Seolah ingin membayar "hutang" kepada para penggemarnya sehabis dua tahun (2009-2010) mangkir merilis film sebab sedang menyepi di gunung, pada tahun 2011 kemudian Kim Ki-duk pribadi merilis dua film sekaligus. Yang pertama yaitu dokumenter Arirang yang rilis pada Mei 2011 dan berhasil memenangkan Un Certain Regard pada Cannes Film Festival. Film keduanya menyusul empat bulan kemudian dengan judul Amen. Bisa dibilang Amen yaitu comeback sesungguhnya dari Kim Ki-duk mengingat Arirang yaitu sebuah dokumenter yang dibentuk Ki-duk dengan sangat sederhana di masa pengasingannya selama hampir tiga tahun tersebut. Saya sendiri berekspektasi cukup tinggi terhadap Amen. Melihat posternya satu kata yang terlintas di pikiran saya yaitu "Indah". Dari judulnya sendiri film ini terasa akan menjadi film yang penuh perenungan layaknya film-film Ki-duk sebelumnya. Dari judulnya sendiri saya berekspektasi film ini akan menjadi sebuah dongeng yang cukup dalam menyinggung tema religi, apalagi dari premis yang saya baca kisahnya yaitu ihwal seorang perempuan yang melaksanakan perjalanan misterius. Ah, apakah ini akan menjadi sebuah road movie ala Kim Ki-duk? Jika road movie biasa saja sudah sering memperlihatkan aneka macam perenungan ihwal hidup, bagaimana kalau road movie itu garapan Kim Ki-duk?
Dalam Amen kita akan diajak mengikuti perjalanan seorang gadis Korea tanpa nama (Kim Ye-na). Gadis tersebut melaksanakan sebuah perjalanan hingga ke aneka macam kota di Eropa mulai dari Paris hingga Venice untuk mencari seorang laki-laki berjulukan Lee Myong-soo. Tidak terlalu dijelaskan siapa Lee Myong-soo dan apa hubungannya dengan gadis tersebut. Saya sendiri tidak terlalu yakin namanya Lee Myong-soo mengingat nama tersebut hanya muncul beberapa kali ketika gadis tersebut berteriak memanggil nama itu. Entah apa pula tujuan gadis itu mencari Lee Myong-soo sebab hal-hal tersebut tidak pernah dijelaskan secara gamblang dalam film ini. Ditengah pencariannya, gadis tersebut diperkosa oleh laki-laki misterius yang menggunakan topeng/masker (Kim Ki-duk). Peristiwa itu terjadi ketika sang gadis sedang tidur dalam kereta. Tidak hanya diperkosa, laki-laki itu juga ikut mengambil barang milik gadis itu. Meski begitu perjalanan terus berlanjut dan sosok laki-laki misterius itu makin sering muncul.
Satu hal yang saya tangkap dari film ini yaitu kecintaan Kim Ki-duk yang begitu besar terhadap proses pembuatan film dan perasaan berhutang dua tahun mangkir merilis film kepada penggemar karya-karyanya. Begitu cinta dan inginnya Ki-duk membuat film sampai-sampai beliau rela melaksanakan semua pekerjaan yang diharapkan dalam proses pembuatan film supaya secepatnya bisa melaksanakan comeback. Tidak hanya menjadi sutradara dan penulis naskah ibarat yang selama ini selalu ia lakukan, Kim Ki-duk juga menjadi produser, sinematografer, editor sekaligus pemain dalam film ini. Bahkan sangat terasa bahwa proses syuting film ini hanya melibatkan dua orang yaitu Kim Ki-duk dan Kim Ye-na. Tidak ada kru satupun dan semuanya dipegang oleh Kim Ki-duk. Hal itu sangat terasa dengan melihat kualitas gambar dan kamera yang dipakai, kemudian tata artistiknya juga tidak seindah film-film Ki-duk biasanya, dan yang paling terasa yaitu editingnya yang sungguh terasa agresif dan amatiran. Melihat Amen tidak akan jauh beda dibandingkan dengan apa yang saya lihat di Arirang, bedanya film ini punya lokasi yang jauh lebih banyak.
