Nama Stanley Kubrick terang identik dengan kejeniusan. Lihat saja jajaran filmnya yang tidak hanya sering diakui sebagai film-film terbaik sepanjang masa tapi juga memiliki genre yang berbeda-beda. Lihat saja, Kubrick pernah membuat Killer's Kiss yang merupakan film noir diawal karirnya. Kemudian pernah juga ia membuat film epic Spartacus hingga film perang macam Full Metal Jacket. Genre komedi tidak dilewatkan pula oleh Kubrick ketika ia membuat komedi satir Dr. Strangelove. Kubrick juga pernah membuat film horror pembiasaan novel Stephen King, yaitu The Shinning, membuat film period drama di Barry Lyndon, hingga sebuah masterpiece film science-fiction yang ia hadirkan lewat 2001: A Space Odyssey. Bisa dibilang Kubrick yakni sutradara yang punya bakat lengkap dan bisa membuat film elok apapun genre-nya. Namun kontroversi juga tidak jarang meliputi film-film buatan Kubrick termasuk dalam A Clockwork Orange yang merupakan pembiasaan novel berjudul sama karangan Anthony Burgess. Kontroversi tiba akhir konten dalam film ini yang banyak mengandung kekerasan dan adegan seksual yang kental.
Alex (Malcolm McDowell) yakni seorang antisosial yang merupakan pimpinan dari sebuah geng beranggotakan empat orang termasuk dirinya yang sering melaksanakan aneka macam tindakan kejahatan. Kejahatan yang mereka lakukan biasanya berbau kekerasan hingga seksual mulai dari berkelahi dengan geng penjahat lain, memukuli gelandangan, hingga masuk kerumah orang kemudian melaksanakan pengrusakan, pencurian hingga pemerkosaan. Sampai suatu hari Alex tertangkap ketika melaksanakan aksinya yang membuat nyawa seseorang melayang dan harus menjalani eksekusi 14 tahun penjara. Disana Alex mulai merubah kepribadiannya dan kesannya ia menjadi volunteer dalam sebuah eksperimen yang dilakukan pemerintah. Eksperimen tersebut dinamakan teknik ludovico yang bertujuan untuk membuat seseorang tidak lagi berhasrat melaksanakan tindakan-tindakan kejahatan. Namun ternyata pengobatan tersebut jauh lebih mengerikan dari yang Alex kira.
A Clockwork Orange terang bukan sebuah film yang gampang dan menyenangkan untuk disaksikan. Dari awal saja kita sudah disuguhi pemandangan absurd dan eksentrik dari sebuah pub yang menjual "susu plus" dan dari sudah terlihat film ini akan punya konten seksual yang tingi. Kemudian akan ada beberapa adegan dengan kekerasan yang disajikan dnegan absurd hingga adegan pelecehan seksual yang tidak kalah gila. Bahkan disaat Alex sudah bukan lagi seorang penjahat sociopath kita tetap akan mendapatkan beberapa adegan disturbing ibarat ketika Alex menjalani pengobatan yang akan menampilkan sebuah adegan yang cukup ikonik disaat mata Alex dipaksa untuk tetap terus terbuka. Selain adegan penuh kekerasan dan seksual, nuansa disutrbing tercipta juga akhir rasa muak yang kita rasakan atas kebobrokan yang terjadi di sekitar Alex baik itu yang ia lakukan hingga yang menimpa dirinya. Semuanya terasa memuakkan dan merupakan sebuah kritikan yang mengena, sebuah sindiran tajam yang begitu berani divisualisasikan oleh Kubrick dalam film ini. Tapi saya tidak bisa menyangkal bahwa segala rasa muak akhir kebobrokan dalam film ini terasa berimbang dengan rasa puas melihat bagaimana Kubrick mengemas semua itu. Tentu akan banyak sekali adegan memorable disini dimana favorit saya yakni ketika Malcolm McDowell berimprovisasi dengan menyanyikan Singin' in the Rain ketika adegan pelecehan seksual diawal film. Ya, sejak itu lagu Singin' in the Rain tidak lagi terdengar dan terasa sama bagi saya.
