Sunday, January 6, 2019

Ini Lho Un Chien Andalou (1929)

Seorang laki-laki paruh baya (Luis Bunuel) tengah mengasah pisau sambil menatap bulan purnama dan awan-awan di sekitarnya. Tiba-tiba adegan berganti dengan memperlihatkan close-up wajah perempuan muda (Simone Mareuil) yang matanya ditahan oleh sang laki-laki paruh baya. Lalu bersamaan dengan purnama yang disayat oleh awan, mata perempuan gampang itu pun disayat oleh pisau sang pria. Begitulah Un Chien Andalou atau yang punya arti An Andalusian Dog ini dibuka. Berawal dari perbincangan Luis Bunuel dan Salvador Dali perihal mimpi mereka, terciptalah film sureal ini. Bunuel yaitu sutradara yang punya obsesi dengan mimpi serta metode Freudian menyerupai asosiasi bebas dan psikoanalisis. Suatu malam ia bermimpi perihal bulan yang dipotong oleh awan, menyerupai mata yang tersayat pisau. Sedangkan Dali sang pelukis sureal bermimpi perihal tangan seseorang yang dikerubuti semut. Berbasis dua mimpi tersebut, Bunuel dan Dali menulis naskah bersama untuk film pendek yang disutradarai Bunuel ini.

Sebuah karya surealis memperlihatkan citra sebuah insiden atau huruf dengan simbolisasi dan metafora yang tidak jarang hiperbolis. Akan memusingkan bagi penonton, tapi juga menantang bahkan "nagih" bagi mereka yang gemar memutar otak mencari interpretasi. Tapi untuk film ini, pertanyaan sebenarnya bukanlah "apa interpretasi ceritanya?" melainkan "apakah interpretasi tersebut ada disana?" Un Chien Andalou tersusun oleh narasi yang tidak saling berafiliasi Setelah pembuka di atas, kita akan melihat seorang laki-laki muda (Pierre Batcheff) bersepeda dengan dandanan suster, perempuan androginus (Fano Messan) yang terobsesi dengan belahan tangan, adegan tangan sang laki-laki muda yang mengeluarkan semut, serta adegan lain yang terkesan dreamy sekaligus disturbing. Bunuel dan Dali menulis naskah dengan perjanjian bahwa "tidak ada satupun inspirasi atau gambar yang dapat dijelaskan secara rasional". Bunuel juga menambahkan "tidak ada satupun hal dalam film ini yang merupakan simbolisasi".
Apakah sebuah film harus punya makna? Apakah surealisme harus menyimbolkan sesuatu? Dengan dua pernyataan Bunuel di atas, dapat disimpulkan film ini dibentuk tanpa bermaksud menuturkan apapun. Bagi saya film dapat merupakan bentuk opini pembuatnya terhadap suatu kejadian, tapi juga dapat sebagai cerminan positif dari sebuah insiden tanpa dikurangi atau ditambahi. Film ini termasuk yang kedua. Bunuel dan Dali hanya ingin memvisualisasikan mimpi masing-masing dalam film ini dengan beberapa adegan pemanis sebagai benang merah. Adegan pemanis itu tidak bermaksud untuk membuat narasi yang koheren, tapi lebih kepada rasa dan suasana. Secara narasi tidak ada kaitan satu dengan yang lain. Tapi secara suasana dan kesan mimpi yang coba dibangun lewat momen demi momen tak beraturan, semuanya selaras. 
Tapi kalau mencoba berinterpretasi, saya merasa Un Chien Andalou berkisah perihal obsesi, perihal hasrat yang ditekan, perihal seksualitas yang twisted. Adegan laki-laki muda menyeret piano yang berisikan jenazah keledai, kerikil bertuliskan 10 perintah Tuhan dan dua orang Pendeta sambil mendekat kearah si perempuan muda bagai memperlihatkan hasrat seksual sang laki-laki yang tertekan oleh norma dan agama. Sang laki-laki juga diperlihatkan menikmati melihat perempuan androginus tertabrak mobil, bahkan sehabis itu ia ingin berafiliasi seks dengan si perempuan muda (simbolisasi twisted sexuality). Bunuel sendiri menyatakan bahwa kalau ada interpretasi yang mungkin tepat, itu berbasis dari psikoanalisis. Lewat psikoanalisis dalam buku The Interpretation of Dream, Sigmund Freud menyatakan bahwa mimpi merupakan hasrat terpendam, pelampiasan dari sesuatu yang ingin seseorang lakukan di kehidupan positif tapi tidak kesampaian. Tapi lagi-lagi tidaklah penting bagi saya apakah suatu film punya makna yang coba disampaikan. Karena salah satu fungsi film yaitu menuturkan suatu insiden apa adanya, menyerupai Bunuel dan Dali menuturkan mimpi mereka tanpa coba memperlihatkan interpretasi.

Tanpa harus memperlihatkan makna Un Chien Andalou tetaplah pencapian yang luar biasa dan menjadi pondasi bagi film indie sekaligus film sureal masa kini. Disaat pada masa itu para pembuat film cenderung ingin memuaskan penonton (lebih dari yang terjadi dikala ini), Bunuel justru sebaliknya ingin memperlihatkan rasa tidak nyaman bagi audience. Kesan itu berhasil tersaji dengan tepat disini. Kesan sureal tidak hanya terasa aneh, tapi juga digambarkan lewat cara se-disturbing mungkin. Visualisasi itu turut disempurnakan oleh scoring  Richard Wagner. Adegan laki-laki menarik piano yaitu teladan sempurna. Saat musik semakin meninggi, saya pun semakin merasa tidak nyaman, jantung semakin berdebar, ketegangan makin memuncak. Sebagai sebuah film bisu tanpa dialog, Un Chien Andalou adalah sajian sureal yang tidak nyaman tapi begitu mengesankan disaat bersamaan.

Artikel Terkait

Ini Lho Un Chien Andalou (1929)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email