Monday, January 14, 2019

Ini Lho Sinister (2012)

Horror ala Hollywood sanggup menjadi sangat cerdas menyerupai The Cabin in the Woods atau sanggup juga menjadi menyeramkan menyerupai Insidious. Tapi disisi lain juga sanggup menjadi begitu jelek menyerupai Silent HouseAkhir-akhir ini memang rasanya sulit menemukan suguhan horror Hollywood yang berkualitas di tengah banjir remake dan sekuel yang menyerupai tiada akhir. Kemudian muncul Sinister yang disutradarai oleh Scott Derrickson (The Exorcism of Emily Rose, The Day the Earth Stood Still) yang menjual kata-kata From the Producer of Insidious and Paranormal Activity. Tentunya hal menyerupai itu terang merupakan taktik pemasaran yang jamak dipakai, namun saya sudah niscaya termakan melihat sebuah film horror yang digadang-gadang sebagai "Insidious-nya 2012". Apalagi Sinister sama sekali bukan remake, spin-off ataupun sekuel. Ceritanya memang memiliki banyak sekali elemen standar film horror, tapi pengembangan ceritanya original dan ditulis oleh Scott Derrickson dan C. Robert Cargill. Harapan saya tentunya Sinister sanggup memperlihatkan sensasi kengerian yang setidaknya menyamai apa yang sudah diberikan oleh Insidious. Harapan itu seolah menjadi kenyataan sesudah melihat adegan pembuka Sinister yang memperlihatkan empat orang tengah digantung di pohon. Totally Creepy!

Ellison Oswalt (Ethan Hawke) yakni seorang penulis novel kriminal non-fiksi yang tengah berusaha menulis buku gres yang akan mengembalikan popularitasnya. Untuk mencari ilham cerita, Ellison beserta istirnya, Tracy (Juliet Rylance) dan kedua anak mereka Ashley (Clare Foley) dan Trevor (Michael Hall D'Addario) pindah ke sebuah rumah yang baru. Tanpa diketahui oleh Tracy dan kedua anaknya, Ellison menentukan rumah tersebut bukan hanya sebab harganya yang murah tapi sebab dongeng yang ada di rumah tersebut. Beberapa bulan sebelumnya, terjadi kasus maut misterius yang menimpa satu keluarga penghuni rumah itu sebelumnya (empat orang yang digantung di awal film). Ellison mencoba menyelidik misteri tersebut sebagai materi novel terbaru yang tengah ia tulis. Ditengah penyelidikan, Ellison menemukan sebuah kotak yang berisi rekaman video dari kamera Super 8 yang berisi rangkaian pembunuhan yang terjadi pada suatu keluarga di kawasan dan waktu yang terpisah jauh. Semua menjadi bertambah mengerikan dikala kejadian-kejadian gila mulai menimpa Ellison dan keluarganya. Nyawa mereka sekarang mulai berada dalam bahaya.
Bicara soal cerita, apa yang disajikan di film ini terang tidak memperlihatkan hal yang baru. Kisah wacana satu keluarga yang tinggal di rumah angker kemudian kemudian mengalami kejadian-kejadian horror sudah menjadi salah satu formula bau dalam dunia film horror. Namun se-klise apapun dongeng sebuah film horror asalkan sanggup memperlihatkan kengerian bagi penontonnya maka film itu yakni film yang bagus. Sinister sendiri punya semua yang diharapkan oleh sebuah film horror untuk menjadi menyeramkan. Lokasi yang gelap? Ada. Penampakan diiringi imbas bunyi yang mengejutkan? Ada. Adegan disturbing? Ada. Desain hantu/monster yang menyeramkan? Ada (walaupun di Sinister hantunya menyerupai vokalis grup band black metal). Dibuka dengan creepy, Sinister memulai kisahnya dengan tidak terlalu cepat. Namun paruh pertama Sinister sangat menarik bagi saya dimana film ini dengan begitu baik menggabungkan unsur horror yang cukup menyeramkan dengan unsur misteri wacana penyelidikan kasus pembunuhan yang menarik untuk diikuti. Apa bahu-membahu korelasi banyak sekali kasus pembunuhan dalam video tersebut? Dimanakah gadis cilik yang dikabarkan menghilang itu? Lalu apa atau siapa bahu-membahu sosok mengerikan yang muncul di video tersebut? Hal-hal tersebut yakni beberapa misteri yang coba diungkap oleh Ellison.

Memasuki paruh kedua, tingkat keseraman mulai meningkat. Alur semakin cepat dan penampakan angker mulai lebih sering muncul. Jika paruh pertama lebih mengandalkan misteri untuk membangun tensi dengan balutan horror, maka paruh kedua ini lebih menekankan nuansa horror-nya sedangkan unsur misteri menjadi embel-embel yang sesekali muncul. Harus diakui hal ini efektif meningkatkan keseraman, namun disisi lain filmnya menjadi lebih kosong. Sinister di paruh kedua seolah hanya menjadi sebuah adonan adegan untuk memberi kawasan pada penampakan-penampakan dan teror yang menimpa Ellison dan keluarganya. Namun sekali lagi saya tidak problem akan kekosongan dongeng di sebuah film horror andaikan film itu sanggup menciptakan saya ketakutan, dan Sinister cukup berhasil melaksanakan itu. Dibandingkan Insidious, penampakan yang muncul di Sinister memang kalah angker dan kemunculannya jauh lebih predictable tapi untungnya masih sanggup dikemas dengan cukup menyeramkan. Saya menyukai kemunculan hantu belum dewasa yang secara bergantian keluar dengan slo-mo.

Satu lagi kelebihan Sinister terletak pada motivasi karakternya untuk tetap berada di rumah angker meski menerima banyak sekali teror. Seringkali film horror memiliki kebodohan dimana karakternya tetap ngotot berada di kawasan angker tanpa alasan terang meski sudah menerima banyak sekali teror. Disini Ellsion Oswalt punya alasan yang kuat. Dia yakni citra seseorang yang benar-benar sedang haus akan meraih kembali ketenaran dan keberhasilan yang 10 tahun kemudian sempat ia raih. Ditengah suasana gelap filmnya, Sinister juga masih sempat mengeksplorasi sisi gelap insan dalam sosok Ellison. Meski tidak terlalu mendalam tapi hal ini sudah cukup untuk memperlihatkan motif berpengaruh bagi tindakan karakternya. Meski begitu masih ada beberapa kebodohan yang cukup mengganggu di film ini, menyerupai mengapa kotak berisi video itu muncul lagi di rumah Ellison yang gres dan sempat-sempatnya menambahkan extended version dari video-nya. Apakah natu (baca: yang kuasa pagan) di film ini seniat itu hingga ingin memberi fakta lengkapnya pada Ellison? Tapi sekali lagi saya mendapatkan itu semua sebab Sinister masih tampil cukup menakutkan dan punya twist yang cukup cerdas. Sebuah film yang sanggup menyegarkan dunia perfilman horror milik Hollywood.


Artikel Terkait

Ini Lho Sinister (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email