Charlie Kaufman ialah nama dibalik naskah-naskah cerdas yang kompleks serta penuh kegilaan menyerupai Adaptation, Being John Malkovich hingga Eternal Sunshine of the Spotless Mind. Kisah-kisah yang ia tulis selalu penuh metafora dan jalinan plot yang terang diluar logika. Makara akan menyerupai apa hasilnya bila sang penulis menyutradarai sendiri naskah yang ia tulis? Jawabannya ialah Synecdoche, New York yang menjadi debut penyutradaraan Kaufman sekaligus satu-satunya film yang ia sutradarai hingga ketika ini. Tentu saja akan ada banyak hal-hal abstrak yang menciptakan penonton harus berpikir keras perihal makna yang bahwasanya terkandung dalam film ini. Film ini sendiri boleh saja menjadi box office bomb dimana dari $20 juta bujet yang digelontorkan hanya sekitar $4 juta saja pemasukan yang didapat, namun secara kualitas khususnya di mata para kritikus film ini sukses besar. Bahkan seorang Rogert Ebert menasbihkan film ini sebagai the best movie of the decade pada tahun 2009. Kisahnya sendiri akan berada disekitaran kehidupan Caden Cotard (Philip Seymour Hoffman), seorang sutradara teater yang mengalami banyak problem dan ketidak bahagiaan dalam perjalanan hidupnya.
Caden tinggal bersama istrinya, Adele Lack (Catherine Keener) seorang pelukis yang mengkhususkan diri pada lukisan berukuran kecil serta puterinya yang berusia empat tahun, Olive (Sadie Goldstein) yang selalu hidup dalam ketakutan akan banyak sekali hal. Kehidupan rumah tangga Caden tidak pernah berjalan lancar dan ia sendiri merasa tidak senang akan kondisi tersebut. Caden pun sempat terlibat affair dengan Hazel (Samantha Morton) yang bekerja sebagai penjaga tiket di gedung pertunjukkaan daerah ia melangsungkan pementasan teater. Namun relasi Caden dan Hazel pun tidak berjalan lancar alasannya ialah disisi lain Caden masih merasa setia pada keluarganya. Kondisi makin diperparah ketika Adele menentukan pergi meninggalkan Caden bersama Olive untuk tinggal di Jerman bersama Maria (Jennifer Jason Leigh) yang merupakan sahabat Adele. Disaat itulah Caden secara tidak terduga mendapat "MacArthur Fellowship" yang membuatnya mendapat bantuand ana untuk mewujudkan mimpi artistiknya. Akhirnya Caden mendapat inspirasi "gila" disaat ia tetapkan menciptakan sebuah pertunjukkan teater berskala massive yang meliputi semua kehidupan di kota New York, mulai dari semua bangunan yang ada hingga orang-orang di dalamnya, termasuk dirinya dan keluarganya. Disitulah batasan antara pementasan dan kenyataan mulai memudar.
Makara apa yang ingin disampaikan oleh Charlie Kaufman dalam Synecdoche, New York? Kata Synecdoche yang berarti kondisi ketika bab dari sesuatu merepresentasikan sesuatu itu secara keseluruhan seolah menggambarkan apa yang dilakukan oleh Caden disini. Segala inspirasi dan perasaan dalam diri Caden ia tumpahkan dalam sebuah miniatur kota New York yang berbentuk pementasan berskala besar. Disinilah kita melihat bagaimana inspirasi dan rasa dari Caden yang merupakan bab kecil dari besarnya kota New York menjadi representasi menyeluruh dari New York itu sendiri dalam sebuah media pementasan teater. Tapi itu "hanyalah" kulit dari banyak hal lain yang coba disajikan oleh Charlie Kaufman dalam banyak sekali simbol dan metafora dalam film ini. Sosok Caden menggambarkan seorang laki-laki yang dipenuhi kesedihan dan masalah-masalah dalam hidupnya. Caden ialah seseorang yang berusaha mencari bentuk kebahagiaan namun sesungguhnya yang harus ia temukan ialah identitas dirinya yang justru belum ia kenali. Hal itu terlihat disaat beliau mulai bekerja dengan Sammy (Tom Noonan) yang seolah membantu Caden untuk lebih mengenali hidup serta perasaannya sendiri. Pada kesudahannya Caden menyadari kebahagiaan dan cinta yang ia cari ketika dirinya sudah secara menyeluruh mengenal siapa ia sesungguhnya.
Synencdoche, New York pun turut menyodorkan dongeng perihal jalan hidup yang diambil oleh seseorang. Ada Caden yang seringkali kebingungan mengambil keputusan yang harus ia ambil hingga kesudahannya menciptakan dirinya tertimpa banyak sekali problem demi masalah. Ada juga orang-orang menyerupai Hazel yang kesudahannya mengambil keputusan dengan niscaya meskipun ia tahu bahwa hal itu sanggup membahayakan bagi dirinya alasannya ialah sejatinya setiap langkah mempunyai konsekuensi. Hal itu terlihat ketika Hazel tetap tiggal di rumah yang penuh asap alasannya ialah terbakar meski ia takut akan meninggal akhir kondisi rumahnya tersebut. Semuanya dibungkus oleh Charlie Kaufman dalam tone yang suram dimana sosok Caden selalu mendapati kehilangan dalam hidupnya, kesedihan dan kental dengan hal-hal berbau kematian. Pembawaan Philip Seymour Hoffman pun memudahkan saya untuk bersimpati pada sosok Caden yang sepanjang hidupnya terus berjuang sambil mempertanyakan segala kesusahan yang ia alami. Bahkan meskipun ada pertanyaan mengenai apakah segala kesedihan, final hidup bahkan penyakit yang dialami oleh Caden ialah kasatmata ataupun ilusi mengingat nama Cade Cotard sanggup diartikan sebagai sebuah mental disroder berjulukan Cotard Delusion. Bahkan momen ketika Caden diberi isyarat oleh sutradara lewat bisikan di indera pendengaran mengingatkan pada salah satu tanda-tanda yang muncul pada pengidap Skizofrenia.
Charlie Kaufman benar-benar menyoroti bagaimana perjalanan hidup seorang insan dalam sisi gelapnya. Bagaimana perjalanan rentang waktu kehidupan yang harus ia jalani, bagaimana waktu terasa begitu cepat berlalu ketika seseorang mulai menyadari kesalahan yang ia lakukan dan berpacu dengan waktu untuk menemukan sesuatu ataupun seseorang dalam hidupnya dan bagaimana sebuah keputusan yang diambil dalam hidup selalu akan memperlihatkan efek yang mungkin sanggup berdampak begitu besar dan panjang. Ini ialah bukti dari Charlie Kaufman bahwa tanpa berkolaborasi dengan Spike Jonze ataupun Michael Gondry sekalipun ia tetap sanggup mewujudkan visi asing nan abstrak yang ia miliki dengan begitu baik. Synecdoche, New York ialah eksplorasi yang asing mengenai rentang kehidupan dan psikologis insan yang kental dengan unsur Jungian dalam masa hidup seorang Caden Cotard. Mungkin anda akan merasa pusing dengan bagaimana alurnya berjalan tapi kerumitan labirin milik Charlie Kaufman ini terasa terlalu indah dan terlalu asing untuk ditolak dan sayapun kesudahannya pasrah dibentuk harus berpikir keras biar tidak tersesat didalam labirin tersebut.
Ini Lho Synecdoche, New York (2008)
4/
5
Oleh
news flash