Ada banyak cara mempersatukan dua insan manusia, dan tidak hanya melalui hal-hal positif ibarat cinta sejati dan sebagainya. Hal-hal gila yang cenderung mengarah negatif nyatanya juga sanggup menyatukan dua manusia. Saya ambil teladan mulai dari pasangan semisal Kurt Cobain-Courtney Love atau pasangan legendaris Sid Vicious-Nancy Spungen yang saling mengisi keseharian dengan drugs. Dalam Smashed karya sutradara James Ponsoldt kita akan diperlihatkan sepasang suami-istri yang begitu kompak dalam urusan mabuk dan pesta alkohol. Charlie (Aaron Paul) dan Kate (Mary Elizabeth Winstead) tidak pernah melewatkan hari-hari mereka tanpa minuman keras. Mulai dari berdiri tidur, sebelum berangkat kerja, hingga risikonya berpesta di kafe pada malam harinya. Pasangan suami-istri tersebut merasa senang dengan gaya hidup yang liar tersebut. Namun seringkali tercipta juga duduk masalah akhir sikap liar tersebut. Kate pernah terbangun di daerah yang tidak ia ketahui sesudah di malam sebelumnya mabuk-mabukan dan menghisap sabu bersama perempuan absurd yang menumpang di mobilnya. Bahkan Kate yang bekerja sebagai guru sekolah dasar itu pernah muntah di depan kelas sesudah minum wiski sesaat sebelum kelas dimulai. Pada ketika insiden tersebut terjadi ada seorang murid yang bertanya apakah beliau hamil dan secara impulsif Kate mengiyakan pertanyaan tersebut.
Jadilah seisi sekolah percaya bahwa Kate hamil termasuk sang kepala sekolah yang begitu perhatian padanya. Merasa bersalah, Kate risikonya dibujuk oleh rekannya sesama guru, Dave (Nick Offerman) untuk mengikuti sebuah sesi terapi bersama orang-orang yang juga/dulunya pecandu alkohol. Dari sinilah usaha Kate untuk lepas dari adiksinya dimulai. Sebuah usaha berat alasannya ialah nyaris tidak ada sosok yang mendukungnya selain Dave dan anggota terapi lainnya, Jenny (Octavia Spencer). Bahkan sang suami hingga ibunya sekalipun tidak terasa memberi santunan total pada Kate. Tidak ibarat kebanyakan film wacana adiksi alkhohol ataupun narkoba lainnya yang biasanya punya tone gelap bahkan cenderung depresif, Smahsed menentukan merangkum kisahnya dengan lebih ringan dengan sentuhan sedikit humor segar di beberapa bagiannya. Smashed memang punya konflik kehidupan berat yang menimpa karakternya, namun tidak ada momen depresif yang membuat abjad utamanya terjatuh pada lubang kegelapan. Bahkan dari opening yang menunjukkan Kate ngompol di daerah tidur sudah terasa bahwa film ini tidak akan terlalu membawa penontonnya pada suasana gelap nan depresif yang seringkali menghiasi film-film bertemakan adiksi alhokohol.
Smashed tampil sebagai sebuah film dengan dongeng dan penggarapan yang membumi. James Ponsoldt yang juga menjadi penulis naskah nampaknya tahu benar akan objek yang dijadikan fokus dalam film ini, yaitu orang yang adiksi terhadap alkohol. Apa saja konflik-konflik yang mencakup orang yang kecanduan alkohol dimuat disini, mulai dari kebohongan hingga hal-hal kurang berilmu yang terjadi ketika seseorang itu tengah mabuh dan membuat banyak sekali konflik. Namun sekali lagi film ini tidak disajikan dengan nuansa yang gelap, bahkan saya sanggup dibentuk tertawa melihat konflik-konflik yang terjadi mulai ketika Kate dianggap hamil di depan kelas, ketika Kate buang air di sebuah toko, serta masih banyak lagi momen-momen yang punya muatan humor segar dan tidak pernah gagal memancing tawa. Lalu ibarat yang saya bilang bahwa film ini benar-benar mengenal konten yang disorot, termasuk disaat Kate berusaha lepas dari kecanduannya, namun beliau tidak menerima santunan yang cukup dari orang-orang di sekitarnya. Usaha lepas dari segala bentuk kecanduan dalam hal ini alkohol memang tidak cukup jikalau hanya ada niatan dari orang yang kecanduan, tapi santunan moril dari orang terdekat merupakan faktor yang tidak sanggup dilupakan.
Saya juga suka bagaimana Smashed tidak memaksa menunjukkan bahwa kecanduan alkohol ialah hal yang buruk. Banyak film yang terasa munafik ketika mengangkat tema ini, tapi tidak dengan Smashed dimana Kate tetap mengakui baha masa-masa disaat dirinya masih addicted pada alkohol tetap punya memori-memori menyenangkan dan ia sadar akan hal tersebut. Hanya saja Kate merasa ia perlu menghentikan kebiasaannya itu alasannya ialah banyak hal negatif yang akan ia dapatkan dari kecanduan alkoholnya. Tidak sanggup dipungkiri hal-hal gila yang dilakukan seseorang meski hal itu ialah hal negatif niscaya akan meninggalkan kesenangan tersendiri bagi orang tersebut, dan Smashed tidak menghindari untuk mengungkapkan fakta itu. Dengan durasi hanya 81 menit dan disajikan dengan tone yang tidak depresif membuat Smashed menjadi film yang tidak sulit untuk dinikmati. Namun sayangnya hal tersebut membuat saya merasa konflik yang dihadirkan tidak terlalu mendalam. Saya memang sanggup menikmati jalannya dongeng tapi tidak pernah hingga tersentuh atau ikut terbawa pada konflik emosi yang ditampilkan.
Untungnya film ini punya Mary Elizabeth Winstead yang tampil luar biasa. Disaat konfliknya terasa tidak terlalu diperdalam, akting Winstead sanggup membuat semua adegan terasa punya emosi yang kuat. Peran Kate ialah sebuah tugas yang terasa dikhususkan bagi Mary Elizabeth Winstead dalam salah satu akting terbaik yang pernah ia tunjukkan sepanjang karirnya, dan ya disini ia masih secantik biasanya. Selain Winstead, ada Octavia Spencer sang pemenang Best Supporting Actress tahun 2012 lalu. Bagi saya aktingnya cukup baik, hanya saja karakternya tidak diberi porsi yang cukup mendalam. Secara keseluruhan Smashed terang sebuah tontona yang menarik diikuti dan yang paling penting film ini tahu secara niscaya mengenai konten yang dijadikan materi sorotan. Pastinya keberadaan Mary Elizabeth Winstead juga membuat film ini sangat layak untuk ditonton.
Ini Lho Smashed (2012)
4/
5
Oleh
news flash