Michael Shannon yaitu bintang film yang bernasib sama dengan Ryan Gosling, Leonardo DiCaprio dan Michael Fassbender dimana mereka sama-sama menyajikan performa jago di 2011 kemudian tapi kurang beruntung dengan tidak mendapat nominasi Oscar. Shannon sendiri sesungguhnya berada di list terakhir dibandingkan ketiga bintang film lainnya tersebut. Gosling dan Fassbender punya banyak film sukses di 2011 kemudian dimana mereka selalu menyajikan akting anggun di masing-masing film. Sedangkan DiCaprio punya nama besar yang membuatnya selalu menjadi kandidat berpengaruh nominasi Oscar. Sedangkan Shannon bukanlah nama besar. Peran utama pun jarang ia genggam. Tapi lewat sebuah drama-thriller garapan sutradara Jeff Nichols ini Shannon menandakan kualitasnya yang sama sekali tidak kalah dengan aktor-aktor tersebut.
Shannon disini menjadi Curtis, seorang laki-laki yang tinggal di sebuah kota kecil di Ohio bersama istrinya (Jessica Chastain) dan puterinya yang tuna rungu (Tova Stewart). Tingkah laris Curtis akhir-akhir ini menjadi gila sehabis dalam beberapa hari ia selalu mengalami mimpi buruk. Dia selalu bermimpi akan tiba sebuah angin kencang yang akan membahayakan orangorang di sekitarnya. Dirundung ketakutan mimpi itu akan menjadi nyata, Curtis kesudahannya menciptakan sebuah daerah pertolongan angin kencang di halaman belakang rumahnya. Hal yang menciptakan Curtis dianggap gila tetapi ia tidak peduli alasannya yaitu yang ia inginkan hanyalah keselamatan anak dan istrinya. Tapi Curtis sendiri tidak menyangkal bahwa ia tidak yakin akan kebenaran mimpinya dikarenakan sang ibu juga addalah pengidap paranoid schizofrenia. Makara apakah semua mimpi dan pemandangan gila ibarat burung-burung yang terbang dengan gugusan tidak biasa yang ia lihat memang konkret ataukah hanya khayalan dan halusinasi Curtis belaka?
Apakah Curtis memang orang yang mendapat "penglihatan" ihwal datangnya bencana? Ataukah ia memang hanyalah menderita paranoid schizofrenia ibarat ibunya? Pertanyaan itulah yang terus bergulir sampai kesudahannya di final kita gres mendapat jawabannya. Begitu juga dengan aneka macam sekuen-sekuen mimpi yang berulang kali dialami oleh Curtis. Semakin sering mimpi itu terjadi bukan semakin membosankan film ini tapi semakin buramlah perbedaan yang sanggup kita rasakan mengenai mana yang mimpi dan mana yang kenyataan. Begitu rapihnya sutradara Jeff Nichols merangkum film ini menciptakan misteri tersebut tetap tersimpan rapih sampai tanggapan diberikan di ending. Berjalan dua jam, paruh awal sampai pertengahan film ini memiliki tempo yang lambat namun sangat menarik dengan menampilkan kegundahan dan ketakutan yang dialami oleh Curtis. Lalu dikala film memasuki paruh final kira-kira 30 menit terakhir, temponya makin cepat, menegangkan dan makin luar biasalah Take Shelter dikala kita diberikan sebuah ending yang walaupun mungkin sudah agak tertebak tapi tetap memperlihatkan kesan yang mendalam.
Hal lain yang begitu menyenangkan dalam menonton film ini yaitu bagaimana korelasi antara Curtis dengan keluarganya dipaparkan. Curtis memang terkesan paranoid dan berlebihan, tapi itu semua dilatar belakangi oleh kepedulian dan rasa sayangnya kepada anak dan istrinya. Sedangkan sang istri bukanlah sosok perempuan yang terlalu mengedepankan egonya. Perselisihan yang terkadang terjadi yaitu sebuah hal alamiah dalam kondisi tak menentu yang dialami Curtis. Diluar itu, Samantha selalu mendukung dan mengasihi suaminya bahkan dalam kondisi paling sulit sekalipun. Ada sebuah adegan luar biasa disaat makan malam. Curtis yang mulai kehilangan kontrol emosinya mengamuk, membanting meja, memaki orang-orang. Apa yang dilakukan Samantha melihat suaminya bertingkah begitu? Sebuah kejutan yang tidak saya sangka yang menandakan rasa sayang seorang istri yang begitu besar pada sang suami. Pada adegan itu jugalah performa Michael Shannon memuncak sehabis sepanjang film sudah begitu luar biasa menjadi laki-laki dibawah teror rasa takut. Jessica Chastain sendiri anggun disini. Sedikit mengingatkan pada kiprahnya di The Tree of Life saya rasa. Perpaduan kisah yang menarik, tempo yang selalu terjaga, dan performa jago para pemainnya menciptakan Take Shelter menjadi sebuah film yang nyaris sempurna.
RATING:
Ini Lho Take Shelter (2011)
4/
5
Oleh
news flash