Friday, January 11, 2019

Ini Lho Veronica Mars (2014)

Diputar selama tiga demam isu dari tahun 2004 hingga 2007, serial televisi Veronica Mars yang dibentuk oleh Rob Thomas mungkin bukan termasuk serial yang menerima rating tertinggi, namun serial tersebut mempunyai banyak barisan penggemar cult. Serial ini juga berhasil melambungkan nama Nasrani Bell hingga ibarat sekarang. Pasca serialnya, Rob Thomas bekerjsama sudah memulai perjuangan untuk menciptakan versi layar lebar dari Veronica Mars tapi selalu terbentur problem pendanaan. Sampai kesudahannya pada awal 2013, Rob Thomas dan Nasrani Bell berusaha memanfaatkan keberadaan cult following serial tersebut dengan mengadakan penggalangan dana melalui website kickstarter. Benar saja, sesudah satu bulan, kesudahannya proyek ini menerima lebih dari $5.7 juta dan kesudahannya memulai produksinya hingga dirilis awal tahun ini. Saya sendiri tidak pernah menonton serial televisi yang satu ini, bahkan gres mendengar judulnya menjelang film dirilis. Untuk dongeng dalam filmnya sendiri, naskah yang ditulis sendiri oleh Rob Thomas akan melanjutkan apa yang menjadi tamat dari demam isu ketiga serial tersebut, tepatnya sembilan tahun pasca ending tersebut sebagai bukti bahwa penyesuaian film ini masih setia pada kontinuitas serial televisinya. Tidak hanya itu, jajaran cast-nya pun turut kembali meramaikan film ini.

Berselang sembilan tahun sesudah tamat serial televisinya, kini Veronica Mars (Kristen Bell) telah pindah dari Neptune ke New York. Disana ia menjalin kekerabatan yang hening dan senang dengan Piz (Chris Lowell). Tidak hanya itu, Veronica kini berkesempatan untuk bekerja di sebuah firma aturan besar disana. Tapi ditengah semua hal baik itu Veronica menerima kabar mengejutkan perihal janjkematian sahabat masa sekolahnya, Carrie Bishop (Andrea Estella) yang kini dikenal sebagai seorang pop superstar dengan nama panggung Bonnie DeVille. Carrie ditemuka tewas di bathtub rumahnya, dan yang lebih mengejutkan bagi Veronica yakni sebab orang yang menjadi tersangka utama kasus pembunuhan tersebut yakni Logan (Jason Dohring), mantan kekasihnya sendiri semasa sekolah. Logan sendiri meminta pemberian Veronica untuk mencarikan pengacara yang menciptakan Veronica harus kembali lagi ke Neptune. Logan sendiri bersikeras bahwa ia bukanlah pembunuh Carrie yang pada dikala itu berstatus sebagai mantan pacarnya meski segala bukti mengarah padanya. Pihak kepolisian pun menemukan bahwa ada motif yang masuk nalar bagi Logan untuk membunuh Carrie. Pada kesudahannya Veronica yang telah meninggalkan kehidupan sebagai private investigator pun merasa terpanggil untuk memeriksa kasus ini.
Tantangan tersendiri bagi sebuah film yang diubahsuaikan dari serial televisi yakni bagaimana film ini bisa menyeimbangkan kepuasan para penggemarnya dan para penonton baru. Tentu saja hal ini tidak mudah, sebab penonton awam dihentikan hingga tersesat dan harus bisa mengenali huruf yang ada dalam film ini, sebuah hal yang tidak dibangun dengan cepat dalam sebuah serial televisi. Tapi tentu saja para die-hard fans tidak akan mau berlama-lama melihat pengenalan huruf yang mereka sudah usang kenal dan begitu erat dengan mereka. Untungnya Rob Thomas cukup baik dalam hal ini. Pada opening-nya ia menawarkan sebuah montage tentang beberapa hal kunci yang terjadi sebelum serial televisinya usai sekaligus bertahap memperkenalkan ibarat apa sosok Veronica Mars disitu. Hal itu cukup berhasil sebab pada kesudahannya saya pun sama sekali tidak buta perihal apa yang terjadi, siapa itu Veronica, dan siapa-siapa saja mereka yang ada di sekitarnya. Seiring berjalannya film saya bisa mencicipi bahwa Rob Thomas memang menciptakan film ini sebagai surat cinta kepada para penggemar berat serialnya sambil berusaha untuk menciptakan penonton awam tidak tersesat di dalamnya. Apabila saya yakni penggemar serialnya, saya niscaya begitu besar hati bahkan mungkin terharu melihat pertemuan kembali para karakternya termasuk pada dikala momen reuni tengah berlangsung. 
Bagi para fans, film ini akan terasa sebagai sebuah nostalgia dengan momen reuni sebagai klimaksnya. Tapi jujur saja bagi penonton awam ibarat saya momen reuni atau pertemuan kembali Veronica dengan teman-temannya terasa biasa saja tanpa ada yang spesial. Tapi toh ibarat yang saya bilang tadi bahwa Rob Thomas tidak serta merta melupakan para "pemula" ibarat saya sebab ia sudah menyiapkan hidangan misteri dengan sesekali balutan komedi sebagai daya tarik bagi para penonton baru. Misteri yang disajikan memang terasa simpel, tidak berbelit-belit, tidak rumit, dan tidak terlalu banyak mempunyai lapisan di dalamnya. Tapi meskipun sederhana, Thomas bisa merangkainya dengan cukup menarik. Saya tidak pernah mencicipi misterinya sebagai sesuatu yang cerdas, begitu pula tensi filmnya yang tidak pernah benar-benar menegangkan. Klimaksnya sendiri terasa biasa saja kalau tidak mau dibilang anti-klimaks. Tapi toh lagi-lagi saya masih bisa terhibur dengan cara bertutur Rob Thomas disini. Saya dibentuk betah melihat bagaimana Veronica mengumpulkan keping demi keping petunjuk untuk memecahkan kasus pembunuhan tersebut sambil sesekali berusaha menghadapi konflik masa lalunya. Selipan komedinya pun cukup efektif meski lagi-lagi beberapa tukar barang dialognya kurang bisa dimengerti penonton awam ibarat saya.

