Film perihal robot yang erat bahkan menjadi bab keluarga insan sudah beberapa kali diangkat. Sebut saja Bicentennial Man milik Chris Colombus hingga A.I. karya Steven Spielberg. Dalam film-film tersebut robot yang sejatinya hanyalah sebuah mesin yang dibentuk untuk membantu pekerjaan insan menjadi layaknya makhluk hidup yang memiliki perasaan. Robot & Frank memang punya unsur tersebut, tapi pendekatan yang dilakukan dalam film ini jauh berbeda, begitu pula warta yang coba disentuh. Seperti judulnya, film perdana dari sutradara Jake Schreier ini akan bercerita perihal interaksi antara Frank (Frank Langella) dan robot miliknya (diperankan Rachel Ma dan disuarakan oleh Peter Sarsgaard). Frank ialah laki-laki berusia 70 tahunan yang hidup sendirian sehabis kedua anaknya Hunter (James Marsden) dan Madison (Liv Tyler) sudah menjalani hidup mereka masing-masing. Frank sendiri ialah seorang pencuri yang dimasa mudanya pernah dipenjara akhir kasus pencurian. Bahkan dikala sudah bau tanah dan mengalami dementia ibarat sekarang, Frank masih tetap mencuri walau "hanya" berupa benda-benda kecil yang murah dari sebuah toko.
Tidak hanya hidup sendiri, Frank juga nampak tidak punya teman. Satu-satunya orang yang dekat dengan Frank ialah seorang perempuan penjaga perpustakaan berjulukan Jennifer (Susan Sarandon). Frank yang hampir tiap hari berkunjung ke perpustakaan juga mulai menaruh perasaan cinta pada Jennifer. Sebenarnya Hunter juga masih secara rutin mengunjungi sang ayah tiap minggunya meski harus menempuh perjalanan 10 jam dan membuatnya jarang menghabiskan waktu bersama anaknya. Tapi menghadapi tingkah laris ayahnya yang semakin pelupadan tidak teratur dalam kehidupannya, Hunter mulai merasa lelah. Akhirnya ia tetapkan membelikan Frank sebuah robot untuk membantunya melaksanakan acara sehari-hari mulai dari membersihkan rumah hingga mengembangkan masakan bagi Frank. Tentu saja pada awalnya Frank tidak menyukai kehadiran sang robot yang menurutnya terlalu mengatur kehidupannya. Sampai suatu hari Frank menyadari bahwa robot itu sanggup membantunya melaksanakan agresi pencurian.
Layaknya film-film drama indie dengan bujet rendah lainnya, kisah dalam Robot & Frank tampil cukup sederhana. Persahabatan insan dengan robot memang sanggup dibilang sedikit aneh, tapi film ini tetap terasa membumi dalam pemaparan ceritanya. Tidak perlu melodrama berlebihan dan momen-momen penguras air mata untuk menciptakan Robot & Frank terasa menyentuh. Chemistry yang tersaji antara Frank dengan robotnya memang indah, ibarat sepasang sahabat yang saling mengasihi dan saling menolong. Tapi hal itu dilakukan tanpa perlu menciptakan sang robot menjadi sebuah mesin dengan perasaan ibarat yang dilakukan oleh film-film macam A.I. Sang robot tetaplah sebuah robot yang tidak punya hati dan hanya berbuat ibarat apa yang sudah diprogramkan padanya. Ini ialah kisah interaksi menarik antara insan dengan robot. Si insan dalam hal ini Frank ialah orang yang sedang mencicipi hal yang begitu ditakuti insan yakni kesepian dan kesendirian. Sebuah konflik dalam diri yang begitu manusiawi. Ironisnya ia mendapatkan obat kesendirian itu dari sesosok robot yang disini tidak ditampilkan terlalu manusiawi. Dia ialah robot yang agar bagaimanapun tetaplah robot.
Kisahnya berjalan dengan begitu baik. Proses bagaimana Frank yang pada awalnya tidak menyukai dan menolak keberadaan sang robot menjadi mendapatkan hingga secara perlahan karenanya merasa membutuhkan "sahabatnya" tersebut mengalir dengan baik tanpa terasa dipaksakan dan tidak harus melewati momen sentimentil yang berlebihan. Terima kasih pada penampilan gemilang Frank Langella yang sanggup membangun chemistry yang cukup unik dengan sesosok robot. Meski kita tahu bahwa robot tersebut diperankan oleh insan juga, tapi tetap saja berakting dengan seorang insan yang tidak bicara dan berada dalam kostum robot bukan hal yang mudah, dan apa yang diperlihatkan Frank Langella bagaikan ia benar-benar punya ikatan dengan robotnya. Saat tidak suka ia begitu jengah, hingga pada karenanya datang momen dimana Frank yang sadar bahwa robot itu tidak punya perasaan layaknya insan merasa (atau mungkin berharap) sahabatnya itu benar-benar hidup.
Robot & Frank ialah sebuah buddy movie yang unik dan begitu manis. Bahkan di tamat film kita akan diberi twist mengejutkan yang juga terasa begitu anggun dan menyentuh. Ini ialah kisah perihal insan yang menjadi ringkih akhir kondisi fisiknya yang mulai menua dan psikisnya yang terganggu oleh kesendirian yang ia alami. Tapi dibalik itu semua ada rasa cinta yang begitu kuat mengiringi berjalannya kisah film ini. Frank mungkin merepotkan anak-anaknya dengan segala tingkah lakunya, tapi dibalik itu yang ia ingingkan hanyalah dimengerti dan menerima rasa cinta serta perhatian yang tulus, begitu sederhana ibarat filmnya yang tidak perlu terlalu melodramatis dan tampil sederhana namun sanggup begitu mengena bagi saya. Walaupun begitu satu hal yang cukup mengganggu saya ialah bagaimana Frank yang digambarkan penderita dementia dan mengalami pikun yang cukup parah (sampai lupa pada anaknya) sanggup menjadi begitu cerdas merencanakan sebuah pencurian yang tentunya begitu sulit bila dilakukan oleh orang dengan kondisi fisik dan psikis ibarat dia. Sebuah kekurangan yang sayangnya menghipnotis evaluasi saya terhadap film ini, alasannya ialah cukup kuat pada bagaimana jalan ceritanya.
Ini Lho Robot & Frank (2012)
4/
5
Oleh
news flash