Film ini juga terasa begitu lengkap dalam menyajikan kritikannya. Berbagai aspek mulai dari moral, sosial hingga psikologi tidak luput disinggung disini. Sosok Alex yakni seorang Sociopath atau penderita ASPD (Anti Social Personality Disorder) dimana ia yakni seseorang yang tidak ragu melaksanakan aneka macam tindakan melawan norma dan hukum, tidak segan melaksanakan penipuan dan pencurian, tidak mempedulikan keselamatan orang lain, dan bahagia melaksanakan hal-hal yang berbau kekerasan (agresif). Pemilihan soso Alex sebagai penderita ASPD yakni pilihan sempurna untuk membuat abjad yang terlihat begitu kejam dan adikara dalam melaksanakan segala tindak kejahatannya. Hal tersebut membuat Alex diawal film terlihat sebagai sosok yang totally evil, murni jahat. Hal itu sangat besar lengan berkuasa dengan apa yang akan disinggung oleh film ini pada fase berikutnya. Berkaitan dengan morality, sosok Alex yang begitu kejam kesannya mendapatkan eksekusi dan kesannya mendapatkan "pengobatan" yang membuatnya sembuh dari segala kejahatan. Masalahnya adalah, sehabis menjalani eksekusi tersebut Alex masih harus mendapatkan punishment dari lingkungan dan balas dendam dari aneka macam orang yang dulu pernah ia sakiti. Pertanyaannya bukankah Alex sudah mendapatkan hukumannya? Bukankah dosanya sudah ia tebus? Bukankah ia sudah bertransformasi dari pelau menjadi korban? Ataukan semuanya tidak bisa diampuni sebab kekejaman yang pernah ia lakukan atas dasar kesenangan? Disinilah kita akan disuguhi ambiguitas moral wacana penebusan atas kesalahan masa lalu. Jikalau balas dendam itu perlu kemudian untuk apa aturan diciptakan untuk mengadili para penjahat?
A Clockwork Orange juga dengan begitu baik memasukkan satir sosial wacana individu yang hidup dalam kontrol pihak lain. Hal itu tergambar dari sosok Alex sehabis mendapatkan treatment sehingga membuatnya tidak lagi suka melaksanakan hal buruk. Tapi Alex tidak diberi pilihan untuk memilih jalan hidupnya, ia dipaksa biar tidak lagi melaksanakan kejahatan. Bukan atas kesadaran sendiri tapi atas dasar paksaan dari pihak lain. Mungkin dari situlah asal muasal judul A Clockwork Orange dimana Alex yang dari luar terlihat alamiah, ibarat insan pada umumnya tapi didalam ia bersama-sama yakni sebuah mesin yang bergerak dibawah kontrol dan diatur oleh pihak lain. Dari situ juga tergambarkan wacana perjuangan membuat hal yang baik tapi tidak dengan cara yang baik. Mungkin bisa disamakan dengan perbuatan Robin Hood yang mencuri untuk menolong orang. Disini tindakan pengobatan pada Alex mungkin punya tujuan yang baik tapi tidak dilakukan dengan cara yang baik dan memanusiakan manusia. Pengobatan yang diberikan terhadap Alex juga sangat bersahabat hubungannya dengan aspek psikologi. Alex diberikan stimulus yang akan membuatnya mencar ilmu terhadap suatu kondisi. Alex mencar ilmu bahwa setiap hal berbau kekerasan akan membuatnya mual dan sakit yang membuatnya merasa itu yakni hal buruk, sama ibarat Classical Conditioning milik Pavlov.
Jikalau ada yang kurang dari film ini maka itu yakni ketika transformasi Alex sehabis ia masuk penjara. Saya merasa perubahan Alex dari seorang sociopath menjadi tahanan berkelakuan baik dan mengajukan diri sebagai pasien dalam treatment tersebut terlalu tiba-tiba dan berasa dipaksakan. Kita tidak diperlihatkan dalam dua tahun masa tahanan itu apakah ada momen yang merubah kepribadian Alex. Berbeda dengan di novelnya dimana Alex mengikuti treatment tersebut sehabis membunuh sesama tahanan yang melaksanakan pelecehan seksual kepada dirinya. Sedangkan dalam film momen tersebut terasa dipaksana dan kurang beralasan. Tapi diluar itu A Clockwork Orange yakni sebuah hidangan yang bisa meliputi aneka macam macam gosip mulai dari moral, sosial, aturan hingga psikologi dan meleburkannya menjadi satu kesatuan dengan amat baik meskipun banyak mengandung adegan yang cukup disturbing. Jangan lupakan juga ending film ini yang memadukan keindahan, kegilaan dan kata-kata sarkastik yang memancing tawa.
Ini Lho A Clockwork Orange (1971)
4/
5
Oleh
news flash