Lalu kalau bicara perihal sosok Veronica Mars sendiri, karakternya memang cukup menarik. Nasrani Bell terang sudah sangat lancar memerankan huruf yang pernah ia mainkan selama tiga tahun ini. Dia sangat baik dalam menghidupkan sosok Veronica yang penuh dengan antusiasme dan rasa ingin tau tinggi. Tapi yang paling menarik dari Veronica yakni kata-kata sindiran yang sering keluar dari mulutnya. Dengan itu saya bisa gampang untuk memahai bahwa beliau memang yakni sosok perempuan tangguh yang tidak takut terhadap hal apapun. Disini kita juga diajak untuk melihat bagaimana dilema yang dialami Veronica disaat ia harus menentukan antara mengejar kemapanan atau mencari kepuasannya sebagai "adrenaline junkie". Biasanya saya sangat menyukai eksplorasi hal tersebut dan akan menaruh simpati besar pada huruf yang menentukan meninggalkan kemapanan, tapi kasusnya sedikit berbeda disini khususnya kalau berkaitan dengan kekerabatan Veronica dan Logan. Disaat Veronica-Piz menggambarkan sebuah kekerabatan yang hening dan senang yang mana itu kurang "menantang" bagi Veronica, maka kekerabatan Veronica-Logan yang penuh tantangan justru menarik bagi dirinya. Pada kesudahannya konklusi yang diberikan mungkin memuaskan bagi para fans, tapi bagi saya yang tidak terikat dengan kekerabatan Veronica-Logan, semuanya terasa nonsense. Pada kesudahannya sekuat apapun perjuangan Rob Thomas, Veronica Mars tetap saja terasa sebagai sebuah surat cinta pada para penggemar yang lebih mementingkan mereka daripada penonton awam. Saya tidak tersesat, tapi tidak berhasil dipuaskan. Tapi toh, keseluruhan filmnya masih cukup menghibur.

Artikel Terkait

Ini Lho Veronica Mars (2014)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email