Setiap mendengar nama Clive Owen saya selalu merasa kebingungan. Bukan, bukan alasannya yaitu saya tidak mengenal bintang film berusia 48 tahun tersebut, tapi saya kebingungan alasannya yaitu fakta bahwa Clive Owen sampai ketika ini belum juga menerima status bintang film kelas A Hollywood, padahal ditinjau dari jajaran film sampai prestasi yang telah ia dapat, seharusnya nama Clive Owen sudah bersanding sejajar dengan aktor-aktor kelas satu macam George Clooney. Jelas ia punya penampilan fisik yang menarik dengan wajah tampan dan sosok macho. Dia pernah memenangkan Golden Globe serta menerima nominasi Oscar ketika bermain dalam film Closer. Clive Owen juga mempunyai jajaran film yang tidak hanya sukses secara finansial namun juga menerima kebanggaan luar biasa dari para kritikus sebut saja Sin City, Children of Men, Gosford Park, Inside Man, Duplicity, The Bourne Identity dan masih banyak lagi. Dalam Shadow Dancer garapan sutradara James Marsh yang populer lewat film-film dokumenter macam Project Nim dan Man on Wire, Clive Owen berperan sebagai biro MI5 dan akan beradu kiprah dengan Andrea Riseborough (Oblivion).
Akibat sebuah insiden traumatis di masa kecilnya, Colette (Andrea Riseborough) menentukan untuk bergabung dalam organisasi militer pemberontak IRA. Suatu hari Colette menerima kiprah untuk meledakkan bom di sebuah subway di London. Namun misi tersebut gagal dan Colette pun tertangkap oleh MI5 yang dipimpin oleh seorang biro berjulukan Mac (Clive Owen). Pihak MI5 memperlihatkan perjanjian pada Colette bahwa ia boleh menentukan menghabiskan waktu 25 tahun di dalam penjara atau menjadi mata-mata bagi pihak MI5 untuk memata-matai pergerakan IRA. Tentu saja itu mengatakan Colette sebuah dilema alasannya yaitu kalau ia menolak bekerja sama ia akan dipenjara dalam waktu usang dan itu akan memisahkannya dari sang putera tunggal yang masih kecil. Namun kalau ia menentukan bekerja sama dengan MI5, itu artinya Colette harus mengkhianati keluarganya termasuk kedua abang dan ibunya yang juga merupakan anggota IRA.
Shadow Dancer memang sebuah thriller spionase yang melibatkan mata-mata, kepetangan Inggris dan pemberontak dari Irlandia, namun ini bukanlah sajian kepetangan yang mempunyai alur cepat dan berisikan gadget canggih berteknologi tinggi. James Marsh menentukan mengemas filmnya dengan alur yang berjalan lambat dan atmosfer yang cukup kelam. Filmnya setia memakai warna yang pucat sampai makin menguatkan suasananya yang kelam. Alur lambatnya pun semakin menguatkan kesan tersebut. Sebuah thriller kelam dengan tempo yang lambat biasanya akan bermain-main dengan kesabaran dan fokus penontonnya. Jika anda bersabar dan bertahan pada alurnya yang lambat, maka film tersebut akan perlahan-lahan mencengkeram anda dalam sebuah sajian intense yang dipenuhi oleh ketegangan yang biasanya berasal dari konspirasi-konspirasi kompleks dalam ceritanya. Shadow Dancer sendiri tidak melaksanakan hal yang berbeda dari itu semua. Ada konspirasi kompleks serta misteri yang tertutup rapat, masalahnya semua formula itu tidak dikemas dengan baik. Pada balasannya alur lambat yang ada bukan menciptakan filmnya mencengkeram anda selangkah demi selangkah tapi justru menciptakan kisahnya terasa membosankan.
Saya hampir tidak merasa adanya tingkat ketegangan yang tinggi kecuali dalam adegan opening dan momen mendekati ending, tapi selain itu thriller yang satu ini berjalan dengan datar. Meninjau kisahnya, Shadow Dancer punya segudang potensi menarik mulai dari kekerabatan antara kedua abjad utamanya yang berasal dari pihak berseberangan sampai konspirasi tingkat tinggi yang berpotensi menyimpan misteri yang menarik. Sebenarnya secara teknis film ini dikemas dengan baik, tapi untuk memaksimalkan kedua potensi diatas film ini terasa kurang berhasil dengan baik. Hubungan antara Colette dan Mac tidak terasa menarik dimana kekerabatan keduanya pun tidak terlalu kuat. Alih-alih banyak menampilkan interaksi antara keduanya, Colette dan Mac lebih terlihat sebagai dua abjad yang berjalan terlalu jauh terpisah satu sama lain. Sedangkan kisah mengenai konspirasinya berjalan terlalu kompleks. Hal itu menciptakan penonton semakin terpisah jauh dengan ceritanya. Yang terjadi yaitu saya tidak berkesempatan menikmati sajian thriller dan konspirasinya alasannya yaitu terlalu sibuk berpikir perihal apa yang bergotong-royong terjadi, dan saya pun semakin tertinggal jauh denagn ceritanya. Akhirnya hal tersebut makin menciptakan Shadow Dancer kehilangan daya tariknya sebagai thriller yang menegangkan.
Sebenarnya ini yaitu kisah yang menarik mengenai loyalitas, pengorbanan serta rasa bersalah yang dialami oleh para karakternya. Mac mengalami rasa bersalah akhir menempatkan Colette dalam situasi yang membahayakan nyawanya, sedangkan Colette sendiri menentukan jalan hidupnya menyerupai kini ini alasannya yaitu rasa bersalah yang ia pendam sejak kecil. Andrea Riseborough tampil baik dalam memperlihatkan dilema dan misteri yang tersimpan dalam pikirannya. Kita pun tidak tahu sampai simpulan apa bergotong-royong yang akan ia lakukan dan ia pilih. Sedangkan Clive Owen ternyata hanya sebagai abjad pendukung disini, dan ia berhasil memaksimalkan porsi kecil yang ia dapatkan tersebut. Sayang, pada balasannya baik itu potensi drama ataupun thriller-nya tidak ada yang berhasil dimaksimalkan sehingga menciptakan Shadow Dancer menjadi sebuah sajian thrller yang melempem meski terlihat indah secara visualnya.
Ini Lho Shadow Dancer (2012)
4/
5
Oleh
news flash