Monday, January 14, 2019

Ini Lho Killing Them Softly (2012)

Setelah bekerja sama di The Assassination of Jesse James by the Coward Robert Ford, sutradara Andrew Dominik dan Brad Pitt kembali berduet dalam pembiasaan dari novel Cogans' Trade karangan George V. Higgins yang terbit tahun 1974. Perbedaan yang cukup fundamental antara novel dan filmnya tentu saja setting waktu, alasannya yaitu Killing Them Softly mengambil masa pada tahun 2008 dimana Amerika Serikat sedang mengalami krisis finansial. Masa itu juga bersamaan dengan masa kampanye yang melibatkan Barrack Obama dan John McCain. Film ini juga dibuka dengan sebuah adegan unik yang menampilkan cuilan adegan yang diselingi oleh pidato dari Obama sendiri. Kemudian kita akan melihat Frankie (Scoot McNairy) dan temannya yang seorang heroin addict berjulukan Russell (Ben Mendelsohn) dimana keduanya tengah bertemu untuk membicarakan sebuah pekerjaan yang ditawarkan oleh Johnny "Squirrel" Amato (Vincent Curatola). Pekerjaan tersebut tidak lain yaitu untuk merampok sebuah daerah bermain poker para cecunguk yang dimiliki Markie (Ray Liotta). Sebelumnya Markie pernah merampok daerah miliknya itu sendiri untuk mendapat uang berlebih. Harapannya yaitu kalau terjadi perampokan lagi maka Markie yang akan dicurigai.

Namun akan gampang untuk ditebak bahwa rencana itu tidak akan berjalan ibarat yang diharapkan. Akibat sebuah kecerobohan, kejahatan tersebut terungkap dan dikirimlah Jackie Cogan (Brad Pitt), seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Frankie, Russell dan Squirrel. Killing Them Softly seolah menjadi sebuah judul yang menggambarkan keseluruhan isi filmnya. Film ini memang berkisah perihal banyak sekali macam pembunuhan dan punya beberapa aksara pembunuh bayaran. Namun disisi lain, film ini tidak berjalan dengan cepat, melainkan punya alur yang mengalir perlahan. Layaknya pembunuhan, film ini bukanlah ibarat seorang pembunuh yang melaksanakan aksinya dengan brutal dan keras, namun lebih kearah pembunuh yang menghabisi korbannya dengan perlahan-lahan (walaupun memang pada kenyataannya aksara Jackie Cogan yaitu pembunuh yang punya modus operandi ibarat itu). Killing Them Softly lebih banyak mengisi kisahnya dengan obrolan panjang yang cukup rumit antara tokohnya. Terasa lambat dan cukup membosankan, namun lewat dialog-dialog itulah film ini coba memberikan segala pesannya.
Killing Them Softly terasa sebagai sebuah kritikan terhadap sebuah konsep mengenai persatuan bangsa yang akan berujung pada kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat-rakyatnya. Film ini terdengar berusaha mencibir mengenai orang-orang yang tidak akan mencicipi perubahan apapun walaupun dipimpin oleh sosok yang menjanjikan perubahan. Disini para pembunuh dan kriminal merasa bahwa yang penting yaitu mencari uang untuk mereka sendiri, persetan dengan konsep persatuan bangsa. Seperti yang disampaikan oleh Jackie Cogan bahwa pada kesudahannya di Amerika mereka bukanlah satu dan tetap hidup untuk diri masing-masing. Killing Them Softly yaitu sebuah film dengan plot kriminalitas yang dibalut dengan obrolan yang menyindir hal tersebut. Namun sayangnya kedua hal itu tidak menyatu. Plot perihal kriminalitasnya berjalan sendiri, begitu pula dengan rangkaian dialognya, tidak terasa adanya saling mendukung antara kedua aspek tersebut. Dengan alurnya yang berjalan lambat dan tidak menyajikan rasa yang gres mengenai kejahatan yang tidak berjalan lancar kemudian diutuslah pembunuh untuk "membersihkan" semua kekacauan, obrolan panjang yang ada juga makin menciptakan film ini terasa membosankan.

Bicara perihal para aktornya, Killing Them Softly tidaklah mengecewakan, namun saya juga tidak mencicipi adanya kualitas akting yang patut dipuja disini. Brad Pitt mungkin yaitu yang paling menonjol. Karismanya tidak perlu diragukan lagi. Sosok Jackie Cogan yang dingin, tidak peduli akan hal atau orang selain dirinya bisa dibawakan dengan begitu baik meski aksara ini tidak dieksplorasi lebih dalam latar belakangnya. Namun kemunculan Cogan di film ini selalu menciptakan saya terbangun dari rasa kantuk. Semua momen yang menampilkan Cogan menarik, baik itu adegan pembunuhan yang ia lakukan dengan brutal dan dirangkum dengan indah hingga momen ketika ia berdialog dimana meski ibarat yang sudah saya tuliskan bahwa dialognya kurang terhubung baik dengan ceritanya, namun pembawaan Brad Pitt dalam menghantarkan baris kata-katanya menciptakan obrolan dari Jackie Cogan tidak terasa kosong.

Killing Them Softly punya potensi menjadi sebuah crime movie yang brutal, stylish, cerdas dan menyimpan banyak kritikan didalamnya. Namun sayang film ini berakhir cukup membosankan akhir sanksi yang kurang maksimal dan terasa adanya kebingungan untuk mengemas film ini. Alur dan dialognya terasa berjalan sendiri-sendiri akhir penyatuan yang kurang baik antara kedua aspek tersebut ditambah alurnya yang lambat menjadi mengurangi daya tarik film ini. Belum lagi beberapa subplot ibarat sebuah kisah yang membawa pesan perihal bagaimana sesuatu/seseorang yang begitu superior tetap bisa terjatuh dan mengalami kehancuran ditampilkan dengan kurang maksimal dan lagi-lagi terasa kurang terjalin baik dengan plot utamanya menciptakan Killing Them Softly makin menjadi sebuah kekecewaan bagi saya.


Artikel Terkait

Ini Lho Killing Them Softly (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email