Hal ini sangat disayangkan sebab keindahan yang sudah saya bayangkan sebelum menonton film ini benar-benar tidak terasa. Begitu banyak adegan yang berpotensi menjadi begitu indah kalau ditangani dengan lebih baik dan dengan kru yang lebih matang, namun segala kesederhanaan yang ada membuat keindahan itu benar-benar terbelenggu dan tidak terasa. Tata bunyi yang biasanya tidak terlalu saya gubris juga terasa mengganggu dalam film ini. Suara yang muncul benar-benar tidak rapih dan mengganggu. Pokoknya kalau ditilik dari segi artistik, film ini ibarat sebuah karya iseng-iseng dari anak SMA. Keindahan yang seolah membuat penontonnya menyatu dengan alam dan dunia dalam film yang selalu berhasil dibangun Kim Ki-duk tidak lagi terasa dalam Amen. Lokasinya yang bisa dibilang tidak terlalu abstrak untuk ukuran film Ki-duk (dunia modern ibarat Time) juga membuat feel khas film-filmnya tidak begitu kentara. Nampaknya Kim Ki-duk memang harus membuat total dunianya sendiri yang selalu abstrak tersebut dibandingkan harus memasukkan dongeng absurd-nya dalam dunia konkret ibarat Time dan Amen ini.
Tapi ibarat biasa membicarakan film Kim Ki-duk tidak akan pernah lepas dari kandungan dan makna dalam dongeng yang coba diangkat. Masalahnya dalam Amen saya tidak menemukan hal yang bisa membuat saya tertarik untuk bisa menggali lebih dalam ihwal maknanya. Minus sinematografi indah, simpel film ini hanya bisa mengandalkan kisahnya. Tapi apa yang ditawarkan kisahnya tidak lebih dari sekedar seorang gadis tanpa nama yang berkeliling Eropa sambil dibuntuti oleh stalker mengerikan. Perjalanannya tidak punya konflik yang sangat menarik selain konflik dengan sang gas-masked rapist. Nuansa religi memang cukup kental, bedanya kali ini yang kental yaitu unsur spiritual Eropa yang tentunya berkaitan dengan hal-hal berbau Kristiani, bukannya budaya Korea ibarat yang biasa diangkat Kim Ki-duk. Sebuah keputusan yang baik sebab ini menjadi sebuah variasi dari film-filmnya. Nuansa religi yang paling terasa yaitu adanya pemasukkan konsep "Maria dikandung tanpa dosa" yang merupakan sebuah kepercayaan Katolik. Lalu apa maksud dimasukkanya iman tersebut?
SPOILER ALERT Tentu saja hal ini berkaitan dengan kehamilan sang gadis, tapi permasalahannya pemaknaan dari iman tersebut setahu saya masih sering bercabang antara yang meyakini bahwa maksudnya yaitu "Maria mengandung Yesus" ataukah "Maria yang terbebas dari segala dosa insan sedari lahir"? Berhubung saya sendiri bukan penganut Kristen jadi saya kurang terlalu paham akan pemaknaan konsep tersebut, tapi yang terperinci saya tidak mencicipi pemaknaan ihwal hidup yang sangat mendalam dalam Amen ibarat yang selama ini membuat saya jatuh cinta pada karya-karya Kim Ki-duk. Kemudian sosok gas-masked rapist sendiri terasa sebagai sebuah perwujudan akan perasan takut yang dialami oleh sang gadis (interpretasi ini sudah dikonfirmasi oleh Kim Ki-duk sendiri). Setidaknya dari fakta tersebut saya bisa menyimpulkan alasan sang gadis mencari Lee Myong-soo. Makara ihwal apakah Amen sebenarnya? Pada dasarnya Amen bukanlah sebuah dongeng ihwal seseorang mencari seseorang, tapi seseorang mencari sesuatu yang bukan mungkin tidaklah berwujud kasat mata. Akting Kim Ye-na bagus, dan kemunculan Kim Ki-duk sebagai stalker selalu memperlihatkan kesan creepy tapi tetap tidak bisa membuat saya merubah anggapan bahwa Amen yaitu karya terburuk Kim Ki-duk yang sudah saya tonton sejauh ini.
Ini Lho Amen (2011)
4/
5
Oleh
news flash