Siapa sutradara horror terbaik ketika ini? Jika bicara legenda maka nama-nama menyerupai Wes Craven, John Carpenter, George Romero, Sam Raimi, David Cronenberg hingga Dario Argento mungkin akan muncul. Tapi tidak bisa dipungkiri secara umum dikuasai dari nama-nama tersebut sudah berkurang sentuhannya ataupun mengambil jalur diluar horror konvensional (Halo David Cronenberg). Tongkat estafet horror master pun sekarang sudah berpindah kepada nama-nama yang jauh lebih muda. Jika pertanyaan tersebut diajukan pada saya, tanpa ragu nama James Wan akan saya sebutkan. Sutradara kelahiran Malaysia ini sudah melahirkan banyak sekali sajian horror yang termasuk terbaik pada masa sekarang sebut saja Saw hingga Insidious yang berhasil menawarkan teror mencekam dua tahun kemudian dan akan merilis sekuelnya tahun ini. Tapi sebelum merilis Insidious: Chapter 2 dan film ketujuh Fast & Furious tahun depan, James Wan terlebih dahulu menciptakan The Conjuring yang lagi-lagi akan menampilkan teror menyeramkan dari rumah berhantu menyerupai yang telah kita saksikan di Insidious. Bedanya, The Conjuring menyajikan kisah yang diangkat dari kisah konkret mengenai teror makhluk halus pada tahun 70-an. Sepasang suami istri yang bekerja sebagai paranormal atau bisa disebut demonologist, Ed dan Lorraine Warren termasuk sosok sentral di film ini. Keduanya yaitu paranormal populer di zamannya dan telah banyak menangani kasus supranatural termasuk kasus The Amityville Horror yang juga telah banyak dibentuk filmnya itu.
Roger Perron (Ron Livingston) beserta istri dan kelima puterinya gres saja pindah ke sebuah rumah bau tanah yang terletak di tempat terpencil di Harrisville, Rhode Island. Tentu saja mereka berharap akan memulai sebuah hidup gres yang senang di rumah tersebut, namun bisa ditebak banyak sekali insiden misterius mulai terjadi di rumah tersebut. Semuanya berawal dari ajal anjing mereka, semua jam dirumah yang berhenti tepat pada pukul 3:07, hingga ditemukannya sebuah gudang bawah tanah tersembunyi. Mereka pun perlahan mulai menyadari bahwa ada makhluk halus yang tinggal di rumah tersebut disaat banyak sekali teror mulai terjadi dan semakin lama semakin dirasa membahayakan bagi mereka. Mereka pun tetapkan memanggil jasa Ed Warren (Patrick Wilson) dan Lorraine Warren (Vera Farmiga), sepasang suami istri paranormal yang kemampuannya telah diakui dalam mengungkap banyak sekali kasus supranatural. Ceritanya sudah ratusan kali muncul dalam film horror, tapi kali ini James Wan dan duo penulis naskah Chad & Carey Hayes dengan pandai memasukkan banyak sekali macam elemen horror kedalam kisah haunted house yang sekilas nampak telah lama ini. James Wan menuangkan semua hal favoritnya yang telah menjadi ciri khas sang sutradara sepanjang karirnya mulai dari boneka mengerikan hingga hantu perempuan bau tanah yang disturbing.
Sedangkan untuk elemen horror yang membungkus ceritanya, The Conjuring tidak hanya menampilkan kisah rumah berhantu namun juga menggabungkannya dengan elemen exorcism. Dua hal tersebut memang jauh dari kata gres dan bisa saja menjadi sebuah tontonan horor lama yang membosankan jikalau tidak dihukum dengan baik. Tapi James Wan menandakan bahwa ia memang punya insting yang begitu besar lengan berkuasa untuk membangun kengerian demi kengerian dalam filmnya.Membuka filmnya dengan sebuah perkenalan yang cukup untuk pemanasan, film ini melanjutkan kisahnya dengan memperkenalkan kita pada semua tokoh utama yang ada. Narasinya berjalan secara bergantian antara kisah keluarga Perron dan suami istri Warren. Secara perlahan kita diajak berkeliling mengamati betapa mengerikannya rumah milik keluarga Perron sekaligus melihat bagaimana keluarga berisikan tujuh orang ini saling berinteraksi hingga menciptakan kita bisa bahwa mereka yaitu keluarga dengan ikatan yang kuat. Sedangkan kish Ed dan Lorraine Perron menawarkan kita sebuah perkenalan bahwa keduanya juga mempunyai permasalahan sendiri dibalik karir mereka sebagai "pemburu hantu". Pada momen ini alurnya berjalan perlahan sambil sesekali diisi oleh gangguan-gangguan "kecil" dari sang hantu guna tetap menjaga kengerian filmnya.
