Monday, January 14, 2019

Ini Lho Lincoln (2012)

Tahun 2012 nampaknya jadi tahun bagi para Presiden Amerika Serikat, dimana setidaknya ada total tiga film yang menimbulkan sosok orang nomor satu Amerika menjadi tokoh utamanya. Yang pertama ialah Abraham Lincoln: Vampire Hunter yang mengangkat kisah fiksi dari novel wacana Abe Lincoln yang menjadi pemburu vampir. Lalu ada sosok Franklin D. Roosevelt yang diperankan oleh Bill Murray dalam dramedi Hyde Park on Hudson. Tapi diantara film-film tersebut yang paling digarap dengan serius dan paling akurat dengan sejarah tentunya ialah Lincoln karya Steven Spielberg ini. Diangkat dari sebuah buku berjudul Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln karya sejarawan Doris Kearns Goodwin, film ini menceritakan empat bulan terakhir dari hidup Abraham Lincoln. Sosok Presiden ke-16 Amerika Serikat ini diperankan oleh Daniel Day-Lewis yang sebelum filmnya tayang sudah digadang-gadang meraih nominasi Best Actor Oscar bahkan dijagokan menang. Pesona akting Day-Lewis yang dalam 10 tahun hanya bermain di lima film termasuk Lincoln (mendapat tiga nominasi Oscar dan empat Golden Globe) memang luar biasa. Lincoln sendiri menerima 12 nominasi Oscar tahun ini termasuk Best Picture, terbanyak diantara film-film lainnya.

Pada Januari 1865 Abraham Lincoln resmi menjabat untuk kedua kalinya sebagai Presiden Amerika Serikat. Pada masa jabatan yang kedua ini Lincoln memiliki dua problema yang harus ia pecahkan. Yang pertama ialah perang sipil yang sudah berlangsung selama empat tahun, meski diprediksi perang tersebut akan berakhir dalam hitungan bulan namun sudah ratusan ribu nyawa melayang. Yang kedua ialah usahanya untuk meloloskan Amandemen 13 yang berisi pembatalan dan larangan terhadap perbudakan. Lincoln berusaha keras untuk mengesahkan amandemen tersebut sebelum perang berakhir. Namun hal itu tidak mudah, alasannya lawan politiknya dari partai demokrat yang sedang panas akhir kekalahan di pemilu tentunya tidak akan menyetujui begitu saja hukum tersebut. Untuk itulah Abe Lincoln mulai mengatur taktik untuk bisa mendapatkan bunyi dari beberapa anggota partai demokrat semoga bisa meloloskan amandemen tersebut. Tentu saja kisah wacana Abraham Lincoln yang mampu menunjukkan kemerdekaan bagi para budak sudah dikenal luas, tapi tidak semua orang tahu bagaimana jalan terjal yang harus ia lewati dan taktik macam apa yang ia lakukan.

