Sunday, January 13, 2019

Ini Lho The Sapphires (2012)

Pada awalnya The Sapphires yakni sebuah pertunjukkan drama musikal dari Australia yang diproduksi pada tahun 2004 dan ditulis oleh Tony Briggs. Pementasan ini juga sempat diproduksi lagi pada tahun 2010 kemudian sebelum pada jadinya diangkat menjadi film musikal pada 2012 ini. Kisah dari The Sapphires sendiri terinspirasi dari kisah kasatmata yang dialami oleh ibu Tony Briggs, Laurel Robinson beserta adik dan dua sepupunya dimana mereka berempat harus tampil sebagai penyanyi untuk menghibur para prajurit yang sedang berperang di Vietnam. Kisah dalam filmnya sendiri punya inti yang sama dengan versi panggungnya, yakni wacana empat perempuan Aborigin yang untuk menggapai mimpinya menjadi bintang besar harus rela melaksanakan perjalanan berbahaya di Vietnam yang tengah dilanda perang untuk bernyanyi menghibur para prajurit disana. Kisahnya dimulai pada tahun 1968 dimana tiga orang abang beradik wanita, Gail (Deborah Mailman), Cynthia (Miranda Tapsell) dan Julie (Jessica Mauboy) tengah mengikuti ajang pencarian talenta di sebuah kota kecil. Tapi walaupun penampilan mereka yakni yang terbaik mereka harus mendapatkan kenyataan bahwa mereka gagal menang hanya alasannya yakni mereka yakni kaum kulit gelap orisinil Aborigin. 

Namun performa mereka ketika itu menerima perhatian dari Dave Lovelace (Chris O'Dowd) yang merupakan MC dari program tersebut sekaligus seorang pemain piano. Dave pada jadinya membantu mereka bertiga untuk mendapatkan pekerjaan sebagai penyanyi yang tampil di depan para prajurit yang tengah berperang di Vietnam. Untuk melengkapi deretan grup tersebut mereka juga mengajak sepupu mereka, Kay (Shari Sebbens) yang notabene bukan seorang kulit gelap orisinil Aborigini. Pada jadinya mereka berempat memulai perjalanan mereka sebagai penyanyi di tengah perang Vietnam. Tentu saja perjalanan tersebut tidak gampang alasannya yakni selain harus berlindung dari serangan yang sanggup terjadi kapan saja, mereka juga harus menghadapi aneka macam macam konflik mulai dari konflik percintaan, persahabatan hingga konflik keluarga yang terjadi di masa lalu. 
The Saphhires akan mengingatkan penontonnya pada Dreamgirls dilihat dari beberapa konten di dalamnya. Bahkan banyak yang menyebut film ini sebagai "Australian Dreamgirls". Sebuah pendapat yang tidak keliru meski aku tetap merasa bahwa The Sapphires bukanlah tipikal film musikal yang punya nuansa mewah menyerupai Dreamgirls. Ini yakni sebuah musikal wacana perjalanan orang-orang yang bermimpi akan keglamoran tersebut. Tapi seiring dengan perjalanan yang telah dilaui, mereka secara tidak sadar mulai menemukan hal lain yang lebih mereka butuhkan daripada hal tersebut, yakni cinta dan kekeluargaan. Sebuah keputusan sempurna untuk menempatkan karakternya di sebuah daerah yang berbahaya dan penuh dengan kegetiran, alasannya yakni di daerah menyerupai itulah biasanya seseorang sanggup dengan lebih gampang mendapatkan pelajaran dalam kehidupan mereka dengan sendirinya. Diluar tema yang menjadi fokus tersebut, film ini juga turut membahas tema rasisme yang memang begitu kental pada masa itu. Masa dimana para kulit gelap masih tidak dihargai, masa dimana Martin Luther King berjuang demi perdamaian. Bahkan ada adegan dimana salah seorang prajurit yang sekarat menolak diberi proteksi oleh sesama prajurit yang merupakan seorang kulit hitam. Untungnya kisah dalam The Sapphires masih tetap berfokus pada relasi kelima tokoh utamanya tanpa "tergoda" untuk mengeksplorasi tema rasisme secara lebih mendetail, alasannya yakni hal itu hanya akan menciptakan kisahnya terlalu luas dan tidak terfokus.

Tentu saja membicarakan sebuah film musikal tidak akan lengkap kalau tidak membicarakan wacana jajaran soundtrack-nya. Pilihan lagu-lagunya bagus, mulai dari soul music hingga country music semuanya dinyanyikan dan ditampilkan dengan begitu menarik. Tapi dari beberapa lagu tersebut, favorit aku justru jatuh pada sebuah lagu tradisional milik suku Aborigin yang berjudul Ngarra Burra Ferra. Sebuah lagu yang begitu sederhana hanya bermodalkan vokal saja tapi terdengar begitu indah dan ditempatkan dengan begitu pas. Saya selalu merasa terharu ketika ada adegan yang diiringi oleh lagu ini, dimana adegan-adegan tersebut selalu terasa berpengaruh unsur emosinya. Jika bicara wacana akting para pemainnya, kelima abjad utama dalam film ini semuanya dimainkan dengan baik. Saya sendiri paling terkesan dengan penampilan Chris O'Dowd yang sanggup menggabungkan unsur komedik dan dramatis yang berpengaruh dalam karakternya. Memang tidak ada momen yang membuatnya harus menampilkan emsoi lebih, tapi kesederhanaan dalam pembawaannya itulah yang menciptakan penampilan O'Dowd begitu mengena. Secara keseluruhan memang The Sapphires punya dongeng yang predictable tapi sanggup dikemas dengan formula yang pas juga dibalut dengan nomor-nomor musikal yang yummy didengar sehingga menciptakan film ini menjadi sebuah paket hiburan yang memuaskan.


Artikel Terkait

Ini Lho The Sapphires (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email