Saturday, January 12, 2019

Ini Lho Riddick (2013)


Pitch Black yang dirilis tahun 2000 kemudian mungkin bukan sebuah mega box office hit, tapi film tersebut sanggup menjadi sebuah cult film yang mempunyai banyak pengikut. Tidak hanya itu, Pitch Black juga berhasil memperkenalkan sosok Vin Diesel sebelum risikonya franchise Fast & Furious mengakibatkan namanya sebagai salah satu bintang film berkelahi nomor satu Hollywood. Empat tahun kemudian dirilislah The Chronicles of Riddick yang punya bujet jauh lebih besar dan mengandalkan banyak adegan agresi berbalut CGI. Namun sayangnya film kedua tersebut justru menciptakan franchise ini mati suri jawaban pengemasannya yang jauh berbeda dan lebih action-oriented daripada film pertamnya. Jika Pitch Black lebih erat kearah Alien milik Ridley Scott yang mengedepankan perjuangan karakternya untuk bertahan hidup dari horor yang terjadi maka The Chronicles of Riddick yakni perjuangan untuk "menjadi" menyerupai Star Wars. Namun hasil risikonya luar biasa buruk. Kritikus mencaci film itu dan pendapatan Box Office-nya mengcewakan. Sembilan tahun kemudian barulah Riddick dihidupkan kembali. Masih disutradarai David Twohy dan dibintangi Vin Diesel, film ketiganya ini menjanjikan atmosfer yang kembali ke dasar menyerupai Pitch Black.

Lima tahun sesudah even di The Chronicles of Riddick, sang anti-hero sekaligus burnonan berbahaya Richard B. Riddick gres saja digulingkan dari tahtanya sebagai Lord Marshall dan tengah terjebak di sebuah planet misterius tak berpenghuni. Disana ia kembali harus bertahan hidup sendiri dari ancaman banyak sekali macam makhluk ganas yang menghuni planet gersang tersebut. Menyadari bahwa beliau harus segera pergi dari planet tersebut, Riddick "memancing" para bounty hunter untuk tiba kesana dengan tujuan mengambil pesawat mereka. Tidak perlu waktu usang datanglah dua pasukan bounty hunter yang dipimpin oleh Santana (Jordi Molla) dan Johns (Matthew Nable). Santana tiba untuk mendapat kepala Riddick, sedangkan Johns tiba dengan sebuah misi tersembunyi lainnya. Maka terjadilah saling buru antara kedua pihak tersebut dengan Riddick, tanpa mereka sadari bahwa ada ancaman lain yang jauh lebih mengancam di planet tersebut.

Sangat terlihat perjuangan dari David Twohy untuk mengakibatkan Riddick sebagai lanjutan Pitch Black dan menghilangkan The Chronicles of Riddick dari memori para penontonnya. Mulai dari narasi yang dari Riddick yang menyatakan bahwa ia telah menjadi "lembek" dan ingin kembali menjadi dirinya yang lama, yang jauh lebih sadis dan brutal mengindikasikan bahwa Riddick yang muncul di film ketiga ini yakni Riddick sang anti-hero sadis yang tidak ragu membunuh siapa pun untuk menjalankan misinya dan untuk bertahan hidup, persis menyerupai Riddick yang kita kenal di Pitch Black. Atmosfer yang dibangun pun terasa lebih gelap dan kelam. Menit-menit awalnya tidak mempunyai banyak obrolan dan tidak mengumbar ledakan-ledakan. Film ini pun tidak ragu untuk menunjukkan suasana layaknya film horor yang banyak mengumbar pencahayaan minim, adegan-adegan sadis yang mempunyai tingkat gore tidak mengecewakan dan tentunya banyak sekali monster mengerikan yang begitu mengancam. 
Riddick memang lebih berfokus pada bagaimana perjuangan bertahan hidup yang dilakukan oleh para karakternya khususnya Riddick. Tidak terlalu banyak pengembangan huruf tapi bagi saya apa yang disajikan oleh Dawid Twohy disini sudah cukup memuaskan. Berbagai adegan agresi dihukum dengan cukup baik sampai terasa cukup seru dan menegangkan. Sosok Riddick yang kembali tampil misterius dan mengerikan juga menjadi poin utama film ini, menjadikannya sebagi salah satu anti-hero paling keren yang pernah ada dalam film. Kisah wacana para pemburu yang berbalik jadi sosok yang diburu bukan lagi hal gres tapi masih menjadi sebuah hiburan dan aspek yang menyenangkan untuk diikuti. Mungkin hal yang paling mengganggu yakni rentetan dialognya yang seringkali terasa konyol serta selipan humor-humor kurang arif yang seringkali terasa garing. Tapi saya sanggup memaklumi selama Riddick sanggup menunjukkan hiburan menegangkan lewat agresi seorang Richard B. Riddick.

Jelas ini bukan sebuah tontonan yang spesial. Apa yang dilakukan David Twohy tidak lebih dari sebuah perjuangan main kondusif dengan mengambil banyak sekali unsur dalam Pitch Black. Tapi ini yakni hal yang penting dan layak dilakukan untuk memperkenalkan lagi sosok Riddick yang bahwasanya kepada penonton kini sesudah "dipermalukan" dalam The Chronicles of Riddick. Bahkan sebagai tambahan, ada benang merah yang menghubungkan film ini dengan Pitch Black dalam ceritanya. Mungkin Riddick tidak akan menghasilkan banyak penggemar baru, tapi setidaknya ini yakni perjuangan yang berhasil untuk mengembalikan nama baim franchise ini dan mengembalikan Riddick ke hakikat aslinya sebagai sesosok anti-hero yang misterius, taktis dan cukup mengerikan.

Artikel Terkait

Ini Lho Riddick (2013)
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email