha dipenuhi oleh polesan CGI dimana-mana yang ternyata luar biasa buruk. Untuk ukuran film dengan bujet mendekati $100 juta, imbas CGI dalam film ini hanyalah sekelas serial televisi kolosal. Jika anda sering menonton serial-serial kolosal di televisi entah itu produksi India ataupun Cina, maka The Monkey King punya kualitas CGI yang tidak jauh beda. Tentunya lebih baik tapi tidak terasa jauh, apalagi melihat bujet besar film ini. Semuanya terjadi alasannya yakni penggunaannya yang terlalu banyak. Seolah kalap melihat tumpukan uang, para pembuat imbas visual film ini memoles hampir semua setting dan efeknya dengan komputer. Bandingkan dengan film Stephen Chow yang meski tidak punya bujet besar tapi menyadari keterbatasn itu sehingga penggunaan CGI dilakukan seperlunya dan efektif. Tidak hanya adegan pembuka, alasannya yakni hingga final imbas komputernya selalu berlebihan dan buruk. 
Efek CGI yang jelek itu makin diperparah dengan pengemasan Cheang Pou-soi terhadap adegan agresi yang begitu berantakan. Adegan aksinya seolah asal tabrak, asal hantam dan asal hancur-hancuran. Bukannya menghibur dan terasa seru, rentetan adegan aksinya justru melelahkan dan membuat sakit mata. Kehadiran Donnie Yen pun terasa sia-sia disaat sang pemain film tidak banyak menerima porsi untuk memamerkan keahliannya berkelahi. Memang Donnie Yen berakting cantik sebagai Sun Wukong lewat gesturnya yang meyakinkan sebagai seekor kera, tapi yang saya harapkan dari menonton film yang mempunyai Donnie Yen didalamnya yakni rentetan adegan agresi yang terkoreografi dengan rapih. Dengan hancurnya imbas CGI serta kemasan adegan aksi, mudah The Monkey King tidak punya banyak hal untuk dibanggakan. Pada dasarnya film menyerupai ini akan teraa style over substance dimana adegan agresi dan CGI-nya mengesankan disaat naskah dan ceritanya kurang bagus.Tapi yang terjadi justru kedua aspek tersebut sama-sama buruk. Disaat naskahnya dipinggirkan, aspek style-nya justru hancur-hancuran. 

Alur ceritanya sendiri berjalan menyerupai sebuah video game yang bergerak dari satu check point ke check point berikutnya tanpa ada eksplorasi berarti dalam setiap tahap. Masing-masing karakternya pun kurang digali, bahkan akting cantik Donnie Yen tidak sanggup membuat Sun Wukong menjadi abjad yang simpatik. Banyak abjad yang hadir jadi terasa tidak bermakna dan sekedar numpang lewat meski intinya punya potensi besar. Hal tersebut juga makin diperparah dengan subplot yang tidak berhasil meningkatkan tensi film. Padahal subplot yang ada cukup berpoteni juga membuat film ini punya dongeng yang lebih kuat. Kisah percintaan Sun Wukong apabila digarap dengan baik bia membuat titik puncak yang emosional dan sedikit sentuhan tragedi. Tapi pada kesudahannya setiap kisah hanya dituturkan sesaat, untuk kemudian dilupakan sesudah mencapai konklusi. Saya menunggu The Monkey King berharap film ini akan menjadi salah satu hiburan paling menyenangkan tahun ini. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, film ini merupakan tontonan paling mengecewakan tahun ini. Hampir tidak ada aspek positif yang sanggup dinikmati kecuali akting Donnie Yen. Desain para karakternya cukup cantik tapi juga tidak terasa spesial. The Monkey King membuktikan bahwa ambisi besar itu boleh saja asal kita tahu seberapa batasan kita dan tidak asal melaksanakan sesuatu diluar batasan yang ada. 

Artikel Terkait

Ini Lho The Monkey King (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email