Lincoln akan banyak memperkenalkan pada penontonnya sisi lain Abraham Lincoln yang belum banyak diketahui orang. Jika orang awam biasanya hanya mengenal Lincoln sebagai sosok pemimpin yang baik hati dan menjunjung kemerdekaan, maka disini sosoknya yang berakal dan andal taktik cukup disorot. Menyenangkan bagi saya yang sangat dangkal pengetahuan sejarahnya melihat Abraham Lincoln yang begitu berakal Seperti yang dikatakan Thaddeus Stevens (Tommy Lee Jones), ini ialah sebuah kisah wacana bagaimana orang-orang paling higienis di pemerintahan Amerika memainkan beberapa cara "kotor" untuk mencapai sebah tujuan mulia. Lincoln memang tidak membeli bunyi dengan menunjukkan uang pelicin bagi para anggota partai demokrat, tapi ia menjanjikan posisi dan pekerjaan bagi mereka yang mau menunjukkan bunyi untuk meloloskan peraturan tersebut. Lincoln begitu berakal disini dalam mengatur taktik semoga mereka mau berada di pihaknya. Beberapa cara persuasi dipakai dan terbukti efektif. Kehebatan Lincoln juga terlihat pada bagaimana ia bisa dengan begitu baik memanfaatkan sumber daya yang ia miliki.
Film ini berjalan dengan alur yang termasuk lambat. Awal film dimulai dengan banyak sekali obrolan panjang dan tempo penceritaan yang pelan. Saya sendiri sempat merasa bosan dan mengantuk di awal film. Durasinya yang mendekati dua setengah jam menciptakan Lincoln ialah sebuah tontonan yang tidak akan gampang diikuti semua orang. Film ini memang ber-setting di masa perang, tapi hampir tidak ada adegan peperangan yang terlihat. Hanya sekali adegan di pecahan pembuka. Sisanya lebih banyak menampilkan perjuangan Lincoln dan bawahannya dalam mengatur taktik dan melaksanakan persuasi terhadap anggota demokrat. Tensi yang lambat di awal menciptakan penonton mungkin akan kesulitan mengikuti kisahnya yang penuh obrolan panjang alasannya sudah merasa bosan di awal film. Saya sendiri sempat keteteran, sampai kesudahannya mulai terbiasa dengan ritme penceritaan yang ada. Namun adegan yang menampilkan perdebatan antara pro dan kontra amandemen 13 selalu seru dan menarik diikuti. Kemudian klimaksnya ialah disaat pemungutan bunyi yang begitu menegangkan dan berhasil diakhiri dengan mengharukan. Perasaan yang kurang lebih sama dengan yang saya rasakan ketika menonton titik puncak dan ending Argo.  
Sayangnya Lincoln terasa dipanjang-panjangkan di akhir. Saya tidak menjumpai alasan yang menciptakan momen terbunuhnya Abraham Lincoln perlu dimunculkan. Tanpa itupun film ini bisa diakhiri dengan cukup emosional dan semua penonton juga niscaya tahu bahwa Abe tewas ditembak ketika menonton teater. Disinlah kebiasaan Spielberg yang terlalu mendramatisir filmnya terasa lagi, padahal Lincoln sedari awal punya rasa yang cukup berbeda dibanding beberapa film Spielberg yang seringkali berlebihan dalam mendramatisir. Lincoln terasa membumi, sederhana tapi bisa dengan maksimal menunjukkan sosok Abraham Lincoln. Namun kesederhanaan dan minim dramatisasi itu juga menciptakan Lincoln terasa agak membosankan, apalagi ditambah durasinya yang panjang dan temponya yang lambat serta banyaknya dialog. Untuk urusan ending saya justru lebih suka bagaimana Abraham Lincoln: Vampire Hunter yang notabene ialah film buruk itu diakhiri. Lebih menunjukkan kesan tragis namun tidak secara gamblang dan tetap emosional. 

Bicara soal Lincoln tidak akan terlepas dari membicarakan penampilan hebat para pemainnya, dimana tiga pemainnya mendapatkan nominasi Oscar. Daniel Day-Lewis untuk Best Actor, Tommy Lee Jones di Best Supporting Actor serta Sally Field untuk kategori Best Supporting Actress. Day-Lewis secara tepat menghidupkan sosok Lincoln secara kasatmata dan berhasil menunjukkan Abraham Lincoln yang berwibawa, tenang, cerdas namun juga memiliki banyak hal yang menciptakan pikirannya kacau mulai dari perang, amandemen sampai kondisi keluarganya dimana sang putera sulung, Robert (Joseph Gordon-Levitt) sangat ingin terjun ke medan perang. Tentu Lincoln dan sang istri Mary (Salli Field) tidak semudah itu oke sesudah anak ketiga mereka William meninggal di usia 11 tahun alasannya sakit dan mereka tidak ingin kehilangan anak lagi. Sally Field juga hebat sebagai Mary Todd Lincoln yang menyimpan begitu banyak kekhawatiran. Jika Day-Lewis mencuri perhatian di momen penyusunan strategi, maka Tommy Lee-Jones menjadi scene stealer di perdebatan yang terjadi antara republik dan demokrat. Sebagai tokoh yang punya emosi yang cukup tinggi ia bermain begitu baik.

Lincoln secara keseluruhan ialah sebuah biopic yang memuaskan dan mampu menunjukkan edukasi bagi mereka yang masih kurang mengetahui secara mendalam sosok Abraham Lincoln. Segala aspek teknisnya anggun dan para aktornya berakting dengan maksimal khsususnya Day-Lewis yang kemungkinan besar akan meraih piala Best Actor untuk ketiga kalinya dan menjadikannya peraih kemenangan terbanyak sepanjang sejarah di kategori tersebut. Namun Lincoln bukanlah film yang gampang diikuti alasannya alurnya yang lambat dan durasinya yang panjang serta minimnya dramatisasi berlebihan ala Spielberg yang ironisnya juga menjadi salah satu kelebihan film ini. Nyaris diakhiri dengan menyentuh, sayangnya Spielberg menentukan untuk lebih memanjangkan ending-nya dan menciptakan film ini berakhir dengan ending yang biasa saja. Film anggun tapi bukan salah satu yang paling saya sukai, dan jujur jikalau dibandingkan dengan Argo saya masih lebih menentukan film Ben Affleck tersebut untuk meraih Oscar.


Artikel Terkait

Ini Lho Lincoln (2012)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email