Life is so complicated, isn't it? Bukankah kita memang sering merasa atau mempertanyakan kenapa hidup kita begitu rumit, begitu sulit dihadapi dan sangat tidak gampang dimengerti? Didasari aliran tersebut kadangkala seseorang merasa kalah dan alhasil mengalah menghadapi aneka macam konflik dalam hidupnya. Tapi apakah hidup memang serumit itu? Pertanyaan itulah yang dieksplorasi oleh Cedric Klapisch dalam Chinese Puzzle. Film ini sejatinya ialah sekuel dari L'Auberge Espanole dan Russian Dolls dimana ketiga film ini merupakan rangkaian trilogi yang disebut Spanish Apartment Trilogy. Saya sendiri tidak mengetahui bahwa film ini ialah rangkaian bersambung dari sebuah trilogi dan gres mengetahuinya sesudah selesai menonton. Dengan narasi yang saling bersambung antara ketiga film itu bukankah sulit untuk bisa mencerna Chinese Puzzle jika belum menonton kedua prekuelnya? Nyatanya tidak. Cedric Klapisch seolah menyadari bahwa akan ada penonton yang tidak tahu bahwa ini merupaan sekuel (tidak ada aksesori angka di belakang judul layaknya sekuel film Hollywood) hingga mengemasnya semoga tetap bisa berdiri sendiri.
Xavier (Romain Duris) ialah laki-laki berusia 40 tahun yang tengah menghadapi fase berat dalam hidupnya. Prosesnya menulis novel tengah terhambat dan terus diburu oleh sang editor, tapi permasalahan terbesar ialah dikala ia bercerai dengan Wendy (Kelly Reilly) yang telah ia nikahi selama 10 tahun dan dikaruniai dua orang anak. Setelah perceraian itu, Wendy yang ternyata jatuh cinta dengan seorang laki-laki Amerika memutuskan untuk membawa kedua anak mereka pindah ke New York. Xavier yang tidak ingin jauh dari anak-anaknya menyerupai yang pernah ia alami dengan sang ayah dikala kecil alhasil memutuskan untuk ikut pindah dari Paris ke New York. Disana ia sempat tinggal bersama dengan sahabatnya lesbiannya, Isabelle (Cecile de France) yang sekarang telah tinggal bersama kekasihnya, Ju (Sandrine Holt). Bahkan Xavier sempat membantu Isabelle mewujudkan mimpinya mempunyai anak dengan menyumbangkan spermanya. Di New York Xavier harus menghadapi aneka macam konflik, menyerupai gegar budaya, konflik dengan Wendy berkait dengan anak mereka, urusan dengan pihak imigrasi, hingga kembalinya sang mantan pacar, Martine (Audrey Tautou).
Sekilas film ini tidak terlihat layaknya sebuah sekuel. Memang ada beberapa hal yang tidak secara detail dijelaskan menyerupai masa kemudian Xavier dan Martine dan lain-lainnya, tapi bagi penonton "perdana" menyerupai saya, aneka macam pengenalan singkat yang dilakukan Cedric Klapisch sudah cukup untuk menciptakan saya memahami setiap karakter, konflik, latar belakang, dan korelasi masa kemudian antara mereka semua. Kesan tidak terlalu detailnya tidak hingga menciptakan saya terganggu, toh pada awalnya saya hanya berekspektasi mendapat sebuah film komedi romantis yang ringan. Tapi pada alhasil film ini menawarkan yang lebih dari itu. Kisah utamanya menyerupai yang sudah saya sebutkan ialah eksplorasi terhadap aliran "hidup itu rumit". Kita akan dengan gampang tahu bahwa Xavier menganggap hidup itu begitu rumit, tapi tujuan utama Chinese Puzzle adalah untuk memperlihatkan bahwa sesungguhnya hidup tidak serumit itu. Pada awalnya saya merasa film ini gagal mencapai tujuan itu, sebab justru aneka macam konfik yang hadir memang terasa begitu rumit dan akan menciptakan siapa saja yang mengalaminya tertekan. Tapi begitu film hendak berakhir saya sadar bahwa saya keliru.
Saya keliru sebab film ini bukan hendak memperlihatkan bahwa hidup sesungguhnya simpel. Hidup memang rumit, tapi dengan segala kerumitan tersebut jangan hingga contoh pikir seseorang menjadi juga rumit, ragu dalam mengambil keputusan, dan terlalu memikirkan semuanya. Esensinya adalah, jangan terlalu berlebihan memikirkan semuanya, just feel it. Seperti dikala Xavier kesulitan menemukan perempuan yang ia cintai dikala melihat dengan mata dan pikiran, tapi begitu membuka hatinya, percikan cinta yang selama ini selalu ia ungkit itu alhasil muncul. Karakter Xavier sendiri menghadirkan rasa simpati dengan aneka macam kesulitan yang harus ia hadapi. Tapi yang paling menarik ialah bagaimana Chinese Puzzle mampu menghadirkan aksara perempuan yang lovable. Setidaknya ada tiga aksara utama perempuan dalam film ini, dimana dua diantara sempat menjalin asmara dengan Xavier. Hal itu otomatis menciptakan screen time mereka terbagi-bagi. Lalu bagaimana caranya menciptakan seorang aksara dengan screen time tidak banyak menjadi begitu gampang disukai? Berikan tugas itu pada Audrey Tautou dan berikan ia aksara yang bagus dan lucu. Saya pun dibentuk jatuh cinta pada Martine yang penuh semangat dan lucu itu.
Karakter Martine memang termasuk yang paling banyak menyumbang momen komedi. Favorit saya tentu saja adegan dikala Xavier dan Martine menghadiri rapat dengan perusahaan dari Cina, dan Audrey Tautou bicara dengan bahasa Cina. Lihat ekspresinya, dengarkan pengucapan dialognya, perhatikan editingnya yang dengan cermat melompat dari ekspreis Martine-Xavier-Para karyawan, rasakan suasana yang dibangun, semuanya bersinkronisasi menjadi sebuah adegan yang begitu mengesankan, dan amat sangat lucu. Chemistry yang dibangun oleh Romain Duris dan Audrey Tautou pun begitu kuat. Wajar saja, sebab keduanya sudah memerankan dua aksara itu dalam dua film sebelumnya. Bahkan di tahun yang sama dengan film ini mereka juga menjadi pasangan dalam film super romantis milik Michael Gondry, Mood Indigo (review) . Chinese Puzzle dibuka dengan opening yang asik dibalut musik penuh semangat, sequence dengan editing menarik yang menciptakan atensi saya berhasil terambil. Hingga pada alhasil film ini ditutup dengan konklusi yang manis, menghadirkan balasan dari pertanyaan "apa yang menciptakan hidup ini indah?" Jawabannya ialah segala kelokan, konflik dan ketidak lancaran yang kita alami hingga suatu hari nanti dikala semua itu telah usai kita akan diam, merenung, kemudian tersenyum sambil bergumam dalam hati "What a life..."
Ini Lho Chinese Puzzle (2013)
4/
5
Oleh
news flash