Sebuah kisah fiksi yang asalnya yaitu dari sebuah kisah aktual yang diberi twist selalu menarik untuk diikuti. Jelas menarik mengikuti bagaimana sebuah tragedi aktual atau sebuah sejarah yang aktual kemudian diubahsuaikan menjadi sebuah kisah fiksi penuh dramatisasi yang menarik. Asalkan tidak terlalu dipaksakan untuk nyambung saya yakin kisah-kisah semacam itu akan selalu menarik dan punya banyak sekali macam kejutan menyenangkan. Dalam media film salah satu yang terbaru yaitu X-Men: First Class. Tidak semua momennya merupakan sebuah pelintiran kisah aktual memang, tapi film tersebut mengambil tragedi pada masa perang cuek untuk kemudian diubahsuaikan kedalam salah satu momen terpenting dan terkeren dari reboot pasukan mutant tersebut. Dalam dunia novel, pelintiran atau yang dikenal sebagai mashup ini nampaknya lebih sering muncul dan sudah sangat populer, apalagi sehabis kesuksesan Pride and Prejudice and Zombies yang ditulis oleh Jean Austen dan Seth Grahame-Smith. Pasca kesuksesan novel nyeleneh tersebut, Seth Grahame-Smith kembali menulis sebuah mashup yang kali ini mengambil dari kisah hidup Abraham Lincoln yang dibentuk menjadi seorang pemburu vampir.
Tidak butuh waktu usang bagi novel ini untuk diubahsuaikan menjadi film alasannya di bulan yang sama dengan perilisan novelnya, Tim Burton dan Timur Bekmambetov mengumumkan telah menerima hak untuk mengadaptasi novel tersebut menjadi film. Abraham Lincoln: Vampire Hunter mengambil kisah sedari Abe (sapaan Abraham Lincoln) masih kecil dan mendapati sang ibu dibunuh oleh Jack Barts (Marton Csokas). Upayanya balas dendam gagal alasannya ternyata Jack yaitu vampir dan justru Abe yang terancam dibunuh sebelum kesudahannya diselamatkan oleh Henry (Dominic Cooper). Henry kemudian menawari Abe untuk menjadi seorang pemburu vampir. Diselimuti dendam atas janjkematian ibunya, Abe mendapatkan anjuran itu dan mulai berlatih sebagai pemburu vampir. Bertahun-tahun kemudian Abe (Benjamin Walker) telah menjadi pemburu vampir yang handal dan telah membunuh cukup banyak vampir yang ketika itu di Amerika dipimpin oleh Adam (Rufus Sewell). Perjalanan Abe sebagai pemburu vampir diselingi sebagai penjaga toko terus berlanjut hingga ia bertemu dengan Mary Todd (Mary Elizabeth Winstead) yang menjadi pujaan hatinya dan menciptakan Abe harus menentukan antara Mary atau kehidupannya sebagai seorang vampire hunter.
Sebelum menonton film ini saya sempat membaca review negatif yang menyampaikan bahwa dalam penyajiannya, Timur Bekmambetov terlalu berfokus pada adegan agresi dan mengabaikan ceritanya dimana beliau melewati beberapa poin penting yang ada dalam novelnya dan seringkali melompat terlalu jauh dalam timeline ceritanya. Saya sendiri sudah mengantisipasi hal tersebut, toh ini yaitu sebuah film animo panas yang tentunya lebih menitikberatkan pada hiburan. Tapi alangkah terkejutnya saya ketika mendapati bahwa lompatan yang dilakukan terhadap kisahnya amat sangat jauh dan berkesan tidak rapih sekaligus terburu-buru. Beberapa kali film ini begitu saja melompat dari sebuah tragedi ke tragedi lainnya. Makara kalau ada sebuah adegan A tiba-tiba saja ceritanya eksklusif melompat ke bab F tanpa ada gejala akan menuju kesana dan itu dilakukan secara tiba-tiba. Hal ini akan menciptakan penonton seringkali bertanya "kok tiba-tiba jadi gini?" Saya disini tidak mempermasalahkan apabila kisahnya melompat untuk memadatkan pada dasarnya dan mengejar momen aksi, tapi yang saya kritisi yaitu bagaimana lompatan plot-nya yang terlalu jauh dan amat sangat tidak rapih.
Sangat disayangkan versi filmnya ini mengambil pendekatan yang murni berfokus pada aksinya alasannya dari beberapa orang yang sudah membaca novelnya, saya mendengar bahwa versi novel dari Abaham Lincoln: Vampire Hunter lebih kearah satir yang benar-benar pas dalam memasukkan unsur fiktif kedalam tragedi aktual dalam kehidupan Abraham Lincoln. Dikatakan novelnya juga penuh dengan metafora dan sindiran-sindiran. Saya sendiri gres mendengar banyak sekali klarifikasi tersebut sehabis selesai menonton filmnya dan merasa nyaris tidak ada bagian-bagian cerdas semacam itu dalam penyesuaian filmnya. Ironis memang alasannya yang menulis naskah dari film ini yaitu sang penulis novelnya. Nampaknya Seth Grahame-Smith hanya dipesan utnu kmembuat naskah yang lebih condong kearah aksinya dan beliau sendiri tidak tahu bagaimana menciptakan naskah film agresi yang tidak kehilangan bobot ceritanya, dan nampaknya ia tidak tahu juga bahwa sebuah naskah juga masih harus diinterpretasikan oleh sutradara, dan parahnya lagi Timur sebagai sutradara nampaknya terlalu malas untuk mendalami kisahnya dan tetap teguh membawa film ini sebagai sebuah film agresi yang brainless.
Tapi kalau melihat adegan aksinya harus diakui film ini punya adegan agresi yang cukup keren dan stylish dengan balutan slow motion dan banyak cipratan darah meski tidak terlalu vulgar sebenarnya. Penanganan TImur Bekmambetov untuk porsi adegan aksinya memang cantik dan terlihat keren. Belum lagi Benjamin Walker yang terlihat pas memerankan Abraham Lincoln baik ketika muda maupun ketika sudah menjadi Presiden yang tua. Akting dramanya tidaklah buruk, tapi beliau paling cantik ketika sudah harus beraksi memainkan kapaknya. Jika Daniel Day-Lewis yaitu pilihan tepat bagi Lincoln versi Spielberg di final tahun ini, maka Benjamin Walker yaitu pilihan tepat untuk memerankan Lincoln versi Vampire Hunter dimana beliau terlihat begitu luwes dan keren ketika beraksi dengan kapaknya. Adegan agresi yang cukup keren dan Benjamin Walker yang cantik sebagai Abe Lincoln yaitu dua sisi positif film ini, tapi hal tersebut tidak cukup untuk menyelamatkan Abraham Lincoln: Vampire Hunter dari status sebagai salah satu film terburuk di 2012 dengan segala aspek lainnya yang jelek baik itu segi dongeng hingga dampak CGI-nya yang murahan tapi terlalu diumbar sehingga terlihat konyol menyerupai ketika adegan pertarungan diatas kuda. Yah, setidaknya sosok vampir di film ini tidaklah menyedihkan bahkan cukup menyeramkan.
RATING:
Ini Lho Abraham Lincoln: Vampire Hunter (2012)
4/
5
Oleh
news flash