Monday, January 14, 2019

Ini Lho Argo (2012)

Argo bisa saja menjadi puncak pencapaian seorang Ben Affleck tidak hanya sebagai sutradara namun juga bintang film dan lebih luasnya dalam karirnya di dunia perfilman. Pada risikonya memang pada pengumuman nominasi Oscar kemarin Ben Affleck (secara sangat mengejutkan) tidak menerima nominasi best director, namun secara total Argo berhasil mengumpulkan tujuh nominasi termasuk Best Picture dan Best Supporting Actor untuk Alan Arkin. Setelah dua film manis yang sayangnya tidak dilirik Oscar (Gone Baby Gone dan The Town), Affleck kembali dalam film ketiganya sebagai sutradara yang berbasis dari kisah faktual perihal penyanderaan oleh rakyat Iran terhadap 52 warga Amerika yang tengah berada di Teheran selama 444 hari. Kejadian itu terjadi sesudah kemarahan rakyat Iran khususnya para pejuang militan tersulut disaat Amerika bersedia menampung Mohammad Reza Pahlavi, raja Iran yang digulingkan sebab berkuasa secara semena-mena. Akhirnya pada 4 November 1979, para militan menyerbu kantor kedutaan Amerika di Teheran yang berujung pada penyanderaan para staff yang bekerja disana. Tapi tanpa mereka ketahui ada enam orang yang berhasil lolos dari penyergapan tersebut dan bersembunyi di kediaman duta besar Kanada. Dengan kondisi tersebut pihak Amerika berusaha mengeluarkan keenam orang itu secara belakang layar sebelum para militan mengetahui keberadaan mereka.

Tony Mendez (Ben Affleck) ialah seorang anggota CIA yang diminta menjadi konsultan kasus tersebut. Beberapa usulan misi rahasia diajukan, namun semuanya dianggap tidak memungkinkan. Sampai risikonya Mendez tiba mengajukan anjuran untuk misi pembebasan dengan modus membuat sebuah film palsu. Sempat diragukan, namun anjuran itu risikonya disetujui akhir tidak adanya pilihan lain yang lebih baik dalam waktu yang singkat tersebut. Mendez pun memulai misi tersebut dengan meminta santunan dari orang-orang dunia perfilman yang bisa dipercaya, mulai dari spesialis make-up John Chambers (John Goodman) yang berhasil meraih Oscar lewat Planet of the Apes dan seorang produser senior berjulukan Lester Siegel (Alan Arkin). Ketiganya pun mulai menjalankan proyek film palsu ini yang dihukum secara faktual mulai pencarian dana, pemilihan naskah sampai publikasi media. Setelah seleksi naskah, risikonya dipilih naskah sebuah film sci-fi dengan dongeng ibarat Star Wars dengan setting Timur Tengah berjudul Argo. Nantinya keenam orang tersebut akan disamarkan sebagai kru film mulai dari sutradara, penulis naskah sampai kameraman.

Argo memang diangkat dari sebuah insiden faktual yang mana kalau anda sudah mengetahui detail insiden tersebut makan anda sudah akan tahu bagaimana misi evakuasi ini berakhir. Namun Argo bukan sekedar bagaimana hasil final sebuah misi, namun perihal bagaimana proses perencanaan misi sampai disaat misi tersebut dijalankan. Yang menarik ialah konflik dijabarkan mulai dari konflik penyekapan, kemudian konflik yang terjadi disaat perencanaan misi yang mengalami begitu banyak kendala dan perdebatan, sampai risikonya ketika misi berjalan pun semuanya tidak mulus. Rangkaian adegan di bandara ialah sebuah titik puncak yang amat menegangkan, mengingatkan pada ketegangan pada adegan subway di film Bourne. Argo adalah bukti bahwa sebuah thriller penuh ketegangan tidak harus dibangun lewat adegan kejar-kejaran kendaraan beroda empat berkecepatan tinggi ataupun hujan peluru. Cukup dengan kehebatan Ben Affleck dalam merangkai adegan  demi adegan dengan tepat sampai meski gotong royong final filmnya sudah bisa ditebak tapi penonton tetap dibentuk betah menikmati ketegangan demi ketegangan yang dihadirkan.
Nuansa dalam Argo diluar dugaan tidaklah terlalu gelap. Beberapa selipan humor bisa memancing tawa. Mayoritas momen lucu tiba dari Lester Siegel yang diperankan oleh Alan Arkin dengan begitu baik. Bukan membuat abjad konyol, Siegel milik Arkin ialah tokoh yang bisa membuat suasana lucu dengan naik turunnya emosi ataupun baris obrolan yang mampu dihantarkan dengan baik. Adegan-adegan lain juga masih mampu menghadirkan senyuman termasuk adegan ketika Ben Affleck memperlihatkan gambar konsep filmnya kepada para tentara militan di bandara. Seolah para tentara itu sedang melihat suatu hal yang luar biasa, padahal hanya sebuah konsep grafis film yang sederhana. Apakah Argo adalah sebuah film yang berusaha memperlihatkan kehebatan dan kebaikan Amerika Serikat? Tentu saja ada kesan ibarat itu, tapi dalam film ini tidak ada perjuangan berlebihan untuk menempatkan Amerika sebagai pihak yang paling baik dan Iran sebagai musuh. Amerika digambarkan sebagai pihak yang berusaha menyelamatkan warga mereka dengan cara terbaik, hanya itu dan tidak terasa terlalu dilebihkan. Bahkan meski hanya sekilas tetap diperlihatkan bagaimana beberapa warga Amerika melaksanakan pemukulan terhadap warga Iran akhir konflik yang tengah terjadi. Memang film ini bersudut pandang Amerika dan mereka menjadi pihak protagonis, namun tidak ada dramatisasi nasionalisme yang berlebihan dalam Argo. 

Argo mungkin bukan sebuah film yang tepat dan masih cukup subjektif dalam memperlihatkan sudut pandangnya terhadap suatu insiden sejarah (kabarnya sutradara Iran juga sedang membuatkan film dengan dongeng yang sama hanya dari sudut pandang Iran). Namun sangat terlihat bahwa Ben Affleck dan timnya berusaha senetral mungkin dalam menyikapi kisah yang ada. Pada risikonya daripada sebuah propaganda, aku lebih memandang Argo sebagai sebuah thriller penuh ketegangan bernaskah cerdas sekaligus bisa dengan jeli menyelipkan beberapa humor segar sebagai penambah rasa. Sayang abjad Tony Mendez kurang digali lebih jauh kisahnya, tapi toh ini memang bukan film perihal dia, tapi perihal sebuah konflik dalam perencanaan dan pelaksanaan sebuah misi. Pada risikonya ketika misi berhasil aku turut dibentuk besar hati dan terharu.

Artikel Terkait

Ini Lho Argo (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email