Saturday, January 12, 2019

Ini Lho Prince Avalanche (2013)

Sutradara David Gordon Green ialah orang yang berada dibalik kesuksesan sebuah komedi gila berjudul Pineapple Express. Semenjak kesuksesan film tersebut, namanya seolah begitu lekat dengan film-film komedi "jorok" sesudah ia merilis Your Highness sampai The Sitter. Tapi sebelum menjamah ranah komedi mainstream, sebetulnya ia lebih banyak berkecimpung di dunia perfilman indie lewat film-film drama berbujet rendah. Namun sang sutradara nampaknya rindu untuk mencicipi kembali bagaimana rasanya membuat film kecil yang kental dengan nuansa indie sesudah ia tetapkan membuat Prince Avalanche yang tidak mendapat publikasi apapun ketika proses produksi atas permintaannya sendiri. Film yang debut di Sundance Film Festival 2013 ini memang sebuah drama kecil dengan bujet hanya $60 ribu dan dibintangi oleh Paul Rudd dan Emile Hirsch. Naskahnya yang ditulis oleh David Gordon Green sendiri merupakan pembiasaan lepas dari sebuah film Islandia berjudul Either Way yang rilis pada tahun 2011 lalu.

Alvin (Paul Rudd) dan adik pacarnya, Lance (Emile Hirsch) tengah menghabiskan trend panas mereka dengan bekerja sebagai pembuat marka jalan di sebuah jalanan di pinggiran kota yang begitu sepi. Di kawasan yang tidak ada orang selain mereka berdua tersebut, Alvin dan Lance harus menghabiskan hari-hari mereka dengan beraktivitas hanya berdua. Masalahnya ialah mereka berdua sama sekali tidak menemukan kecocokan satu sama lain. Alvin yang mempekerjakan Lance merasa bahwa adik pacarnya itu ialah seorang laki-laki tidak mempunyai kegunaan yang tidak berkompeten dalam melaksanakan apapun dan hanya memikirkan hasratnya untuk bekerjasama seks. Sedangkan Lance merasa bahwa pekerjaan yang ia jalani begitu membosankan, sama membosankannya dengan sosok Alvin yang tidak sanggup sedikitpun ia ajak bersenang-senang. Dengan penuh keterpaksaan mereka berdua harus menghabiskan sisa trend panas hanya berdua saja di kawasan terpencil tersebut sambil sesekali berinteraksi dengan seorang supir truk dan seorang perempuan renta misterius yang kawasan tinggalnya habis terbakar setahun yang lalu.

Inilah Prince Avalanche, sebuah drama-komedi asing namun sederhana yang hanya menampilkan interaksi antara kedua abjad utamanya sepanjang film. Kita akan diajak melihat bagaimana hubungan pertemanan antara Alvin dan Lance secara perlahan mulai tumbuh sesudah diawal keduanya tidak lebih dari sekedar dua orang laki-laki yang terpaksa berteman padahal menyimpan ketidak sukaan antara satu dengan yang lain. Tentu saja untuk menjadi film yang baik, maka proses berjalannya hubungan mereka berdua harus terasa halus dan tidak dipaksakan untuk berubah, dan dalam hal ini Prince Avalanche cukup berhasil. Jika anda seorang laki-laki yang harus berada dengan seorang laki-laki lain yang tidak terlalu anda kenal, maka topik pembicaraan apakah yang akan menyatukan kalian berdua dengan mudah? Jawabannya ialah wanita. Entah itu membahas ihwal perempuan manis yang kalian berdua lihat ketika itu, atau membicarakan hubungan dengan pacar atau gebetan masing-masing. Dalam menunjukkan bagaimana Alvin dan Lance semakin bersahabat satu sama lain film ini juga menambil pendekatan serupa, dan hal tersebut membuat jalannya interaksi dan hubungan keduanya terasa mulus dan tidak dipaksakan.
Tentu saja ini ialah sebuah studi abjad yang begitu mengandalkan obrolan antara kedua tokoh utamanya sebagai pondasi serta kekuatan utama film ini. Dua abjad yang ditampilkan ialah dua sosok yang cukup bertolak belakang dan hal tersebut sudah merupakan bekal yang cukup untuk menghadirkan sebuah drama bromance yang mengetengahkan studi terhadap kedua karakternya. Alvin ialah laki-laki yang merasa jauh lebih remaja dan hebat daripada Lance, sedangkan disisi lain Lance ialah seseorang yang ingin mendapat kesenangan dan merasa pacar kakaknya itu hanya seorang laki-laki membosankan yang sok hebat. Dalam urusan cinta, keduanya juga berbeda dimana Alvin ialah seorang yang mempercayai cinta sejati sedangkan Lance lebih mementingkan urusan seksual dalam kehidupan cintanya. Dengan dua sosok yang begitu berbeda, Prince Avalanche harusnya sanggup menjadi sebuah drama yang begitu menarik. Namun sayangnya meski mengandalkan interaksi keduanya, obrolan yang dihadirkan seringkali terasa kurang menarik. sampai membuat kebosanan di beberapa bagian.

Untungnya meski terkadang dialognya kurang mengena, konflik yang hadir antara Alvin dan Lance masih dikemas cukup menarik. Pertengkaran yang beberapa kali terjadi diantara mereka berdua sanggup menunjukkan tawa atau setidaknya membuat aku tersenyum melihat tingkah polah keduanya yang terasa kekanak-kanakan. Selain berutur ihwal pertemanan unik antara Alvin dan Lance, Prince Avalanche juga nampak memberik citra ihwal orang-orang yang dirundung sepi. Ya, ini juga merupakan dongeng ihwal bagaimana orang-orang yang terjebak dalam kesepian dan kebingungan mencari arah perjalanan hidup mereka secara perlahan mulai menemukan kawasan berlabuh dan menemukan sosok yang membuat mereka tidak lagi merasa sendirian. Mungkin juga itulah makna dari kemunculan sosok nenek misterius yang karakternya ikut menambah kesan "aneh" dalam film ini. Prince Avalanche mungkin tidak stabil dalam perjalanannya, tapi masih tetap merupakan sebuah dramedi persahabatan yang cukup menarik di tengah segala keganjilan yang ia miliki. Ah, jangan lupakan juga bagaimana indahnya gambar-gambar alam yang ditampilkan oleh film ini.

Artikel Terkait

Ini Lho Prince Avalanche (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email