Setelah James Wan puas memperkenalkan kita baik pada huruf dan teror yang menghantui mereka, barulah pertunjukkan utamanya dimulai dan itu berarti rentetan kengerian demi kengerian yang sanggup menciptakan saya terpaku di dingklik menunggu dengan tegang momen mengagetkan macam apalagi yang akan dilemparkan James Wan. Tantangan menciptakan horror konvensional menyerupai ini yaitu bagaimana menciptakan penontonnya takut dan terkejut meski mereka sudah tahu kapan shocking moment tersebut akan dihadirkan. Jika filmnya tidak sabar dan terlalu banyak menunjukkan penampakan hantunya dari awal maka filmnya akan terasa basi. Tapi sebaliknya terlalu banyak false alarm juga akan menciptakan penonton bosan, dan apa yang dilakukan oleh James Wan dalam film ini yaitu pola bagaimana seharusnya horror yang penuh dengan shocking moment dibungkus. Saya tetap kaget dan merasa takut walaupun sudah tahu kapan The Conjuring akan mengageti saya. James Wan bisa mengubah segala teror klise dalam horror menjadi terasa fresh dan mengerikan mulai dari sekedar barang yang bergrak sendiri, penampakan hantu mengerikan, hingga kontak fisik antara hantu dengan korbannya. Semua itu yaitu berkat timing yang begitu tepat dari sang sutradara.
Selain timing sempurna, The Conjuring juga punya kelebihan pada banyak sekali aspek lain. Pertama yaitu gerak kameranya yang begitu efektif menciptakan saya harap-harap cemas menunggu diserang teor berikutnya. Kameranya bergerak dengan begitu dinamis menangkap gambar demi gambar angker lewat cara yang seringkali unik. Sebuah momen ketika Christine melihat kolong tempat tidur kemudian berbalik kearah pintu merupakan salah satu pola bagaimana kelihaian film ini mengemas gerak kameranya. Tentu saja ini yaitu film James Wan yang musiknya diisi oleh Joseph Bishara menyerupai Insidious yang berarti akan ada begitu banyak isian musik mengagetkan dan terasa begitu menyayat. Terakhir yaitu desain hantu yang digunakan dalam film ini, tidak ada kata selain menyeramkan khususnya jikalau berbicara wacana hantu perempuan bau tanah yang begitu disturbing itu. Sedikit membandingkan dengan Insidious, film dua tahun kemudian tersebut memang mengerikan, tapi sayang klimaksnya sedikit mengecewakan ketika James Wan mulai bermain-main dengan ranah diluar haunted house dan sedikit menyinggung area fantasi. Dalam The Conjuring, James Wan bisa memperbaiki hal tersebut dengan menyajikan sebuah titik puncak yang sangat menegangkan dan menyeramkan ketika ia menggabungkan unsur haunted house dengan exorcism. Entah berlebihan atau tidak tapi saya menganggap titik puncak dalam film ini yaitu titik puncak yang begitu epic.
Seperti yang sedikit saya singgung diatas, The Conjuring "peduli" untuk menawarkan perkenalan pada karakternya dan hal itu berujung pada rasa peduli serta simpati yang saya rasakan terhadap semua karakternya. Saya menyukai fakta bahwa tidak ada sosok skeptikal yang seringkali ditampilkan secara berlebihan dalam film horror dan malah menciptakan huruf itu terasa bodoh. Seiring berjalannya waktu, The Conjuring pun mulai memasukkan komplemen huruf yang hebatnya meski hanya mempunyai porsi yang kecil tapi mereka tetap terasa sebagai huruf yang efektif dan bisa menjalankan kiprah masing-masing dengan baik. Ya, secara keseluruhan The Conjuring yaitu film horror yang begitu efektif dan bisa memaksimalkan semua elemen yang dipunyai termasuk huruf yang sering terlupakan dalam film horror ketika ini hingga bisa menjadi tontonan konvensional yang begitu menyeramkan. Saya pun dengan senang hati menanti Insidious: Chapter 2 dan sekuel dari The Conjuring...dengan catatan James Wan kembali sebagai sutradaranya.
Ini Lho The Conjuring (2013)
4/
5
Oleh
news flash